IMAM Aceh dan Gus Abbas Kecam Yaqut yang Bandingkan Suara Azan dengan Gonggongan Anjing

 





Kamis, 24 Februari 2022

Faktakini.info 

Press Release

Menyikapi setmen Mentri agama RI Yaqut Chalil yang membandingkan suara azan dengan suara  anjing menggonggong, kami atas nama ikatan muslimin Aceh Meudaulat (IMAM) dan juga atas bangsa  Aceh sangat tersinggung dengan pernyataan yang melecehkan azan , masak  azan dibandingkan dengan suara anjing menggonggong, padahal dalam azan itu ada kalimah tauhid dan penuh dengan kalimat suci, azan itu panggilan untuk menyembah Allah sang maha pencipta bukan suara nyanyian.

Ini pernyataan yang tidak patut keluar dari mulut orang yang mengaku Islam apalagi yang sedang menjabat sebagai menteri agama, dan juga  pernyataan membandingkan suara azan dengan suara anjing  termasuk bahagian dari menistakan Islam yang  melanggar dengan undang-undang yang berlaku. 

Maka oleh karena itu kami desak Yaqut Chalil untuk segera bertaubat bahkan menurut kami harus bersyahadat kembali..!

Dan juga kami ajak semua ummat Islam untuk bersatu melawan semua bentuk penistaan terhadap Islam dalam bentuk apapun dan siapapun pelakunya..!

Sudah cukup kita diam, dan tak boleh diam jika kita diam akan muncul berbagai pernyataan dari sang pembenci Islam atau dari kaum munafiqun yang  menyudutkan Islam. Padahal mereka tak sadar tanpa Islam tak ada NKRI, tanpa Rahmat Allah tak ada kemerdekaan, sekarang ramai ramai kaum munafiqun yang sok pancasilais menyerang Islam dari urusan yang besar sampai urusan yang kecil, pokoknya apapun bentuk syiar atau syariat Islam dicari cari salahnya.

Ummat Islam yang betul betul beriman dimanapun berada kami ajak untuk sama sama kita laporkan semua penista agama yang ada di Indonesia agar diproses sesuai hukum yang berlaku, dan juga kami harapkan kepada penegak hukum agar tidak bermain main dengan hukum dan agar hukum tidak pilih bulu tetapi adil lah dalam penegakan hukum, jika hukum tak diterapkan maka jangan salahkan rakyat jika tak percaya lagi kepada penegak hukum dan akan muncul lah pengadilan jalanan.

Dan juga kami mengajak ummat Islam untuk mengawal sampai tuntas   sampai kemeja hijau agar tidak ada para penista agama yang lolos dari hukum..!

Ayo ummat Islam bangkit menegakkan kebenaran dan keadilan..

Ayo lawan semua pengkhianat negara dan mafia agama..dan jangan pernah membiarkan para pembenci Islam bebas untuk mencari cari salah pada syiar atau syariat Islam..!


Signed From : Ketua IMAM

     Abi Muslem At-Thahiri

...

*Wejangan untuk sesama Gus, dari Gus Abbas Banyumas untuk Gus Yaqut Menag R.I*

Oleh: Ahmad Zainuddin Abbas (Gus Abbas)

_Pengasuh PP. Al Falah Mangunsari Tinggarjaya Jatilawang Banyumas Jawa Tengah_

Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) seperti ingin menghidupkan tatanan sosial keberagaman dan menonjolkan toleransi agama. Namun, sayangnya, Gus Yaqut seperti tidak mengerti bahwa toleransi itu sudah terbangun sejak lama di Negeri ini.

Alih-alih ingin menjadikannya sosok paling toleran, nyatanya justru dia semakin membuat gaduh dan merusak kerukunan antar ummat beragama serta mengganggu kondusifitas kegiatan umat islam. 

Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Mushala mengatur suara adzan di Masjid dan mushalla, kegiatan tadarus, hingga takbiran pada malam raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Dalam wawancaranya, Gus Yaqut berusaha keras meyakinkan publik bahwa suara adzan lima kali sehari itu sangat mengganggu. Seolah-olah kurang puas dengan upayanya kemudian Yaqult menjadikan gonggongan anjing sebagai contoh bahwa itu sangat mengganggu. Di sinilah letak masalah seriusnya, “Kumandang Adzan dianggap mengganggu sebagai mana gonggongan anjing”

"Yang paling sederhana lagi, kalau kita hidup dalam satu kompleks, misalnya. Kiri, kanan, depan, belakang pelihara anjing semua. Misalnya menggonggong dalam waktu bersamaan, kita ini terganggu nggak? Artinya apa? Suara-suara ini, apa pun suara itu, harus kita atur supaya tidak jadi gangguan. Speaker di musala-masjid silakan dipakai, tetapi tolong diatur agar tidak ada terganggu, 

Begitulah kalimat yang terlontar dari mulut menteri agama itu. 

Bagi umat muslim, Adzan bukan hanya sekedar lantunan suara yang memuat lafadz jalalah, namun juga sebagai panggilan ilahi agar semua muslim bergegas sholat berjamaah. 

Bagaimana mungkin kumandang yang demikian mulia kemudian dianggap mengganggu sebagaimana gonggongan anjing? Tidak adakah kiasan yang lebih baik dari gonggongan anjing?.

Dari sini jelas sekali persamaan yang dilakukan Yaqut merupakan pelecehan terhadap Adzan yang notabene bagian dari Syariat Agama Islam. 

Apa yang dilakukan Gus Yaqut pernah dilakukan oleh kaum Yahudi, 

قال القرطبي: كان إذا أذن المؤذن وقام المسلمون إلى الصلاة قالت اليهود في حق الأذان: لقد ابتدعت شيئا لم نسمع به فيما مضى من الأمم. فمن أين لك صياح مثل صياح العير؟ فما أقبحه من صوت، وما أسمجه من أمر

Imam Al-Qurtubi berkata : Ketika muadzin mengumandangkan adzan, orang-orang Yahudi berkomentar terkait adzan : “kamu telah melakukan perkara yang sama sekali belum pernah aku dengarkan dari umat-umat sebelumnya. Darimana kamu melakukan teriakan seperti teriakan unta? Suara yang paling buruk dan sesuatu yang paling menjijikkan.

Apa yang dilakukan orang Yahudi itu adalah penghinaan terhadap adzan, sedangkan Gus Yaqut melakukannya dengan lebih parah karena dia menggunakan gonggongan anjing sebagai persamaan mengganggunya.

Mengingat kalimat yang terlontar dari mulut Gus Yaqut mengandung unsur pelecehan terhadap syariat Islam, sedangkan pelaku sendiri beragama Islam, maka perlu dipertegas bahwa hukum pelaku penghina syariat adalah murtad. 

Secara ringkas dalam kajian kitab Aswaja, faktor yang menyebabkan seseorang menjadi murtad terbagi menjadi 3, yakni murtadz i'tiqodi (keyakinan), murtadz fi’li (perbuatan), dan murtadz qouli (ucapan). 

Sedangkan kaidah umum yang menjadikan seseorang murtad adalah menghina atau meremehkan Allah, Kitab-kitabnya, para nabinya, hingga syariat-syariatnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Is’adur Rofiq : 

)وحاصل أكثر تلك العبارات) التى ذكرها ذانك الإمامان (يرجع إلى كل عقد) بفتح أوله وسكون ثانيه أى اعتقاد (أو فعل أو قول) موصوف كل واحد منها بكونه (يدل على استهانة) ممن صدر منه (أو استخفاف بالله) سبحانه وتعالى (أو) بشىء من (كتبه) المائة والأربعة المارة (أو) بأحد من (أنبيائه) وفى نسخة بخط المؤلف أو رسله والأولى أعم (أو ملائكته) المجمع عليهم كما مر (أو) بشىء من (شعائره) جمع شعيرة وهى العلامة أى علامات دينه كالكعبة والمساجد فقوله رحمه الله تعالى (أو معالم دينه) بمعنى الشعائر كما قاله السيوطى (أو) بشىء من (أحكامه) تعالى أى أحكام دينه كالصلاة والصوم والحج والزكاة (أو) بشىء من (وعده) بالثواب للمطيع (أو) من (وعيده) بالعقاب لمن كفر به وعصاه (كفر) خبر أن أى إن قصد فائل ذلك الاستخفاف أو الاستهزاء بذلك (أو معصية) محرمة شديدة 

