Dr Muhammad Mohiuddin, Sosok di Balik Kesuksesan Cangkok Jantung Babi
Jum'at, 14 Januari 2022
Faktakini.info, Jakarta - a. Alkitab cetakan baru tahun 1996-2005
Imamat 11:7-8
Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu.
Ulangan 14:8
juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya.
b. Alkitab cetakan lama 1991
Imamat11:7-8
Demikian juga babi, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak, haram itu bagimu.
c. Alkitab cetakan lama tahun 1941
Imamat 11:7-8
Dan lagi babi, karena soenggoehpon koekoenja terbelah doewa, ija itoe bersiratan koekoenja, tetapi tiada ija memamah bijak, maka haramlah ija kapadamoe. Djangan kamoe makan daripada dagingnja dan djangan poela kamoe mendjamah bangkainja, maka haramlah ija kapadamoe.
Ini adalah beberapa bukti menurut Alkitab babi itu haram, bahkan untuk menyentuh nya pun dilarang.
Dalam Islampun Nabi diharamkan kecuali dalam situasi darurat.
Seorang pria di Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya menjalani transplantasi jantung babi. Mungkin masih terlalu dini untuk mengatakan transplantasi ini akan benar-benar berhasil. Namun operasi eksperimental tingkat tinggi ini tetap menjadi sejarah dalam dunia medis, dan ada sosok Muhammad Mohiuddin di balik itu.
Tim dokter di University of Maryland Medical Center yang melakukan prosedur transplantasi ini mengatakan, operasi tersebut menunjukkan kemungkinan organ hewan yang dimodifikasi secara genetik dapat berfungsi di dalam tubuh manusia.
Seperti dikutip dari CNN, jantung babi tersebut telah dimodifikasi secara gen untuk menghilangkan kandungan gula yang kerap menolak organ dengan cepat di dalam selnya.
Dr Muhammad Mohiuddin, direktur ilmiah program transplantasi hewan ke manusia di University of Maryland Medical Center bersama Dr. Bartley P. Griffith, memimpin operasi bersejarah tersebut dan sukses. Hingga tiga hari setelah operasi, pasien yang menerima cangkok jantung babi tersebut dalam keadaan baik.
"Jika ini berhasil, akan ada pasokan organ-organ serupa yang tak ada habisnya untuk pasien yang tengah menderita," kata Dr Mohiuddin.
Dikatakannya, donasi organ di AS sangat sedikit, sementara daftar pasien yang membutuhkan transplantasi terus meningkat. Kondisi ini mendorong dokter dan ilmuwan beralih ke organ hewan untuk memenuhinya.
Dr Mohiuddin adalah Profesor Bedah di Fakultas Kedokteran University of Maryland School of Medicine. Dikutip dari website University of Maryland, Dr Mohiuddin saat ini menjabat sebagai Chief of Transplantation Section of Cardiothoracic Surgery Research Program di University of Maryland Medical Center sekaligus Senior Scientist di National Heart Lung and Blood Institute di National Institutes of Health (NIH).
Sebelum bergabung dengan NIH di tahun 2005, ia memegang posisi di salah satu fakultas di University of Pennsylvania, Philadelphia dan Rush University, Chicago. Dr Mohiuddin terlibat dalam bidang xenotransplantasi sejak tahun 1992 dan telah berperan penting dalam memulai program penelitian xenotransplantasi di lembaga-lembaga yang disebutkan di atas.
Dr Mohiuddin menerima gelar MBBS (MD) dari Dow Medical College di Karachi, Pakistan dan setelah menyelesaikan pelatihan bedahnya di Civil Hospital Karachi, ia pindah ke AS, di mana ia menyelesaikan fellowship pertamanya dalam Transplantation Biology at University of Pennsylvania (Verdi DiSesa), kemudian juga transplantasi sumsum tulang di Institute of Cellular Therapeutics (Suzanne Ildstad), MCP Hahnemann University (sekarang bernama Drexel University).
Minat utama Dr Mohiuddin adalah untuk memahami peran limfosit B dalam transplantasi, khususnya penolakan xenograft. Minatnya yang lain termasuk toleransi transplantasi dan modulasi kekebalan.
Dia telah memberikan beberapa kontribusi di bidang transplantasi dan xenotransplantasi dengan lebih dari 120 publikasi dan lebih dari 100 abstrak serta berbagai presentasi.
Tim penelitiannya memegang rekor kelangsungan hidup xenograft terpanjang dalam model hewan besar. Rejimen imunosupresif yang dikembangkan di bawah kepemimpinannya, saat ini digunakan secara luas di seluruh bidang xenotransplantasi.
Selain itu, Dr Mohiuddin adalah anggota dewan terpilih dari International Xenotransplantation Association / TTS. Dia juga berupakan anggota kehormatan Transplantation Society dan American Society of Transplant Physicians.
Dia mengulas manuskrip untuk sejumlah jurnal terkait transplantasi, dan menerima beberapa penganugerahan NIH dan non-NIH selama karir akademisnya. Karya terbarunya dalam xenotransplantasi jantung disorot secara luas di media massa di seluruh dunia.
Menyoal transplantasi ginjal babi ke manusia, pada pekan ini lembaga keagamaan terkemuka Mesir, Al-Azhar, telah mengeluarkan fatwa. Cangkok organ tersebut diizinkan dalam kondisi tertentu.
Perdebatan soal diizinkan atau tidaknya dimulai setelah beberapa ahli bedah Amerika di New York berhasil melakukan transplantasi ginjal babi ke pasien manusia pada awal bulan ini. Hal ini memanfaatkan sumber terbarukan organ yang persediaannya terbatas.
Dalam Islam, babi sendiri dianggap sebagai hewan najis dan di dalam Al Quran umat muslim dilarang untuk mengonsumsi dagingnya.
Dikutip dari laman The Arab News, Al-azhar yang didirikan sebagai universitas Islam lebih dari seribu tahun yang lalu, dianggap sebagai otoritas agama tertinggi Mesir dan umat Islam di seluruh dunia memandang sebagai sebuah pedoman.
Tetapi, fatwa terbaru soal transplantasi ginjal babi ke manusia menambah bahwa penggunaan organ adalah untuk membantu menyelamatkan nyawa atau kebutuhan lainnya.
Selain itu, mereka menambah, Alquran sangat menekan akan penyelamatan nyawa manusia dengan mengatakan dalam satu ayat dalam surah Al-Maidah ayat 32.
"Dan barang siapa menyelamatkan satu nyawa, maka seolah-olah dia telah menyelamatkan nyawa seluruh umat manusia".
Sumber: detik.com