Benarkah Hadits yang Telah Disampaikan oleh Habib Hussein Baagil?
Rabu, 2 Maret 2022
Faktakini.info
*"BENARKAH HADIST YANG TELAH DISAMPAIKAN OLEH HABIB HUSEIN BAAGIL....??"*
By :
M. Zakaria Al Ansori S.Pd
(Alumnus Madinah)
Pilihan soal politik itu adalah hak pribadi seseorang, karna tiap seseorang pasti memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dan hal itu dalam demokrasi adalah sesuatu yang lumrah.
Orang yang pro dengan sikap atau kebijakan pemerintah dengan orang yang kontra terhadap kebijakan maupun sikap pemerintah juga adalah hal yang lumrah dalam berdemokrasi.
Dan keduanyapun saling tuduh menuduh dengan tuduhan makar, radikal serta menjual agama untuk menebar kebencian terhadap pemerintah yang SAH, dan orang yang kontra pun menuduh kepada pendukung sikap kebijakan pemerintah dengan tuduhan penjilat, pendukung kedzoliman dan menjual agama demi jabatan.
Lantas bagaiamana kita seharusnya bersikap antara 2 kelompok tersebut, tentu kita sebagai Ummat Islam harus memiliki sikap yang lurus dan memilih yang benar tanpa memihak dari kelompok manapun. Saya tidak dalam posisi membicarakan benar atau salah cara yang ditempuh sebagian orang dalam menyuarakan aspirasi dengan turun ke jalan. Saya hanya ingin menyorot hadits yang dijadikan oleh Habib Husein Baagil sebagai tameng dalam sikap yang dipilihnya..
Beliau mengatakan dalam Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
تسمع وتطيع للأمير، وإن ضرب ظهرك، وأخذ مالك، فاسمع وأطع (رواه مسلم رقم 1847)
*"Dengar dan patuh pada pemimpin. Meskipun punggungmu dipukul dan hartamu dirampas, tetap dengar dan patuh.”*
Potongan hadist memang benar tapi diambil dibagian akhir hadist, hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Hudzaifah bin al-Yaman رضي الله عنه yang cukup panjang. Dengan memotongnya dari matan hadits secara keseluruhan, bahkan dari konteksnya, lalu berfokus hanya pada bagian ini saja, sangat wajar jika kesimpulan dari habib Husein Baagil yang dihasilkan menjadi pincang bahkan terkesan memaksakan dalam menempatkan potongan hadist tersebut sebagai pembenaran.
Para ulama hadist sebagian besar menerima kesahihan hadits ini karna diriwayatkan oleh Al Imam Muslim, akan tetapi hadist ini menjelaskan bahwa hadits ini berbicara dalam konteks ketika umat dipimpin oleh seorang khalifah yang sah dalam pemerintahan Islam. Ketika itu, seorang muslim memang dianjurkan untuk bersabar terhadap kezaliman sang khalifah demi menjaga keutuhan umat.
*Sebelum saya lanjutkan, apakah pemerintah sekarang masuk dalam kategori produk kholifah yang SAH atau tidak.....??*
Al Imam Ibnu Hazm Ra mengatakan terkait hadist tersebut :
الظهر فإنما ذلك بلا شك إذا تولى الإمام ذلك بحق، وهذا ما لا شك فيه أنه فرض علينا الصبر له، وإن امتنع من ذلك بل من ضرب رقبته إن وجب عليه فهو فاسق عاص لله تعالى، وأما إن كان ذلك بباطل فمعاذ الله أن يأمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بالصبر على ذلك، برهان هذا قول الله عز وجل: {وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان}, وقد علمنا أن كلام رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يخالف كلام ربه تعالى، قال الله عز وجل: {وما ينطق عن الهوى أن هو إلا وحي يوحى} وقال تعالى: {ولو كان من عند غير الله لوجدوا فيه اختلافًا كثيرًا} فصح أن كل ما قاله رسول الله صلى الله عليه وسلم فهو وحي من عند الله عز وجل، ولا اختلاف فيه ولا تعارض ولا تناقض، فإذا كان هذا كذلك فيقين لا شك فيه يدري كل مسلم أن أخذ مال مسلم أو ذمي بغير حق وضرب ظهره بغير حق إثم وعدوان وحرام؛ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن دماءكم وأموالكم وأعراضكم حرام عليكم" فإذ لا شك في هذا ولا اختلاف من أحد من المسلمين، فالمُسْلِم ماله للأخذ ظلمًا، وظهره للضرب ظلمًا، وهو يقدر على الامتناع من ذلك بأي وجه أمكنه، معاون لظالمه على الإثم والعدوان، وهذا حرام بنص القرآن
