Mengingat Berjuang Bersama Edy Mulyadi, Wartawan Senior FNN yang Jadi Tumbal Kerakusan Oligarki

 




Kamis, 17 Februari 2022

Faktakini.info

*MENGINGAT LAGI SEPENGGAL KISAH PERJUANGAN BERSAMA BANG EDY MULYADI, WARTAWAN SENIOR FNN YANG MENJADI TUMBAL KERAKUSAN OLIGARKI*

Oleh : *Ahmad Khozinudin*

Sastrawan Politik

Alhamdulillah, segala Qadla Allah SWT baik bagi hamba-Nya. Bagian dari kewajiban seorang muslim, adalah huanudz dzan dan wajib ridlo dengan segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Allah SWT yang menciptakan alam semesta, Allah SWT yang menciptakan kehidupan, Allah SWT yang menciptakan manusia. Semua milik Allah SWT, maka terserah Allah SWT semua yang dikehendaki-Nya. 

Tidak ada satu kejadian, hingga daun yang berguguran tanpa izin dan sepengetahuan Allah SWT. Seluruh kisah makhluk, telah ditetapkan pada kitab Lauhul Mahfudz.

Begitu juga, dengan cerita perjalanan hidup dan perjuangan kita. Allah SWT telah menetapkan takdir, yang bagi setiap orang beriman, takdir Allah SWT adalah baik. Tidak ada yang sia-sia, atas setiap rencana, ketetapan dan keputusan Allah SWT.

Edy Mulyadi, atau penulis lebih akrab memanggil beliau dengan panggilan Bang Edy adalah sahabat penulis. Sudah lama, penulis berinteraksi dan berjuang bersama beliau.

Terakhir, di jalan perjuangan Bang Edy Mulyadi mengalami ujian dari Allah SWT, ujian yang dahulu juga dilalui para penyeru kebenaran. Karena mengkritik proyek IKN yang hanya menguntungkan kepentingan oligarki, Bang Edy dikriminalisasi melalui ungkapan tempat jin buang anak.

Alhamdulillah, kondisi beliau sehat. Semangat perjuangan beliau tidak surut, beliau tetap konsisten menolak proyek IKN yang hanya menguntungkan oligarki.

Penulis mencoba mengingat kembali, sekira 3 atau 4 tahun yang lalu, saat Penulis, Bang Edy Mulyadi, Bang Ichsanuddin Noorsy, Ustadz Ismail Yusanto, mengadakan diskusi bersama tokoh dan ulama di pulau Madura. Indah sekali, sepanjang perjalanan kami berdiskusi.

Kebetulan Bang Edy berlatar belakang Wartawan yang konsen dalam isu ekonomi, Bang Ichsanuddin Noorsy juga Ekonom yang juga ahli politik, maka banyak sekali perbicangan kami seputar masalah ekonomi dan politik. 

Dalam setiap diskusi Bang Edy sering mengutip istilah 'Menteri Keuangan Terbalik' bukan 'Terbaik' untuk menggelari secara satire Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang beberapa kali mendapatkan award. Kekhasan beliau dalam diskusi, adalah pandai mengutip diksi kultural yang substantif yang berbasis metafora ilmiah,  sehingga audiens menjadi hidup dan mudah memahami substansi diskusi.

Karena itu, ungkapan 'tempat jin buang anak' bukanlah ungkapan yang aneh. Sebagaimana ungkapan 'Singa Yang Mengeong' untuk menyindir Saudara Prabowo Subianto. Menjadi perkara pidana, dan menyebabkan Bang Edy ditangkap, alasannya bukanlah karena desakan masyarakat adat tertentu, melainkan karena adanya tekanan kaum oligarki yang menguasai kekuasaan.

Buktinya, kasus Arteria Dahlan yang terbuka dan kongkrit merendahkan bahasa Sunda, tidak diproses hukum. Padahal, tekanan masyarakat Sunda baik melalui demonstrasi dan laporan polisi, tetap juga tidak dapat menjadi sebab kasus diproses. Karena memang tidak ada kepentingan oligarki yang disinggung oleh Arteria Dahlan.

Kembali ke Bang Edy, kenangan bersama Bang Edy bukan hanya perjuangan dan berdiskusi. Tetapi juga soal kuliner.

Kita terbiasa menafsirkan perjuangan sebagai raihlah. Di Jawa Timur, sejumlah kota dan kabupaten telah kami kunjungi.

Yang tidak pernah terlewatkan, adalah sajian durian perlawanan. Ini menu khas dan wajib pada setiap agenda diskusi. Untuk urusan durian ini, murni tanggung jawab Cak Slamet dan Cak Fajar.

Ke Madura, tidak lupa menikmati sajian Bebek Songkem atau Bebek Sinjai. Tidak lama setelah menyeberang dari Jembatan Suramadu, berjejer rumah makan yang menyajikan hidangan berbagai selera, terutama yang berkaitan dengan bebek.

Ah, rasanya ingin segera kembali, berjuang bersama Bang Edy Mulyadi. Keliling daerah (meskipun kami bukan caleg dan tidak memiliki Dapil), tetapi dorongan ruh perjuangan menyebabkan kami terbiasa mengadakan safar untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya memperjuangkan Islam dan memahami realitas kehidupan yang rusak karena tidak diterapkan Islam. 

Semoga Bang Edy segera disidang dan divonis bebas. Tidak berlama-lama dalam status tahanan penyidik. Penyidik tidak pula menambah masa tahanan, dengan dalih berkas belum lengkap. Bukankah menetapkan tersangka, berarti telah cukup bukti minimal dua alat bukti ? sehingga, rasanya jika penyidik menambah waktu penahanan dan mengulur-ulur waktu, sama saja berbuat zalim kepada Bang Edy Muladi. [].

Posting Komentar untuk "Mengingat Berjuang Bersama Edy Mulyadi, Wartawan Senior FNN yang Jadi Tumbal Kerakusan Oligarki "