Rusia Resmi Hengkang dari Stasiun Luar Angkasa Internasional
Selasa, 8 Maret 2022
Faktakini.info, Jakarta - Keputusan ini diambil sebagai respons Rusia atas sanksi terhadap invasi yang dilakukannya ke Ukraina.
Dalam sebuah tweet, Roscosmos mengungkapkan pihaknya tidak akan bekerja sama dengan Jerman dalam eksperimen bersama di segmen ISS Rusia. "Kami kini bermaksud untuk melakukannya secara independen," sebut mereka.
ISS saat ini diawaki oleh kru yang terdiri dari personel Rusia, Amerika, dan Jerman. Namun konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung telah menciptakan keretakan serius antara Rusia dan negara-negara Barat.
Awalnya, badan antariksa AS NASA berharap dapat mempertahankan kolaborasinya dengan Roscosmos dan tetap optimis bahwa operasional di stasiun luar angkasa dapat berjalan seperti biasa. Namun, eskalasi permusuhan telah membuat seluruh proyek penelitian luar angkasa di ISS dan masa depannya diragukan.
Berdasarkan perjanjian ini, ISS diizinkan untuk tetap beroperasi hingga 2024, meskipun NASA baru-baru ini mengumumkan niatnya untuk memperpanjang proyek hingga 2030. Namun, kelanjutan ISS tentunya akan membutuhkan dukungan semua pihak, dan keluarnya Rusia dari kolaborasi ini mungkin akan menggagalkan rencana tersebut.
Peran Rusia sangat krusial di ISS, antara lain mengendalikan laboratorium kunci, mengirimkan pasokan dari Bumi, bahkan juga mengatur ketinggian stasiun itu yang mencegahnya meluncur ke Bumi.
Mitra AS lain yang turut mengoperasikan ISS seperti Jepang, Eropa dan Kanada bisa membuat ISS tetap bertahan tanpa Rusia. Akan tetapi mungkin tidak sepadan dari sisi usaha dan biayanya. Rusia juga memutuskan untuk berhenti memasok mesin roket ke AS. Hal ini disampaikan secara resmi oleh Dmitry Rogozin, kepala badan antariksa Rusia Roscosmos.
Menurut Rogozin, Rusia telah mengirimkan total 122 mesin RD-180 ke AS sejak 1990-an. Sebanyak 98 di antaranya telah digunakan untuk menggerakkan kendaraan peluncuran Atlas.
Roscosmos juga akan menghentikan servis mesin roket yang sebelumnya dikirim ke AS. Hingga saat ini, AS masih memiliki 24 mesin dan Rusia berniat membiarkannya karena tidak mau lagi memberikan bantuan teknis kepada AS.
Sumber: Detikinet