Keluarga: Dokter Sunardi Kerap Beri Pengobatan Gratis dan Bantu Korban Bencana Alam

 




Sabtu, 12 Maret 2022

Faktakini.info, Jakarta - Sunardi, dokter asal Kabupaten Sukoharjo yang dituduh teroris dan ditembak mati Densus 88 Antiteror ternyata memiliki jiwa sosial yang tinggi. Semasa hidupnya, Sunardi ternyata kerap menyelenggarakan pengobatan gratis di kliniknya yang berada di wilayah Pasarkliwon, Solo.

"Itu ada namanya, semacam klinik atau balai pengobatan di kawasan Semanggi, Pasar Kliwon. Di situ digunakan jamaah atau masyarakat umum," kata juru bicara keluarga Sunardi, Endro Sudarsono, saat dihubungi wartawan, Jumat (11/3/2022).

Selain di klinik, Endro menambahkan, Sunardi juga rutin mengikuti kegiatan pengobatan gratis di sejumlah daerah. Tidak hanya di area Solo Raya, tetapi juga hingga ke luar Jawa.

"Pada event-event tertentu ada pengobatan gratis, ambulans gratis, dan beberapa pelayanan kesehatan, termasuk mengirimkan relawan-relawan tanggap bencana sekitar Solo Raya maupun di Jawa atau luar Jawa," ungkapnya.

Untuk pengobatan gratis, Endro mengatakan, ada jadwal tersendiri yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Hanya saja, Endro mengaku tidak tahu secara detail tentang hari dan jam berapa pengobatan gratis itu biasa dilakukan.

"Beliau termasuk sebagai pendiri klinik itu juga, itu semacam pelayanan jadwal khusus. Tapi jadwal khususnya kurang tahu. Sekarang kantornya masih berdiri disana. Sebelum ditangkap ya disitu," kata Endro.

Pernyataan Endro tentang tingginya jiwa sosial dokter Sunardi itu diamini oleh Ketua IDI Sukoharjo, Arif Budi Satria. Arif menyampaikan, Sunardi semasa hidupnya sering melakukan kegiatan sosial.

"Saat gempa Bantul, beliau juga memberikan bantuan pengobatan di sana. Dan, mengalami kecelakaan saat membantu korban gempa itu," ungkap Arif.

Diberitakan sebelumnya, Mabes Polri menyebut dokter Sunardi yang ditembak mati oleh Densus 88 sudah ditetapkan sebagai tersangka saat disergap di jalan yang berujung penembakan. Ketika melakukan proses penangkapan, petugas di lapangan sudah dibekali surat penetapan target sebagai tersangka tindak pidana terorisme.

"Saya luruskan semua informasinya di sini ya, bahwa SU (dokter Sunardi) itu tersangka tindak pidana terorisme, bukan lagi sebagai terduga," demikian kata Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan, kepada detikJateng, pagi tadi.

Dijelaskan oleh Brigjen Ahmad, bahwa pada saat petugas dari Densus 88/Antiteror melakukan proses penangkapan di Jalan Bekonang-Sukoharjo pada Rabu (9/3) malam, petugas di lapangan sudah dibekali surat penetapan tersangka yang akan ditunjukkan kepada yang bersangkutan.

Saat ditanya Sunardi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus apa, Ahmad Ramadhan mengatakan bahwa yang bersangkutan aktif dalam jaringan terorisme dan organisasi terlarang Jemaah Islamiyah (JI).

"Keterlibatannya jelas. Dia anggota JI, pernah menjabat sebagai Amir Khidmat, Deputi Dakwah dan Informasi, penasihat Amir JI, dan penanggung jawab Hilal Ahmar Society Indonesia atau HASI yang terafiliasi dalam organisasi terlarang JI," klaim Ramadhan.

Dalam pernyataan terpisah saat jumpa pers secara virtual, Ahmad Ramadhan mengatakan petugas sebenarnya sudah berusaha memperkenalkan diri dan menghentikan mobil yang dikendarai tersangka.

"Namun mengetahui mobilnya dihentikan petugas, tersangka melakukan perlawanan dengan sangat agresif," klaimnya.

Ia mengklaim, tersangka justru mencoba menabrak para petugas. Anggota Densus 88 kemudian melompat ke bak belakang mobil double cabin yang dikendarai dokter Sunardi itu dan tetap berusaha menghentikannya. Bukannya berhenti, kata Ahmad Ramadhan, Sunardi justru memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Tak hanya itu dokter Sunardi diklaim mengendarai mobilnya ke kiri dan ke kanan atau zizag untuk menjatuhkan petugas yang ada di bak belakang mobilnya.