إسعاد الرفيق الجزء الأول ص : 61 (دار إحياء الكتب العربية(

Artinya : Kesimpulan dari penjelasan panjang tersebut, semuanya dikembalikan kepada kaidah “setiap keyakinan, perbuatan, atau ucapan yang mengindikasikan adanya penghinaan, atau merendahkan Allah ﷻ, Kitab-kitabnya, Nabi-nabinya, atau sesuatu dari syi'arnya (yaitu ciri khas agamanya seperti ka’bah dan masjid) ........... Maka dia dihukumi murtad ( keluar dari Islam / Kafir ) Jika memang berniat merendahkan atau menghina, atau minimal dia telah melakukan maksiat dengan dosa haram yang berat. 

Sebagai tambahan, hukum yang digagas oleh Ulama’ di atas merupakan hukum untuk pribadi pelaku, sedangkan bagi kita sebagai orang muslim menghukumi pelaku tersebut sebagaimana yang tampak secara dzohir.

Secara ringkas, ucapan seseorang terbagi menjadi dua, pertama kinayah (sindiran), kedua sorih (jelas).

Ucapan yang sorih, adalah ucapan yang tidak membutuhkan ta’wil untuk memahami maksudnya. 

Demikian juga ucapan Gus Yaqut, tidak membutuhkan ta’wil untuk memahami bahwa ucapannya mengandung unsur pelecehan dan penghinaan terhadap lantunan adzan, oleh karenanya hukum ucapan Gus Yaqut jika dipandang dari sudut pandang syariat sudah termasuk kalimat yang menyebabkan pelakunya murtad : 

Hal ini sebagaimana hadits Nabi ﷺ : 

نحن نحكم بالظواهر والله يتولى بالسرائر

Artinya : Kami menghukumi dengan sesuatu yang dhahir (lahiriah), dan Allah yang menangani seluruh yang tersembunyi (samar).

Andai ucapan tersebut terucap karena kebodohanpun, pelaku tetap dihukumi murtad, hal ini sebagaimana istidrok dari sulam taufiq setelah pembahasan di atas yang berbunyi sebagai berikut : 

تنبيه : لا يعذر من يتكلم بالكفر مازحا او غاضبا او جاهلا بالحكم ولا يمنع المزح ولا الغضب ولا الجهل عنه الوقوع في الكفر 

Catatan penting : Tidak diterima alasan seseorang yang berbicara kekufuran karena bercanda, marah, ataupun bodoh tentang hukum. Demikian pula bercanda, marah ataupun bodoh tentang hukum tidak akan mencegahnya jatuh dalam kekufuran. 

Demikianlah penjelasan hemat saya, hukum murtadz qouli ini tetap berlaku baginya. Terlepas dari apapun alasannya, Gus Gus Yaqut merendahkan kumandang Adzan dengan gonggongan anjing.

"Saran saya segera Gus Yaqut segera meminta maaf secara terbuka kepada Ummat Islam agar kegaduhan ini segera berakhir," Saran Gus Abbas.

