Kisah Pria Tionghoa Jadi Mualaf Usai Lihat Malaikat Angkat Masjid Raya Baiturrahman Saat Tsunami Aceh

 





Jum'at, 22 Juli 2022

Faktakini.info, Jakarta - Kisah Pria Tionghoa Menjadi Mualaf, Usai Melihat Malaikat Angkat Masjid Raya Baiturrahman Saat Tsunami Aceh 

Salah satu orang yang melihat langsung keajaiban saat tsunami tersebut terjadi, adalah seorang pria keturunan Tionghoa bernama Cheng. 

Bahkan karena kejadian itu, Cheng menyatakan diri masuk islam atau Mualaf dan namanya berubah menjadi Muhammad Cheng. Cheng merupakan keturunan Tionghoa yang sudah tinggal di Aceh selama tiga generasi. 

Nenek moyang Cheng datang ke bagian yang sangat Islami di Asia Tenggara ini untuk berdagang.
Mereka tetap tinggal karena mereka menemukan lingkungan yang kondusif, para penguasa adil ramah dan tidak mengganggu. 

Keluarga Cheng menjaga tradisi Tiongkok kuno mereka untuk memuliakan dan menyembah leluhur, dan Cheng pun melakukan hal yang sama. Sebelum Cheng membuka tokonya, dia biasanya memberikan persembahan kepada altar nenek moyangnya. 

Kebetulan, toko milik Cheng sangat dekat dengan Masjid Raya Baiturrahman. Karena posisi yang dekat itu, Cheng bisa mendengar panggilan untuk shalat atau adzan setiap hari. 

Hari itu, Minggu 26 Desember 2004, Cheng baru saja akan membuka tokonya di dekat Masjid Agung tersebut. Pagi itu cuaca bagus dan tidak ada yang luar biasa. 

[Namun menurut Cheng ada yang aneh. Burung-burung berhenti bernyanyi, dan kucing yang biasanya menunggu di depan tokonya untuk sisa makanan, tidak ada di sana. 

Cheng tidak begitu memperhatikan keadaan tersebut.
Tiba-tiba, ada suara gemuruh yang kuat dan keras dan Cheng pun lari keluar. "Itu pasti gempa bumi," kata Cheng pada diri sendiri. 

Orang lain juga keluar dari toko mereka, namun setelah beberapa menit semua kembali ke dalam.
Beberapa saat kemudian, orang-orang berlari dan berteriak air laut datang. Cheng bingung meskipun dia faham kata-kata teriakan itu, tapi dia tidak tahu apa artinya. 

Cheng keluar lagi dan melihat orang-orang histeris dan berlari menuju masjid sambil berteriak.
Kemudian, Cheng melihat air mengalir. Ia pun segera berlari mengambil kemenyan untuk meminta bantuan leluhurnya. 

Namun, kondisi saat itu lebih banyak air datang mengalir di jalan dan menuju masjid. Cheng pun menjadi takut dan berlari ke atas menyaksikan Tsunami dari balkon kecil. Air semakin banyak yang datang dan itu tidak bisa dipercaya. 

Lalu tiba-tiba Cheng melihat sesuatu yang sangat aneh, ada pria jangkung mengenakan pakaian putih. Pria jangkung itu membuat gerakan seperti polisi yang mengarahkan lalu lintas.
Mereka berdiri di berbagai tempat di depan masjid agung dan air mengikuti arahan mereka. 

Air membelah beberapa meter di depan masjid dan mengalir di sisi kanan dan kiri masjid.
Air terus datang dengan kekuatan penuh laut hanya mendorong jalannya ke kota dan menuju masjid. 

Anehnya, orang-orang berpakaian putih itu tidak lari seperti orang lain. Padahal ratusan orang bergegas menuju masjid berlari untuk keselamatan hidup mereka. Beberapa orang jatuh dan air melahapnya. Cheng melihat semua ini dari balkon dan air semakin banyak. 

Cheng pun kemudian melihat kembali keanehan, dimana dia menyaksikan air tidak masuk ke dalam masjid. Lalu tiba-tiba, lebih banyak pria berpakaian putih muncul dan mereka mengangkat masjid. 

