Dudung, Sayangi Juga Dong Habib Rizieq
Kamis, 25 November 2021
Faktakini.info, Jakarta - Belum seminggu diangkat jadi Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Dudung Abdurrahman membuat kejutan. Ia menyuruh prajurit TNI agar menyayangi Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua.
Dudung menyatakan, “Satgas tidak harus memerangi KKB, namun mereka perlu dirangkul dengan hati yang suci dan tulus karena mereka adalah saudara kita. Keberhasilan dalam tugas bukan diukur dengan dapat senjata namun bagaimana saudara kita bisa sadar dan kembali ke pangkuan NKRI,” ujar Dudung di Timika, Selasa, 23 November 2021.
Hal itu diungkapkan Dudung saat memberikan pengarahan kepada prajurit TNI AD, Persit KCK, dan Satgas Yonif PR 328/Dirgahayu bertempat di Markas Batalyon Raider 754/ENK20/3 Kostrad, di Timika, Papua.
Dudung memang fenomenal. Ia dijuluki banyak masyarakat jenderal baliho, karena peran pentingnya mencopot baliho-baliho FPI di DKI Jakarta. Ia juga salah satu tokoh penting yang menyarankan agar FPI dibubarkan.
“Kalau perlu, FPI bubarkan saja. Kok mereka yang atur. Suka atur-atur sendiri,” kata Dudung saat menjadi Pangdam Jaya di Jakarta (20/11/2020). Ia memerintahkan prajurit Kodam Jaya untuk mencopot spanduk/baliho Habib Rizieq yang kabarnya tidak berizin.
Dudung mulai melesat namanya ketika dia mendirikan patung Soekarno di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah. Peresmian patung itu dihadiri Megawati, Prabowo dan Puan Maharani.
Dudung juga menjadi polemik di masyarakat, karena adanya pemindahan patung diorama G30S PKI di Museum Dharma Bakti Kostrad. Meski pemindahan itu atas permintaan pribadi mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, tapi peristiwa itu terjadi di masa kepemimpinannya. Anehnya, Dudung menyatakan tidak bisa menolak permintaan Azmyn itu.
Menurut Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo, diorama G30S PKI yang hilang dari Markas Kostrad adalah diorama saat Pangkostrad saat itu Mayjen Soeharto memerintahkan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo untuk menumpas PKI. Pada diorama itu terlihat Mayjen Soeharto berdiri di hadapan Sarwo Edhie lalu di sebelahnya ada Jenderal AH Nasution yang duduk sambil memegang tongkat.
Gatot marah besar atas penghilangan diorama itu. Ia menyatakan, “Ini sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI,” terangnya. Ia mengingatkan bahwa indikasi seperti ini apabila dibiarkan maka peristiwa kelam tahun 1965 bisa terjadi lagi. “Betapa menyakitkan dan menyedihkan. Yang korban rakyat juga,” kata petinggi TNI yang rajin shalat ini.
Konflik Dudung dengan Habib Rizieq memuncak, karena masalah pembunuhan enam laskar FPI. Habib menyerukan pemboikotan terhadap Dudung dan Fadil Imran.
Seruan Habib itu disampaikan salah satu kuasa hukumnya, Ichwan Tuankotta. Seruan itu kemudian diedarkan dalam bentuk poster yang beredar luas di media sosial, yang bunyinya:
Boikot Fadil&Dudung!!
Diingatkan kembali kepada segenap habaib, ulama, kyai, da’i, tokoh Islam dan umat tentang seruan IB-HRS sejak peristiwa tragedi KM 50.
Jangan undang Fadil Imran dan Dudung dalam acara apapun. Jika ada acara dihadiri Fadil dan Dudung maka bubar saja…!! Tinggalkan…!! Karena Fadil dan Dudung “penjahat HAM” terlibat penyiksaan dan pembantaian 6 Laskar FPI pengawal IB HRS di rumah penyiksaan.
Apapun konflik yang terjadi antara Jenderal Dudung dengan Habib Rizieq, harusnya Dudung sebagai jenderal harus berendah hati. Kalau terhadap KKB Papua saja ia bisa menyayangi, kenapa kepada Habib Rizieq dan FPI tidak. Habib tidak pernah menyerukan separatisme dan membunuh banyak orang seperti KKB Papua
Lebih menentramkan lagi bagi masyarakat, bila Jenderal Dudung berani untuk minta maaf dan silaturahmi kepada Habib. Tapi apakah Dudung mau? Kalau Habib saya duga kuat akan memaafkan, bila Dudung minta maaf. Wallahu azizun hakim.
Nuim Hidayat, Anggota MIUMI dan MUI Depok
Sumber: suaraislam.id