Amerika Berupaya Redam Kemarahan Cina Usai Biden Bersumpah Bela Taiwan
Ahad, 24 Oktober 2021
Faktakini.info, Jakarta - China meluapkan kemarahannya setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, bersumpah akan membela Taiwan dari serangan Beijing. Menanggapi reaksi keras China, otoritas AS berupaya mencegah eskalasi konflik dengan memberikan penjelasan lebih lanjut soal pernyataan Biden tersebut.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (23/10/2021), ketegangan terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir saat China terus mengerahkan pesawat militernya ke dekat wilayah Taiwan, yang masih dianggap China sebagai bagian wilayahnya dan akan direbut kembali suatu hari nanti, bahkan dengan kekerasan jika diperlukan.
Situasi semakin memanas usai pernyataan tegas Biden saat menghadiri forum di Baltimore, AS, pada Kamis (21/10) malam yang disiarkan CNN. Biden menjawab 'Iya' saat ditanya apakah AS akan membela Taiwan jika China melancarkan invasi militer. Biden bahkan menambahkan: "Kami memiliki komitmen untuk itu."
Pernyataan Biden menuai reaksi keras karena dianggap bertentangan dengan kebijakan 'ambiguitas strategis' yang dipegang AS sejak lama. Kebijakan itu menyatakan AS membantu membangun pertahanan Taiwan, tapi tidak secara eksplisit berjanji untuk secara langsung membela Taiwan saat perang terjadi.
Otoritas AS merilis klarifikasi pada Jumat (22/10) waktu setempat, yang menegaskan negara itu masih berpegang pada Undang-undang (UU) Hubungan Taiwan tahun 1979 di mana Kongres mengharuskan AS menyediakan persenjataan untuk 'memampukan Taiwan memiliki kemampuan pertahanan diri yang memadai'.
"Presiden tidak mengumumkan perubahan apapun dalam kebijakan kami dan tidak ada perubahan dalam kebijakan kami," tegas juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, kepada wartawan setempat.
"Kami akan menjunjung tinggi komitmen kami di bawah undang-undang tersebut, kami akan terus mendukung pertahanan diri Taiwan dan akan terus menentang setiap perubahan sepihak terhadap status quo," imbuhnya.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dalam kunjungan ke markas NATO di Belgia menolak untuk membahas pernyataan Biden itu, namun menegaskan AS 'akan terus membantu Taiwan dengan dengan berbagai kemampuan yang diperlukan untuk mempertahankan diri'.
China dalam respons kerasnya menyebut pernyataan Biden itu berisiko 'merusak hubungan Sino-AS' dan memperingatkan AS untuk 'bertindak dan berbicara dengan hati-hati soal isu Taiwan'.
"China tidak memiliki ruang untuk kompromi dalam isu-isu yang melibatkan kepentingan intinya," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, saat menyampaikan respons China dalam konferensi pers pada Jumat (22/10) waktu setempat.
Ditegaskan juga oleh Wang bahwa AS tidak seharusnya meremehkan 'tekad teguh, kemauan keras dan kemampuan kuat' China untuk mempertahankan diri dari apa yang dipandang sebagai ancaman bagi kedaulatannya.
Terlepas dari itu, pernyataan Biden yang menjanjikan untuk membela Taiwan itu dinilai bukan menunjukkan ketidaktahuan Biden soal kebijakan AS sejak lama. Sebabnya, Biden yang seorang politikus veteran ini sempat bertugas pada Komisi Hubungan Internasional AS tahun 1979 dan ikut dalam voting untuk UU Hubungan Taiwan itu sendiri.
Peneliti senior untuk Asia Timur pada Lowy Institute, Richard McGregor, menilai Biden mungkin ingin menunjukkan ketegasan yang lebih besar.
Foto: Joe Biden
Sumber: detik.com
"Saya menduga Biden tidak berupaya mengumumkan perubahan apapun. Jadi antara bahasa yang lepas, atau mungkin nada yang sedikit keras, yang diadopsi secara sengaja karena cara Beijing meningkatkan tempo pelecehan militer terhadap Taiwan baru-baru ini," ucap McGregor kepada AFP.
https://news.detik.com/internasional/d-5779206/as-berupaya-redam-kemarahan-china-usai-biden-bersumpah-bela-taiwan/amp