Cukuplah Citayam Fashion Week Sebagai Penggugah Kesadaran Kita
Selasa, 26 Juli 2022
Faktakini.info
CUKUPLAH CITAYAM FASHION WEEK SEBAGAI PENGGUGAH KESADARAN KITA.
Oleh : Hizbullah Ivan
Bismillah.
Memperhatikan potret generasi muda hari ini, rasanya sudah bukan saatnya lagi bagi kita untuk sekedar mengusap dada lalu meng-istighfari segala aspek yang melekat pada diri mereka.
Miris memang. Ya.
Sangat memprihatinkan. Mengerikan bahkan.
Anak-anak muda tumbuh menjadi generasi tanpa arah dan tanpa visi tentang hakikat sejati untuk apa mereka diciptakan dan apa perannya dalam kehidupan.
Karena itu, istighfar saja tidaklah cukup. Apalagi menghujat dan saling menyalahkan.
Karena terus terang saja, akan sangat panjang pembahasan kita apabila harus mengurai akar sejarah tentang bagaimana awal mula generasi muda menemui jalan kerusakannya.
Citayam Fashion Week misalnya. Jangan kira fenomena "kongkow & dancing on the street" di wilayah yang dikenal dengan nama SCBD itu merupakan peristiwa spontan yang tetiba menjadi begitu iconic, lalu kemudian viral begitu saja dan menjadi riuh di berbagai laman platform sosial media.
Tidak hanya digemari oleh anak-anak muda, karena kenyataannya citayam fashion week ini justru di-endorse oleh sese-artis dan pejabat alay sehingga sekalipun hal itu tidak mendidik, namun tetiba menjadi memiliki daya magnetic bagi sekawanan anak-anak muda antik yang rata-rata kurang terdidik.
Lebih lucu lagi, malah ada gubernur lulusan universitas terkemuka yang katanya terdidik itu malah ikut-ikutan bergaya ala-ala anak-anak slebeww besutan Bonge, Jeje dan Roy Cs dengan turut mengaspal di citayam.
Pertanyaan saya Pak Gubernur..
Jika sudah sama-sama mengaspal dengan sejelas itu, maka sesungguhnya apa bedanya antara anda yang lulusan amerika dengan dengan si Bonge yang lulusan antariksa???
Subhanallah
Laa Hawla Walaa Quwwataa Illaa Billah.
Kira-kira, kebesaran macam apa yang akan diraih oleh negeri ini apabila para pemimpin dan generasi mudanya dibiarkan kompromi menjadi kawanan yang tumbuh dalan habitat para pengabdi konten?
Karena sepanjang sejarah peradaban manusia, suatu bangsa itu hanya bisa besar dan mencapai keemasannya hanya jika dibangun oleh generasi yang disiapkan dengan ilmu, bukan oleh gegayaan apalagi konten nirfaedah.
Sebaliknya, kepada sejarah pula kita belajar, bahwa tidaklah peradaban itu hancur dan musnah kecuali jika musik, nyanyian dan konten hiburan sudah menjadi candu yang melekat dalam kehidupan generasi muda.
Cukuplah Granada dan Andalusia menjadi artefak peradaban yang menjadi saksi bisu atas kerusakan pemuda yang berujung pada kehancurannya. Jangan di-forward pada Indonesia.
Tidakkah kita dapat mengambil 'tibar dari bagaimana 15 abad yang lalu Rasul Shalallahu'alayhi wa Sallam diutus sebagai guru (HR. Ibnu Majah, Ad Darimi dari Abdullah bin Amr bin Ash) untuk memperbaiki kerusakan manusia??
Rasul Shalallahu'alayhi wa Sallam membawakan sumber lentera ilmu. Mendidik manusia untuk mengeluarkan mereka dari gelapnya jahiliyah menuju terangnya hidayah. Memuliakan mereka dari pekatnya kesesatan menuju cahaya Iman.
Karenanya, ilmu dari sang Nabi adalah pelita.
Pelita yang bukan hanya menerangi, akan tetapi sekaligus juga melestarikan nilai-nilai keimanan yang dapat membentengi manusia dari kerusakan dan ketersesatan kehidupan.
Maka, hari ini diperlukan banyak pihak yang sadar dan tergerak dengan ikhlas untuk melanjutkan estafet visi pendidikan dan pengajaran Sang Nabi.
Karena sungguh, saat ini kita sedang berebut dengan kebathilan yang menyasar dan membidik anak-anak muda kita. Jika yang haq diam saja, maka niscata kebathilan akan merenggut anak-anak muda kita.
Citayam Fashion Week adalah bukti konkretnya.
Jika orang-orang shaleh diam saja, maka jangan saling menyalahkan apabila tahun-tahun kedepan fenomena semacam itu terus bermunculan dari kota ke kota.
Bahkan bukan tidak mungkin fenomena sejenis dapat juga masuk hingga ke desa-desa dan ke kampung-kampung. Cikoang Fashion Week misalnya.
Tak bisa kita bayangkan, betapa ngerinya kehidupan ini apabila bocil slebeww dan para 'lelaki berbadan kenyal' berevolusi menjadi idola dan tontonan anak-anak kita di keseharian.
Karenanya wahai saudara,
Khususnya kita sebagai orang tua..
Mari kita kawal dan kita jaga betul generasi ini dengan ilmu. Karena hanya orangtua sajalah sebagai satu-satu guru dan sumber ilmu paling ikhlas dalam mendidik generasi ini.
Mari jadikan institusi keluarga sebagai satu-satunya majelis yang membentengi kesesatan dengan cahaya Iman.
Jadikan keluarga sebagai instansi pendidikan utama dimana kita adalah pendidiknya disaat sekolah-sekolah mahal peserta para oknum guru sibuk dengan praktik jual beli bangku yang membuat anak-anak keluarga miskin akhirnya berlari ke trotoar dan mengaspal di jalan-jalan yang berliku.
Kita harus berubah.
Karena masa depan umat ini ada di pundak generasi muda. Sedangkan lurus dan bengkoknya generasi muda, mutlak ada ditangan kita, orangtuanya.
The End
Hasbunallahu wani'mal wakiil
Demikian.
.
-Hizbullah Ivan-