Ini Penyebab Banjir Besar di Malaysia yang Tewaskan Belasan Orang

 




Kamis, 23 Desember 2021

Faktakini.info, Jakarta - Penyebab banjir di Malaysia dicari tahu oleh banyak orang. Hujan deras yang terjadi selama akhir pekan kemarin membuat sederet negara bagian terendam air dengan ketinggian bervariasi.

Diketahui banjir melanda sejumlah negara bagian, seperti Selangor, Negeri Sembilan, Kelantan, Pahang, Melaka dan Terengganu sejak Jumat (17/12). Puluhan ribu orang harus dievakuasi dari rumah-rumah mereka.

Lalu apa saja penyebab banjir di Malaysia yang dikatakan para ahli hingga pemerintah? detikcom merangkum ulasannya berikut ini.

Penyebab Banjir di Malaysia: Perubahan Iklim

Ahli lingkungan sekaligus Penasihat perubahan iklim untuk Pusat Studi Pemerintahan dan Politik (Cent-GPS), sebuah firma penelitian ilmu perilaku dan sosial yang berbasis di Malaysia, Renald Siew menjelaskan banjir adalah contoh nyata dari peristiwa cuaca yang tidak dapat diprediksi akibat emisi karbon yang tinggi.

"Ketika kita mengeluarkan karbondioksida ke atmosfer, yang cenderung adalah terciptanya efek kebocoran global di mana gas rumah kaca menangkap panas dan di bawah kondisi yang lebih hangat, atmosfer mampu menampung lebih banyak uap dan kelembapan." jelas Siew seperti dilansir dari Channel News Asia, Rabu (22/12/2021).

"Saat efek terakumulasi, dampak jangka panjangnya adalah terjadi hujan tiba-tiba di daerah tertentu, dan itulah yang Anda lihat dalam banjir di Malaysia dalam beberapa hari terakhir," tambahnya.

Lebih lanjut, angin monsun timur laut, yang terjadi di Malaysia antara November dan Maret, biasanya berdampak di pantai timur semenanjung. Meski begitu, banjir kali ini juga terjadi di tengah semenanjung serta pantai barat.

Ahli Meteorologi Dr Azizan Abu Samah dari Universiti Malaya juga menjelaskan penyebab banjir di Malaysia. Penyebabnya yaitu interaksi antara sistem cuaca bertekanan rendah, angin monsun timur laut, dan topan Rai yang melanda Filipina.

"Tiga faktor tersebut menyebabkan curah hujan yang sangat besar pada awalnya melanda pantai timur, sebelum pindah ke daratan ke daerah lain di Semenanjung Malaysia pada hari Sabtu," tambah Dr Azizan.

Penyebab Banjir di Malaysia: Terjadi Peningkatan Kejadian Banjir Akhir-akhir Ini

Dosen Lingkungan Hidup Universitas Putra Malaysia, Haliza Abdul Rahman, menjelaskan soal banjir yang terjadi di Malaysia. Dia mencatat bahwa akhir-akhir ini terjadi peningkatan kejadian banjir.

Misalnya pada Agustus lalu, terjadi banjir bandang di kaki Gunung Jerai di Yan, Kedah yang merenggut enam nyawa.

Haliza juga mencatat pada bulan Juli dan Agustus, curah hujan yang berlebihan tercatat di negara lain, di antaranya adalah provinsi Henan di China, Jerman dan Turki menyebabkan banjir besar dan tanah longsor, menelan ratusan nyawa dan kerusakan parah pada properti.

"Perubahan iklim membawa perubahan ekstrim dalam pola cuaca, suhu dan curah hujan," kata Haliza.

Kini sudah diketahui penyebab banjir di Malaysia adalah akibat perubahan iklim. Banjir kali ini adalah peristiwa sekali dalam 100 tahun. 

Peristiwa Cuaca Sekali dalam 100 Tahun

Dalam konferensi pers pada Minggu (19/12) lalu, Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Air Malaysia (KASA) Dr Zaini Ujang mengatakan bahwa hujan deras yang dimulai pada Jumat (17/12) dan berlangsung lebih dari 24 jam, setara dengan curah hujan rata-rata selama sebulan. Kejadian ini merupakan 'peristiwa cuaca sekali dalam seratus tahun'.

"Curah hujan tahunan di Kuala Lumpur adalah 2.400mm dan ini berarti curah hujan kemarin telah melebihi rata-rata curah hujan selama sebulan, itu di luar perkiraan kami dan hanya terjadi sekali dalam seratus tahun," katanya.

Dr Zaini menjelaskan penyebab langsung dari banjir kali ini adalah faktor muson dan sistem cuaca tekanan rendah yang mencapai tingkat depresi tropis yang terbentuk di Laut Cina Selatan.

Departemen Meteorologi Malaysia awalnya mendeteksi fenomena itu pada 12 Desember lalu. Namun pada Sabtu (18/12), sistem cuaca memasuki Pahang dan menghantam seluruh semenanjung.

Dr Azizan mendesak pemerintah untuk meningkatkan sistem peringatan dini sehingga kejadian banjir besar di masa depan dapat ditangani dengan lebih baik.

"Kita perlu meningkatkan sistem peringatan kita. Anda tidak dapat menghentikan cuaca tetapi kami memiliki informasi yang cukup untuk membuat prediksi yang baik, dan dengan sistem peringatan yang baik, kami dapat memiliki respons yang baik terhadap insiden semacam itu, "kata Dr Azizan.

"Bencana terjadi ketika Anda tidak merencanakannya," tambahnya.

Lebih lanjut, dr Siew memberikan saran kepada pemerintah agar dapat mencegah kejadian serupa terjadi di kemudian hari. Saran itu seperti pengurangan emisi, penghentian deforestasi, promosi pembangunan berkelanjutan hingga berdialog dengan masyarakat terkait masalah iklim.

"Pemerintah harus membuat undang-undang perubahan iklim yang memberikan pendekatan terpadu, mulai dari tingkat kebijakan hingga tanggap bencana kita. Ini juga merupakan cara untuk mengintegrasikan peran masyarakat dan LSM dalam mengorganisir dukungan untuk tanggap bencana," jelasnya.

"Perlu ada upaya yang lebih terkoordinasi dan kami harus mulai meninjau rencana adaptasi kami," kata Dr Siew, yang menambahkan bahwa ini juga akan mengurangi dampak terhadap properti saat banjir terjadi.

Sumber: detik.com