Ustadz Armand Korban Pembunuhan di Tangerang Dikenal Baik dan Supel
Senin, 20 September 2021
Faktakini.info, Jakarta - Muhammad Diki, 30 tahun, warga Pinang Kota Tangerang mengenal Ustadz Armand Nurkaromah, seorang ustad yang tewas setelah ditembak orang tak dikenal sebagi orang yang baik dan ramah. "Dia ramah, baik, dan supel," ujarnya tentang korban penembakan itu kepada TEMPO, Ahad, 19 September 2021.
Menurut Diki, Arman yang kerap disapa Ustad Alex adalah Ketua Majelis Taklim dan tokoh masyarakat Pinang, Kota Tangerang yang tidak punya musuh. "Hobinya memancing," kata Diki.
Diki kaget ketika mendapat kabar jika teman memancing
ikannya itu tewas ditembak orang tak dikenal selepas salat magrib di depan rumahnya di Jalan Nean Saba, Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, pukul 18.30.
Peristiwa penembakan ini terjadi ketika Arman atau Ustad Alex, 43 tahun, pulang dari salat magrib di masjid. Ketika dia tiba di depan rumahnya, tiba-tiba seorang pengendara sepeda motor memakai jaket ojek online melepas tembakan.
Berdasarkan keterangan saksi, Ustad Alex tertembak di bagian pinggang dan dilarikan ke Rumah Sakit Mulya Pinang. Sekitar pukul 19.17 korban dinyatakan sudah meninggal.
Kapolsek Pinang, Iptu Moh Tapril membenarkan adanya penembakan Ustad Alex. "Kasusnya ditangani Polda Metro Jaya," saat dhubungi Ahad 19 September 2021.
“Pelakunya wajib diberikan hukuman seberat mungkin,” tegas Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI KH Muhyiddin Junaidi dalam keterangan tertulisnya, Ahad malam (19/09/2021).
Apalagi, perbuatan biadab itu dilakukan terhadap seorang ustaz yang merupakan panutan di wilayahnya dan usai menjalankan ibadah shalat berjamaah.
Kiai Muhyiddin mengingatkan, setiap bulan September, agar bangsa Indonesia, terutama umat Islam, untuk meningkatkan kewaspadaan tentang kemungkinan terulang kembali tragedi pembantaian terhadap ribuan umat Islam, termasuk para ulama, pimpinan pondok pesantren dan tokoh masyarakat oleh para kader komunis Indonesia yang bergabung dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Kedekatan mereka dengan pusat kekuasaan, dieksploitasi untuk memuluskan ‘hidden agenda’ anti agama. Bahkan tak sedikit dari keturunan mereka saat ini menempati jabatan strategis dan berani menunjukan identitas kepada publik,” ungkapnya.
Kiai Muhyiddin menegaskan, dua kali upaya kudeta yang gagal dilakukan PKI pada 1948 dan 1965 menjadi catatan kelam sejarah bangsa Indonesia.
“Adu domba sesama anak bangsa, pemutarbalikan fakta, rekayasa keji, provokasi, agitasi dan tindakan teror adalah ciri khas komunis,” ungkap Kiai Muhyiddin.
Sumber: tempo.co, suaraislam.id