Ade Armando itu Cuma Dipukuli, Dikeroyok dan Ditelanjangi, Ga Ada Radikal Radikul, Ekstrimisme Apalagi Takfiri Terorisme
Kamis, 14 April 2022
Faktakini.info
*ADE ARMANDO ITU CUMA DIPUKULI, DIKEROYOK DAN DITELANJANGI, GA ADA RADIKAL RADIKUL, EKSTRIMISME APALAGI TAKFIRI TERORISME*
Oleh : *Ahmad Khozinudin*
Sastrawan Politik
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT Brigadir Jenderal Ahmad Nurwakhid menilai pelaku pengeroyokan terhadap Ade Armando di tengah aksi demonstrasi mahasiswa pada 11 April 2022 terpapar paham takfiri. Kekerasan dan anarkisme di ruang publik seperti yang dialami pegiat media sosial sekaligus dosen komunikasi di Universitas Indonesia itu, menurut Nurwakhid, bukan cara masyarakat yang beradab, tetapi ciri kelompok ekstremisme yang prokekerasan.
“Kekerasan dalam bentuk dan atas nama apa pun bukan cerminan sikap dan warisan leluhur bangsa ini serta nyata bertentangan dengan nilai-nilai agama," kata dia melalui keterangan tertulis, Selasa, 12 April 2022.
Nurwahid mengingat, peristiwa tersebut agar dapat menjadi pelajaran, terkadang seseorang mudah mendalihkan kekerasan dan halal darah seseorang untuk kepentingan tertentu. Nurwakhid mengatakan cara berpikir seperti itu memiliki kemiripan dengan pola pikir kelompok radikal terorisme. Mereka, dikatakannya, selalu melegitimasi segala tindakan kekerasan yang dilakukan dengan mempolitisasi dan memanipulasi dalil agama.
Dari narasi yang mereka umbar, Nurwakhid menduga kuat para pelaku kekerasan terhadap Ade Armando terpapar virus takfiri yang mudah mengkafirkan yang berbeda dan menghalalkan darah yang dianggap kafir. Pandangan takfiri kata dua merupakan salah satu karakteristik kelompok radikal terorisme selama ini.
Walah lebai amat sih BNPT, kasus biasa saja kok di narasikan sebegitu rupa. Perlu untuk ditegaskan, Ade Armando itu cuma dipukuli, dikeroyok dan ditelanjangi. Memang, dipermalukan juga, tapi tak ada itu Takfiri, Ekstrimisme, apalagi radikal radikul dan terorisme.
Saat puasa, ada tawuran anak remaja. Ada pemukulan, pengeroyokan, juga sejumlah perundungan. Biasa saja tuh, tak ada BNPT teriak teriak peristiwa ekstrim dan Takfiri, apalagi radikalisme dan terorisme.
Saat anggota TNI dan keluarganya dibantai OPM di Papua, anaknya dibuat yatim, itu peristiwa pembunuhan, lebih sadis dari kasus Ade Armando. Tidak ada tuh BNPT menyebut OPM ekstrimis? Radikalis ? Teroris ?
Apalagi kasus KM 50, 6 nyawa dibantai, ada bekas luka yang mengindikasikan bekas penyiksaan. Dianggap pembunuhan biasa tuh, pelakunya malah dilepaskan. BNPT tidak pernah bunyi, tidak menyebut pelaku pembunuhan 6 laskar FPI sebagai tindakan ekstrimisme Takfiri, radikal dan teroris.
Sudah lah, kalau berpendapat itu mbok yang sesuai fakta dan konsisten. Kasus Ade Armando itu kasus biasa, akibat dari mulutnya yang kotor. Hal ini terkonfirmasi, dari pengakuan pelaku yang jengkel dengan statement Ade Armando selama ini.
Stop jualan narasi radikalisasi dan terorisasi. Stop jualan narasi ekstrimisme, Indonesia ingin bebas dari radikal radikul.
Lebih baik jualan nasi bungkus, atau gorengan untuk buka puasa. Jangan menggoreng kasus Ade Armando untuk legitimasi jualan ekstrimisme dan terorisme. [].