Menurut Ramadhan, dalam perlawanannya itu, dokter Sunardi juga sempat menabrak salah satu mobil yang dikendarai Densus 88 serta satu mobil dan satu motor milik masyarakat. Hal itu membuat petugas memilih untuk menembak dokter Sunardi.

Pihak keluarga menyayangkan tindakan Densus 88 Antiteror yang menewaskan dokter Sunardi. Keluarga meyakini dokter Sunardi tidak terlibat kasus terorisme.

"Sekali lagi pesan dari keluarga, keluarga sedikit pun tidak meyakini kalau Pak Sunardi itu terlibat kasus terorisme," kata Endro Sudarsono.

Terkait langkah hukum, ISAC masih akan berkoordinasi dengan keluarga dokter Sunardi dalam waktu dekat.

"Untuk langkah hukum, ini sudah ada yang mendekati kami, cuma belum kami sampaikan kepada pihak keluarga. Karena tidak etis kalau saat ini langsung berbicara masalah hukum," kata dia.

Terungkap pula ternyata Dokter Sunardi merupakan seorang difabel (Cacat). Selama ini dia harus berjalan dengan alat bantu karena pernah cedera saat Gempa Jogja, beberapa tahun lalu.

Pada gempa yang terjadi pada 2006 itu Sunardi menjadi salah satu relawan yang terjun langsung membantu korban bencana.

Saat itu dia mengalami kecelakaan yang membuat kakinya cedera sehingga harus menggunakan alat bantu berjalan seumur hidupnya.

"Baru tadi dapat informasi dari pihak keluarga bahwa beliau tahun 2006 pernah kecelakaan saat membantu korban gempa Bantul," terang Ketua IDI Sukoharjo Arif Budi Satria kepada wartawan ditemui di Sukoharjo, Jumat (11/3/2022).

Akibat kecelakaan itu, lanjut Arif, kaki korban mengalami luka dan terpaksa menggunakan alat bantu untuk berjalan.

"Informasi yang saya dapat dari ayah almarhum seperti itu. Jadi beliau kecelakaan terkena becak dan kakinya cedera," ucapnya.

Hanya saja, Arif tidak mengetahui secara pasti kaki bagian mana yang mengalami luka akibat kejadian itu.

"Kalau kakinya yang luka akibat kecelakaan itu saya tadi kurang begitu paham, saya tadi tidak nanya. Kalau lebih detailnya kepada pihak keluarga saja," ungkapnya.

"Saya juga malah baru tahu tadi. Yang kami kenal selama ini dia kan bersosial tinggi," imbuhnya.

Berikut ini beberapa komentar netizen, dikutip Faktakini.info dari halaman Detik.com Sabtu (12/3)


Romano Rezza

Seorang Dokter..rumah jelas,tempat praktek jelas,jadwal praktek jelas.

Bisa ditangkap ditempat praktek ataupun dirumah.

Knp harus dikejar2 dijalanan???

Trus bilang yg bersangkutan melawan.

Org bisa saja berasumsi gmn klu aparat justru yg berpura2 seperti begal Supaya pak dokter melawan agar melegitimasi tindakan pembunuhan?

Mau percaya tapi cara yg ditempuh aparat sangat janggal.

Semoga siapa saja yg melakukan kezaliman mendapatkan laknat Allah SWT.😓


Pencitraan

Cara kerja yg amatiran,kaya anak anak main perang perangan,bukankah kalian punya intelejen,banyak cara yg lebih manusiawi untuk menangkap dokter tersebut,misal datangi tempat prakteknya dan pura pura berobat,dll.


Ahyanadi

Mungkin karena sering memberikan pengobatan gratis itulah pa sunardi di anggap radikal...


Agus Ramli

Tersangka, terduga, tertuduh, ter indikasi,

Masih perlu proses yg MEMBUKTIKAN via pengadilan, lalu siapa yg menyangka, menduga dan menuduh.?? Adakah bukti kuat dan diterima bahwa yg dipersangka kan terhadap tersangka itu benar adanya.?? 

Kalo baru disangka sudah dimatiin, Negara ini pake hukum apa.??

Sumber: detik.com dan lainnya