Salam Prof. Ir. Budi Santosa Purwokartiko, Ph.D, Oleh: Irene Radjiman (muallaf)
Rabu, 4 Mei 2022
Faktakini.info
Salam Prof. Ir. Budi Santosa Purwokartiko, Ph.D
Oleh: Irene Radjiman (muallaf)
Perkenalkan saya Irene Radjiman. Saya baru mulai belajar Islam pada th 2010. Masih dini lah mengenal Islam baru 12 tahun. Saya mengawali karier menjadi pramugari hajji di th 2001. Kemudian menjadi pramugari reguler di th 2003 hingga 2013. Masih bergelut di dunia penerbangan hingga th 2014. Kemudian pada th 2015 saya menjadi trainer disebuah perusahaan konsultan otomotif yang berpusat di Australi. Th 2016 hingga th 2020 saya kembali lagi ke dunia penerbangan sebagai Training Facilitator di Sekolah Pilot Aero Flyer Institute.
Di sekolah pilot tersebut, saya mengajar materi CRM (Crew Resources Management), dimana pelatihan ini adalah mandatory bagi pilot dan pramugari di semua maskapai penerbangan, baik luar maupun dalam negeri. Sesuai perintah CASR (Civil Aviation Safety Regulation), para pilot dan pramugari harus memperbarui lisence CRM mereka sebelum batas waktu 12 bulan kalender, ini dinamakan recurrent.
Saya bukan mau SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) memperkenalkan diri saya pada anda tentang latar belakang saya. Saya hanya mau mengatakan bahwa sejak th 2011, saya sudah mengenakan jilbab yang anda sebut sebagai pakaian manusia gurun. Namun pakaian gurun itu tidak membuat sekolah pilot itu menolak saya mengajar disana, karena mereka sudah tahu kapabilitas saya didunia penerbangan. Anda bisa cek dokumentasi kegiatan saya saat masih mengajar para siswa pilot itu. Diantara mereka banyak yang sudah berkarya di maskapai dalam dan luar negeri.
Anda mungkin juga perlu tahu Shahnaz Laghari yang berasal dari Pakistan. Namanya masuk dalam Guinness Book of World Record karena menjadi perempuan pertama yang menerbangkan pesawat dengan mengenakan jilbab dan bercadar. Laghari adalah seorang pilot terlatih dan benar-benar dapat menerbangkan pesawat.
Ini semua menunjukkan bahwa setiap pekerjaan dapat dilakukan dalam batas-batas agama dan budaya. Kami tetap bisa bermanfaat dan berkarya dengan tetap patuh pada perintah Allah, Tuhan yang kami sembah. Bila anda adalah seorang muslim, harusnya anda tahu, bahwa soal berhijab itu bukan soal pakaian gurun atau pakaian Arab. Itu adalah pakaian yg WAJIB digunakan oleh wanita muslim. Sekali lagi WAJIB digunakan oleh wanita muslim.
Kalau anda bukan muslim, baiknya jangan lompat pagar, sok tahu mengomentari hal ini.
Dulu saat saya masih Katolik, saya selalu memakai kalung rosario, atau kalung dg liontin salib atau liontin bunda Maria. Kalung ini bukan kalungnya orang Vatikan. Orang Katolik yang bukan warga negara Vatikan, boleh-boleh saja pakai. Jangan saat ada orang Kristen atau Katolik yang pakai kalung salib atau kalung bunda Maria dikatai pakai aksesoris Vatikan atau manusia sok Eropa. Ini kan pandangan konyol, jauh dari openmind.
Oh ya, anda tahu ga kalau bunda Maria, ibundanya Yesus Kristus sang juru selamat dalam keyakinan Kristen dan Katolik itu juga berkerudung lho. Apakah anda akan mengatakan ibunda Yesus Kristus ini memakai pakaian gurun? Atau akan melabelinya kadrun? 😃
Suatu saat, saya pernah memberikan materi kisi-kisi interview di penerbangan pada siswa pilot saya. Mulai dari penampilan, cara jalan, sikap duduk, pandangan mata, dsb. Saat itu ada siswa saya dari Bali pakai gelang berbentuk anyaman. Saya katakan dg dia
"Kalau bisa, gelang ini jangan dipakai saat interview, karena termasuk aksesoris yg bisa membuat interviewer berbeda penilaian."
Siswa itu menjawab
"Maaf Bu, ini gelang keagamaan, gelang sembahyang yg sudah disucikan di Pura."
Oh, saya paham. Kemudian saya katakan pada siswa saya
"Kalau begitu nanti, diawal interview saat kamu memperkenalkan dirimu, sambil say sorry, jelaskan bahwa gelang yg kamu pakai itu adalah gelang keagamaan. Agar para interviewer tahu bahwa itu bukan gelang untuk gaya-gayaan."
That's open mind! Rasanya aneh, anda berteriak open mind, katanya menghargai perbedaan, namun sinis dg yg berbeda menurut opini anda. Seperti penjajah yang mengaku diri cinta damai. Hahahaha lucuuuu....
Banten, 30 April 2022
Irene Radjiman