"Saya benar-benar terpana, apa itu tadi? jika seseorang memberitahu saya apa yang saya lihat, saya tidak akan percaya padanya. Tidak pernah! Tetapi saya melihatnya dengan mata kepala sendiri, Tuhan betul-betul melindungi masjid ini," kata Cheng dalam hati. 

Beberapa minggu setelah bencana Tsunami yang mengerikan itu, Cheng mendorong dirinya untuk menceritakan apa yang dia lihat kepada penjaga toko muslim di sebelah tokonya. Penjaga toko itu akhirnya menyarankan Cheng untuk menemui imam masjid. 

Cheng kemudian berjalan ke arah Masjid dengan ragu-ragu, karena itu adalah pertama kali dalam hidupnya untuk memasuki kompleks masjid. Meskipun pada dasarnya Cheng telah tinggal di sebelahnya sepanjang hidup.

Imam masjid mengenali Cheng dari kejauhan dan keluar untuk menyambutnya. "Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu Paman," sang imam menyapa Cheng dengan sopan. "Aku perlu bicara denganmu," jawab Cheng. 

Setelah Cheng selesai bercerita, mereka hanya berpelukan. Pelukan alami inilah yang dipertukarkan oleh orang-orang, karena mereka mengalami pengalaman mengerikan yang sama. 

Imam berkata, "Paman, Apa yang kamu lihat adalah malaikat Tuhan mengikuti perintah-Nya. Allah ingin agar masjidnya tidak akan dihancurkan oleh Tsunami yang menghancurkan ini, Paman," kata sang Imam. 

Paman, mungkin Tuhan ingin menunjukkan sesuatu kepada anda untuk membawa anda lebih dekat kepadan-Nya. Karena dia mencintaimu. Karena Dia melihat anda adalah pria yang baik. Dia ingin memberi Anda kebahagiaan didunia ini dan surga di akhirat. 

Pernyataan dan pertanyaan imam itu membuat Cheng tertegun. "Bagaimana saya bisa menjadi muslim," Cheng kaget dengan pertanyaan Imam. Hal itu sangat membingungkannya, bagaimana bisa dia seorang Tionghoa bisa menjadi muslim. 

Sebagai orang Tionghoa, Cheng memiliki tradisi ritual dan kepercayaan sendiri. Tanpa menjawab pertanyaan Imam itu, Cheng kemudian berterima kasih kepada imam dan pergi. 

Kemudian Cheng kembali ke toko dan dia menutup pintu hari itu. 

Cheng hanya duduk diam di sudut. Berkali-kali dia melihat di depan matanya adegan-adegan ketika Tsunami melanda para pria berpakaian kain putih mengarahkan air mengangkat Masjid. 

Cheng tidak membuka tokonya selama dua hari. Dia hanya duduk di sana dan merenung. 

Pada hari ke-3, ada seseorang mengetuk pintu. Dia adalah imam masjid yang mencari Cheng, yang khawatir karena melihat tokonya tutup selama tiga hari. 

"Saya sedang berpikir, Imam," ujar Cheng. 

"Saya pikir kamu benar, Tuhan memberi saya tanda, bahkan pertanda besar. Saya seharusnya tidak menjadi bodoh sekarang dan lupakan saja. Bisakah anda memberitahu saya cara menjadi seorang muslim," tanya Cheng. 

Imam itu tersenyum sambil berkata, "Paman, sangat mudah, kamu hanya perlu melafalkan kata-kata ini," kata Imam, sambil menunjukkan Cheng selembar kertas 

Cheng melafalkan dua kalimat syahadat, "Asyhadualla ilaha illallah wa Asyhadu anna muhammadarrasulullah," dan seolah-olah cahaya terang memenuhi toko milik Cheng. 

Kemudian, namanya pun berganti menjadi Muhammad Cheng. Sejak hari itu, Imam datang setiap hari untuk mengajari Muhammad Cheng tentang islam. Dia menunjukkan kepada Muhammad Cheng bagaimana berdoa dan cara membaca Quran. 

Dan setelah bisa salat, Muhammad Cheng juga ikut salat di Masjidil Agung dan itu adalah salah satu hal terindah dalam hidup Cheng.