*Terjemahan bebasnya ;*
Adapun perintah Nabi Mujammad صلى الله عليه وسلم untuk bersabar ketika harta dirampas dan punggung dicambuk, jelas ini berlaku dalam konteks ketika ada imam (khalifah) yang memimpin melalui jalur yang benar. Tentu, dalam hal ini, kita wajib bersabar. Bahkan kalau ada orang yang enggan untuk dipukul, sementara ia memang layak dipukul, maka sesungguhnya ia adalah seorang yang fasik dan bermaksiat kepada Alloh سبحانه وتعالى . Adapun kalau hal itu dilakukan secara batil, maka tidak mungkin Rasululloh صلى الله عليه وسلم memerintahkan kita untuk bersabar terhadap hal itu. Dasarnya adalah firman Alloh: *“Tolong-menolonglah dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.”*
Dan kita tahu bahwa sabda Rasululloh SAW tidak mungkin bertentangan dengan firman Alloh سبحانه وتعالى. Allah berfirman: *“Tidaklah ia (Muhammad) berbicara berdasarkan hawanya. Yang ia bicarakan, tidak lain, adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”*
Alloh سبحانه وتعالى juga berfirman, *“Kalau seandainya Alquran itu datang dari selain Allah tentu mereka akan menemukan pertentangan yang sangat banyak di dalamnya.”*
Kalau demikian, berarti setiap yang Nabi صلى الله عليه وسلم sabdakan adalah wahyu dari Alloh سبحانه وتعالى, tidak ada perselisihan, tidak ada pertentangan, dan tidak ada kontradiksi di dalamnya. Maka sesuatu yang mesti diyakini dan diketahui setiap muslim, bahwa mengambil harta seorang muslim atau bahkan seorang dzimmiy, secara tidak benar, begitu juga memukul punggungnya secara tidak benar, adalah sebuah tindakan yang berdosa dan mengandung permusuhan. Sementara Rasululloh صلى الله عليه وسلم pernah bersabda: *“Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu, haram bagimu menumpahkan (merusaknya).”*
Maka, tidak ada perbedaan diantara umat Islam bahwa orang yang menyerahkan hartanya untuk diambil dan punggungnya untuk dipukul secara dzalim, sementara ia bisa untuk menghindari itu dengan cara apapun, berarti ia telah membantu pelaku kezaliman untuk melakukan dosa dan permusuhan, dan ini semua adalah haram menurut Aquran.
Dalam hadist yang lain yang diriwayatkan oleh Al Imam Thabroni Ra :
Dari Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه, Rasululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
ألا إن الكتاب والسلطان سيفترقان فلا تفارقوا الكتاب ألا إنه سيكون أمراء يقضون لكم فإن أطعتموهم أضلوكم وإن عصيتموهم قتلوكم» قال: يا رسول الله فكيف نصنع؟ قال: «كما صنع أصحاب عيسى ابن مريم , نشروا بالمناشير وحملوا على الخشب موت في طاعة خير من حياة في معصية الله عز وجل
"Ingatlah...!! Sesungguhnya Alquran dan kekuasaan akan bercerai, maka jangan kalian tinggalkan Alquran. Ketahuilah, akan ada para pemimpin yang memerintahmu. Jika kamu patuh, mereka akan menyesatkanmu. Tapi jika kamu menentang, mereka akan membunuhmu.”
Muadz bertanya, “Ya Rasululloh, apa yang mesti kami lakukan?” Rasululloh SAW bersabda, *“Lakukan seperti yang dilakukan pengikut Isa bin Maryam. Mereka rela digergaji dan disalib. Mati dalam ketaatan lebih baik daripada hidup dalam maksiat.”*
*Catatan :*
Yang pertama ;
Jadi tidaklah tepat kalau pemimpin dari produk demokrasi dengan produk khilafah itu disamakan baik dalam cara memilih dan pengangkatannya.
Yang kedua ;
Memahami konteks itu harus secara utuh dengan melihat syarah hadist (penjabaran) dari para Ulama' ahli hadist bukan memahami hadist dari konteks matan hadist.
Yang ketiga ;
Mencari pembanding hadist dalam riwayat yang lain.
Semoga tulisan ini sampai kepada beliau supaya lebih banyak mengkaji kitab kitab hadist supaya memiliki perbandingan yang kesannya memaksakan potongan matan hadist sebagai tameng...
Waallohul Musta'an