Enam Ciri Khas Generasi Ibrahim

 






Rabu, 6 Juli 2022

Faktakini.info 


*ENAM CIRI KHAS GENERASI IBRAHIM*

```Oleh : Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil```


Kita kembali menapaktilasi jejak harum Nabi Ibrahim dan keluarganya. Mereka adalah insan-insan teladan sepanjang zaman. Alquran telah menegaskan :


قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ


"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia." (QS. Al-Mumtahanah : 04)


Dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya kita bisa belajar tentang cara membentuk generasi harapan agama dan umat, untuk masa kini dan masa depan. Tentu harus ada usaha sungguh-sungguh yang berkesinambungannya dalam mewujudkan generasi Ibrahim di tengah kehidupan kita.


Banyak jejak sejarah yang ditorehkan Nabi Ibrahim semasa hidupnya. Alquran merekam dengan baik apa saja langkah-langkah yang pernah dilalui oleh beliau sehingga dinobatkan sebagai _Khalilullaah_ (Kekasih Allahﷻ). Sekurang-kurangnya ada enam ciri khas dari sosok Nabi Ibrahim yang patut kita jadikan ukuran dalam melahirkan generasi emas yang berkualitas. 


اللهُ أَكْبَر اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، وَللّٰهِ الْحَمْدُ


*_Pertama,_* beliau adalah sosok yang kritis dalam mencari dan menerima suatu kebenaran. Kisah pergulatan beliau dalam memerangi sesembahan kaumnya salah satu contohnya. Beliau menunjukkan di mata kaumnya sendiri bagaimana berhala-berhala yang disembah itu, ternyata hanya onggokan batu yang tidak memiliki kekuatan apa-apa, bahkan ia tidak sanggup melindungi dirinya sendiri, apalagi melindungi diri orang lain.


أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا ءَالِهَةً ۖ إِنِّىٓ أَرَىٰكَ وَقَوْمَكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ 


"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-An'am : 74)


Sikap kritis Nabi Ibrahim ini perlu kita tiru. Jangan mudah menerima suatu ajaran atau paham sebelum kita teliti dengan seksama. Tidak semua pemikiran dan paham keagamaan, benar adanya. Ada yang menyeru kepada kesesatan dan kebinasaan. Seperti halnya kampanye normalisasi penyimpangan kelompok LGBT di tengah kehidupan masyarakat, layaknya hubungan suami-istri.


*_Kedua,_* Nabi Ibrahim adalah sosok yang perilakunya berjalan beriringan dengan Islam. Beliau menyandarkan sikapnya kepada Islam. Jika apa yang akan dikerjakan sesuai dengan Islam, beliau lakukan. Dan jika tidak, maka beliau tinggalkan. Tidak peduli dengan cemoohan dan cacian manusia. Beliau hanya melakukan setiap langkah dan perbuatan jika selaras dan sejalan dengan tuntunan Islam.


Seperti itulah sikap yang harus kita ambil. Di mana saja kita berada, jangan pernah merasa malu untuk menunjukkan bahwa kita adalah orang Islam dengan semua keindahan ajarannya. Kita hidupkan syiar-syiar Islam di rumah, masjid, kantor, pasar, pabrik, dan lain sebagainya. Kita jadikan Islam sebagai tolak ukur sebelum memutuskan suatu perkara. 


Bangga sebagai orang Islam membuat kita akan selalu menunjukkan identitas keislaman di berbagai kondisi. Allahﷻ berfirman : 


فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُولُوا۟ ٱشْهَدُوا۟ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ


"Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. Ali Imran : 64)


اللهُ أَكْبَر اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، وَللّٰهِ الْحَمْدُ


*Kaum Muslimin yang Berbahagia*


*_Ketiga,_* memiliki ilmu dan prestasi. Tidak bisa dibantah bahwa persaingan yang semakin sengit antara yang hak dan batil harus dihadapi dengan ilmu yang mumpuni. Generasi Ibrahim layak kita jadikan proyek percontohan yang membangun kesadaran umat dalam berbagai aspek lewat jalur ilmu. Tingginya ilmu dan prestasi yang diraih oleh Nabi Ibrahim, disebutkan dalam firman Allahﷻ :


وَٱذْكُرْ عِبَٰدَنَآ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ أُو۟لِى ٱلْأَيْدِى وَٱلْأَبْصَٰرِ 


"Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi." ( QS. Shaad : 45)


*_Keempat,_* berani menghadapi risiko perjuangan. Mempertahankan idealisme sarat dengan tantangan dan rintangan. Hal inilah yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim. Demi mempertahankan iman dan Islam beliau rela berkorban bahkan dijatuhi hukuman mati dengan cara dibakar di dalam tumpukan kayu besar bak gunung. 


Keberanian Nabi Ibrahim dibalas oleh Allahﷻ dengan penyelamatan dari kobaran api. Allahﷻ berfirman :


قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ، قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ


"Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak." Kami (Allah) berfirman: “Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS. Al-Anbiya’ : 68-69)


Tidak mudah memang menjadi sosok seperti Nabi Ibrahim yang pantang menyerah dalam berjuang. Terkadang bukan rintangan yang menyusahkan yang menjadi faktor penghambat, tapi godaan berupa harta, tahta, dan iming-iming jabatan, sudah cukup meluruhkan semangat juang di dada.


*_Kelima,_* menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Setia dalam sikap rendah hati dan sabar, inilah di antara sifat terpuji pada diri Nabi Ibrahim. Tatkala Allahﷻ memerintahkan untuk menyembelih putra semata wayangnya, beliau bergegas melaksanakan tanpa keraguan. Berakhlak kepada Allahﷻ menjadi ciri khas Nabi Ibrahim sebelum berakhlak kepada makhluk. Tidak sedikit dari kita yang cenderung berakhlak baik kepada makhluk tapi lupa berakhlak baik kepada Allahﷻ. Lebih parahnya, jika kita sama sekali tidak memiliki akhlak. 


اللهُ أَكْبَر اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، وَللّٰهِ الْحَمْدُ



*_Keenam,_* sanggup dan mau berkorban. Rela berkorban dengan apa yang kita miliki merupakan ciri generasi Ibrahim. Beliau rela berkorban dengan segala yang dimilikinya. Beliau berkorban dengan tenaga, pikiran, waktu, bahkan nyawa sekali pun. Kerelaan berkorban merupakan sifat yang harus kita miliki. Tanpanya, perjuangan tak akan pernah berarti. 


Mari kita beranjak dengan kobaran semangat dalam meniru sosok Nabi Ibrahim yang kritis dalam mencari dan menerima kebenaran, cinta dan bangga sebagai orang Islam, kaya ilmu dan prestasi, siap siaga menghadapi risiko perjuangan, berakhlak mulia, serta rela berkorban. 


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِى اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