Muhammadiyah Jangan Kehilangan Optimisme atas Perlakuan Buruk Orang Lain

 




Kamis, 3 Maret 2022

Faktakini.info, Jakarta - Jadikan cabang dan ranting Muhammadiyah sebagai pemersatu masyarakat. Organisasi kita ini berdiri lebih awal dari pada organisasi lainnya. Muhammadiyah menjadi penggerak kemerdekaan, kita ikut mendirikan republik ini. 

Menjadi aneh kalau di satu cabang dan ranting atau di daerah tingkat bawah kehadiran Muhammadiyah dianggap sebagai asing, kehadiran Muhammadiyah yang dianggap sebagai pemecah.

Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nasir pada malam penutupan Cabang Ranting Muhammadiyah Awards & Expo IV 2022. Acara digelar oleh LPCR Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara virtual, Selasa (1/3/2022) malam.

“Padahal kita sejak awal sebagai kekuatan nomor satu, bagaimana Ki Bagus Hadikusumo menjadi penengah, menjadi penentu di tengah konfilk yang terjadi di tubuh bangsa ini. Sehingga menjadi kompromi diciptakan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa,” ungkap Haedar.

Haedar menegaskan kepada seluruh lapisan pemerintah, mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, kepolisian, TNI, di tingkat RT/RW, dukuh, pedusunan dan semuanya, bahwasanya kehadiran Muhammadiyah untuk umat, bangsa, dan masyarakat. Apa yang dibangun Muhammadiyah itu bukan untuk dirinya sendiri.

Tak Mudah Jadi Pemersatu

Haedar juga mengatakan, seringkali atas perlakuan buruk terhadap Muhammadiyah dan pengorbanannya, Muhammadiyah seringkali mengalah. 

“Maka kita ajak juga masyarakat dan elite-elite politik setempat untuk menjadi kekuatan pemersatu. Kuncinya adalah ketulusan kita bergerak. Jangan pernah kita kehilangan optimisme terhadap perlakuan buruk dari orang lain. Percayalah, nabi pun mengalami itu,” kata Haedar.

Kalau memang, masih lanjut Haedar, karena negara kita adalah negara hukum dan harus diselesaikan dengan hukum, selesaikan dengan cara hukum yang baik, tanpa konfrontasi. Tapi kita juga mengajak masyarakat dan pemerintah dan semua pihak untuk juga taat azaz juga taat pada hukum.

Selama relasi kita mayoritas minoritas tanpa melihat substansi kebenaran, kebaikan dan kemaslahatan, kehidupan keumatan kebangsaan kita tidak akan pernah baik. Karena itulah, Haedar berpesan, menjadi jembatan pemersatu itu tidak mudah. 

“Memang menjadi pemersatu tidak mudah karena ibarat jebatan menghubungkan dua tempat dan sering diinjak-injak, kalau tidak kuat, roboh. Tetapi jadilah jembatan insyaallah besar pahalanya, dan nanti Allah akan mengganti berkah yang lebih besar,” tuturnya. (*)

Foto: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberi tausiyah penutupan Cabang Ranting Muhammadiyah Award dan Expo IV 2022 (Emil Mukhtar/PWMU.CO)