وقوله: { وإذا ناديتم إلى الصلاة اتخذوها هزواً ولعباً} أي وكذلك إذا أذنتم داعين إلى الصلاة التي هي أفضل الأعمال لمن يعقل ويعلم من ذوي الألباب { اتخذوها} أيضاً { هزواً ولعباً ذلك بأنهم قوم لا يعقلون} معاني عبادة اللّه وشرائعه، وهذه صفات أتباع الشيطان الذي إذا سمع الأذان أدبر، فإذا قضى التأذين أقبل، فإذا ثوَّب للصلاة أدبر، فإذا قضى التثويب أقبل، حتى يخطر بين المرء وقلبه، فيقول: اذكر كذا، اذكر كذا، ما لم يكن يذكر، حتى يظل الرجل لا يدري كم صلى، فإذا وجد أحدكم ذلك فليسجد سجدتين قبل السلام. كما هو في الصحيحين، وقال الزهري: قد ذكر اللّه التأذين في كتابه فقال: { وإذا ناديتم إلى الصلاة اتخذوها هزواً ولعباً ذلك بأنهم قوم لا يعقلون} . وقال السدي في قوله: { وإذا ناديتم إلى الصلاة اتخذوها هزواً ولعباً} قال: كان رجل من النصارى بالمدينة إذا سمع المنادي ينادي: أشهد أن محمداً رسول اللّه، قال: حرق الكذاب، فدخلت خادمة ليلة من الليالي بنار وهو نائم وأهله نيام فسقطت شرارة، فأحرقت البيت، فاحترق هو وأهله. رواه ابن جرير وابن أبي حاتم. وذكر محمد بن إسحاق في السيرة أن رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم دخل الكعبة عام الفتح ومعه بلال، فأمره أن يؤذن وأبو سفيان بن حرب وعتاب بن أسيد والحارث بن هشام جلوس بفناء الكعبة، فقال عتاب بن أسيد: لقد أكرم اللّه أسيداً أن لا يكون سمع هذا فيسمع منه ما يغيظه، وقال الحارث بن هشام: أما والله لو أعلم أنه محق لاتبعته، فقال أبو سفيان لا أقول شيئاً لو تكلمت لأخبرت عني هذه الحصى، فخرج عليه النبي صلى اللّه عليه وسلم فقال: (قد علمت الذي قلتم)، ثم ذكر ذلك لهم فقال الحارث وعتاب: نشهد أنك رسول، ما اطلع على هذا أحد كان معنا فنقول أخبرك. وقال الإمام أحمد عن عبد اللّه بن محيريز وكان يتيماً في حجر أبي محذورة قال: قلت لأبي محذورة يا عم إني خارج إلى الشام، وأخشى أن أسأل عن تأذينك، فأخبرني أن أبا محذورة قال له: نعم، خرجت في نفر وكنا في بعض طريق حنين، مقفل رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم من حنين، فلقينا رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم ببعض الطريق، فأذن مؤذن رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم عند رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم فسمعنا صوت المؤذن ونحن متنكبون، فصرخنا نحكيه ونستهزىء به، فسمع رسول اللّه فأرسل إلينا إلى أن وقفنا بين يديه، فقال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم : (أيكم الذي سمعت صوته قد ارتفع)؟ فأشار القوم كلهم إلي، وصدقوا، فأرسل كلهم وحبسني، وقال: (قم فأذن) فقمت ولا شيء أكره إلي من رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم، ولا مما يأمرني به، فقمت بين يدي رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم، فألقى عليّ رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم التأذين هو بنفسه، قال: (قل: اللّه أكبر، الله أكبر أشهد أن لا إله إلا اللّه، أشهد أن لا إله إلا اللّه، أشهد أن محمداً رسول اللّه أشهد أن محمداً رسول اللّه، حي على الصلاة، حي على الصلاة، حي على الفلاح، حي علي الفلاح اللّه أكبر، اللّه أكبر، لا إله إلا اللّه)، ثم دعاني حين قضيت التأذين، فأعطاني صرة فيها شيء من فضة، ثم وضع يده على ناصية أبي محذورة، ثم أمَرَّها على وجهه، ثم بين ثدييه، ثم على كبده حتى بلغت يد رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم سرة أبي محذورة ثم قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم :(بارك اللّه فيك وبارك عليك) فقلت: يا رسول اللّه مرني بالتأذين بمكة، فقال: (قد أمرتك به)، وذهب كل شيء كان لرسول الله صلي الله عليه وسلم من الكراهة،وعاد ذلك كله محبة لرسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقدمت على عتاب بن أسيد عامل رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم فأذنت معه بالصلاة عن أمر رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم، وأخبرني ذلك من أدركت من أهلي ممن أدرك أبا محذروة على نحو ما أخبرني عبد اللّه بن محيريز. هكذا رواه الإمام أحمد، وقد أخرجه مسلم في صحيحه وأهل السنن الأربعة.

حدثني داود بن سليمان بن يزيد المكتب البصري, قال: ثنا عمرو بن جرير البجلي, عن إسماعيل بن أبي خالد, عن قيس بن أبي حازم, في قول الله: ( وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ ) قال: المؤذن ( وَعَمِلَ صَالِحًا ) قال: الصلاة ما بين الأذان إلى الإقامة.