Pasukan Saracen

 




Ahad, 23 Januari 2022

Faktakini.info 

⚙️❤️⚙️ PASUKAN SARACEN ⚙️❤️⚙️ 

Dalam Buku Art of War, yang ditulis seorang sarjana bernama Charles Oman, disebutkan bahwa dua hal yang membuat orang-orang Islam yang dipanggil dengan sebutan Saracen pada abad ke-10 menjadi musuh dari Eropa yang dianggap paling berbahaya. 

Yang pertama adalah jumlahnya yang sangat besar dan yang kedua adalah pasukan itu memiliki kekuatan mesin perang luar biasa. 

Pengakuan atas kekuatan militer itu ditulis  dalam sebuah naskah tentang taktik militer yang dikaitkan dengan Raja Leo VI. 

Raja Leo VI ini berkuasa pada tahun 886 ~ 912. 

Menurut Raja Leo VI dari semua pasukan, pasukan Saracen adalah pasukan yang paling berbahaya, pasukan Saracen yang disebut oleh Raja Leo VI adalah pasukan Islam dari Dinasti Abbasiyah. Mereka memiliki pasukan yang sangat militan dan juga taktik perang yang sangat baik. 

Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, kekuatan militer memang dibangun dengan mengandalkan pasukan Persia, bukan Arab. Bahkan pasukan pengawal dari istana juga bisa menjadi mesin militer terkuat dan pasukan ini kebanyakan diambil dari orang- orang dari Khurasan. 

Pada saat itu, pasukan Arab dibagi menjadi dua Devisi, yaitu : Devisi Arab Utara yang berasal dari Mudhar dan Divisi lainnya yang disebut dengan Devisi Arab Selatan yang berasal dari Yaman. Khalifah al Mu'tashim dari Dinasti Abbasiyah juga membentuk divisi baru. Devisi yang ketiga ini diambil dari orang-orang Turki yang berasal dari Farqanah dan dari sejumlah wilayah Asia Tengah lainnya. Ketiga Devisi ini terkenal sebagai pasukan Saracen yang paling tangguh pada masanya. 

Arti Saracen 

Kata Saracen dalam bahasa Yunani adalah σαρακηνοί dibaca : sarakenoi dan dalam bahasa Latin : Saraceni, sedangkan bahasa Arab : شرق‎, dibaca syarq yang bearti timur. 

Kata Saracen ini kemudian menjadi istilah yang digunakan oleh orang Kristen pada Abad Pertengahan untuk menyebut orang-orang yang tinggal di wilayah padang gurun provinsi Romawi Arabia Petraea dan sekitarnya, dan  dibedakan dengan bangsa Arab. Di Eropa selama awal abad pertengahan istilah ini juga mencakup suku-suku di Arabia. Dalam bahasa Portugis istilah ini biasanya diterapkan secara khusus untuk orang Arab yang mendominasi Semenanjung Iberia.

Pada abad ke-12, "Saracen" menjadi sinonim untuk "Muslim" yang ditulis pada sastra Latin abad pertengahan, suatu perkembangan yang sudah dimulai beberapa abad sebelumnya di antara orang Yunani Bizantium, sebagaimana terbukti dari dokumen-dokumen abad ke-8.

Dalam bahasa-bahasa Barat sebelum abad ke-16, "Saracen" umumnya merujuk kepada orang Arab Muslim dan kata-kata "Muslim" maupun "Islam" umumnya tidak digunakan.

Pada masa selanjutnya Saracen digunakan sebagai penyebutan untuk orang yang berkulit hitam. Sebuah lukisan imajinatif yang dibuat oleh Julius Schnorr von Carolsfeld, pada tahun 1822-1827 menampilkan lukisan Saracen. 

Kata Saracen yang berasal dari Bahasa Yunani (Σαρακηνός), ini sebenarnya juga diduga berasal dari bahasa Arab شرقيين syarqiyyin yang berarti "orang-orang timur". Kata Saracen  muncul pada zaman klasik dan sampai abad ke-3 yang digunakan untuk menyebut beberapa  suku yang tinggal di Semenanjung Sinai atau lebih umumnya orang-orang yang tinggal di kawasan gurun di provinsi Romawi Petrea dan sekitarnya, yaitu : di timur-laut Jazirah Arab dan utara Semenanjung Sinai karena secara fisik  mereka berbeda dari orang Arab. Perkembangan selanjutnya kata Saracen ini digunakan untuk menggantikan penyebutan orang yang tinggal di pedalaman gurun pasir 

di sekitar Arabia Petrea, yang dibedakan secara khusus dari orang Arab. 

Pada masa-masa berikutnya, orang-orang Kristen Romawi memperluas penggunaan kata ini untuk menyebut suku-suku lain yang tinggal di Arabia. Setelah berkembangnya agama Islam, terutama pada masa Perang Salib, istilah Saracen ini digunakan terhadap bangsa Arab secara umum. Istilah ini disebarkan ke Eropa Barat oleh orang-orang Bizantium atau Romawi Timur dan Tentara Salib.

Kata Sarakens dalam bahasa Latin ditulis : Araceni yang disebutkan dalam buku keenam Naturalis Historia, karya Plinius yang Tua (VI. 157), dalam bahasa Arab disebut juga Urania. 

Buku yang kedua yang menyebutkan istilah ini adalah buku Panduan Geografi karya Claudius Ptolemaeus pada abad kedua. 

Perkembangan selanjutnya para sejarawan memakai istilah Saracen untuk menyebut pasukan yang dimiliki oleh Kekhalifahan dari Dinasti Abbasiyah. Namun kemudian kata Saracen digunakan sebagai penyebutan untuk orang yang berkulit hitam.