TPUA Meminta Fatwa MUI Atas Banyaknya Kebohongan-kebohongan Jokowi
Sabtu, 16 Oktober 2021
Faktakini.info
*TPUA MEMINTA FATWA MUI ATAS BANYAKNYA KEBOHONGAN-KEBOHONGAN JOKOWI*
Oleh : *Azam Khan, SH*
Humas TPUA
Pada Kamis, 14 Oktober 2021, TPUA menyambangi Gedung Mejelis Ulama Indonesia (MUI) yang ada di Jl. Prokalamasi, No. 51, Menteng, Jakarta Pusat. TPUA menyerahkan satu berkas surat yang isinya : PERMOHONAN FATWA ATAS KEBOHONGAN PRESIDEN JOKOWI.
Surat Permohonan tersebut diajukan, sehubungan dengan bergulirnya Perkara Nomor : 266/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Pst, dimana klien kami Sejumlah Rakyat berkedudukan sebagai PENGGUGAT dan Ir Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia sebagai TERGUGAT.
Dijelaskan didalam surat bahwa Objek Perkara Nomor 266/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Pst adalah Gugatan Perbuatan Melawan Hukum yang diajukan terhadap Presiden Jokowi sehubungan dengan banyaknya kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Untuk keperluan pembuktian, kami mohon agar Majelis Ulama Indonesia mengkaji dan mendalami sejumlah kebohongan-kebohongan Presiden Jokowi (terlampir) dan memberikan Fatwa Keagamaan dalam persoalan dimaksud.
Dalam gugatan, kami telah menyiapkan 66 data kebohongan Jokowi. Dalam perjalanan kasus, kebohongan-kebohongan Jokowi terus bertambah.
Terakhir, kebohongan soal kereta cepat Jakarta Bandung yang sebelumnya tidak menggunakan APBN. Setelah diteken Perpres No. 93/2021, proyek ini sekarang didanai APBN.
Fatwa MUI dimaksud penting untuk diketahui Umat, mengingat kebohongan adalah suatu tindakan yang tercela dalam agama Islam. Apalagi, kebohongan yang dilakukan oleh penguasa mudhorotnya lebih besar ketimbang yang dilakukan oleh rakyat jelata.
Sebagai entitas Ulama dan mengurusi lembaga yang memiliki otoritas menerbitkan fatwa, TPUA sangat berharap kiranya MUI berani mengeluarkan Fatwa atas banyaknya kebohongan yang dilakukan saudara Jokowi. Fatwa MUI ini sangat penting bagi ikhtiar untuk menyelamatkan bangsa Indonesia.
Kami menggunakan kepada MUI, firman Allah :
إنما يخشى الله من عباده العلماء
_"Sesungguhnya Yang Takut Kepada Allah Diantara Hamba-Hambanya Adalah Mereka Para Ulama."_
Selanjutnya, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ.
حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
_“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”_
(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673).