27 Tahun Pembantaian Srebrenica, 50 Korban Muslim Teridentifikasi Akan Dimakamkan

 





Senin, 11 Juli 2022

Faktakini.info, Jakarta - Eropa memperingati 27 tahun pembantaian Srebrenica, salah satu pembantaian paling buruk dan paling sadis pasca Perang Dunia II pada 11 Juli 1995.

Untuk memperingatinya, sekitar 50 korban pembantaian yang teridentifikasi akan dimakamkan di pemakaman pusat. Ribuan orang dikabarkan akan menghadiri acara tahunan ini, termasuk para penyintas.

Dimuat AFP, peringatan ini diadakan untuk terus menghormati martabat para korban, dan membela perdamaian.

Diplomat Uni Eropa, Josep Borrell dan komisaris perluasan Oliver Varhely memberikan penghormatan kepada korban tewas Srebrenica. Keduanya menyoroti bagaimana invasi Rusia ke Ukraina membawa kembali ingatan buruk pada tragedi tersebut.

"Agresi Rusia yang tidak beralasan terhadap Ukraina telah membawa kembali (ingatan) terhadap perang brutal di negara kami," kata mereka.

Pada 11 Juli 1995, tepat 27 tahun silam, pembantaian paling sadis terjadi di Eropa pasca Perang Dunia II. Ketika itu, pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Serbia Bosnia Ratko Mladic mengambil alih. Hingga kini Mladic telah dipenjara seumur hidup karena kejahatan perang.

Sebanyak 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim dari kota timur Srebrenica dibunuh oleh pasukan Serbia Bosnia. Ini merupakan sebuah tindakan genosida. Menurut Institut Orang Hilang Bosnia-Herzegovina, sekitar 1.200 orang dikabarkan masih hilang.

Proses identifikasi menjadi lebih sulit karena jenazah telah dibuldozer dan dipindahkan ke kuburan massal. Upaya ini dilakukan untuk terus menyembunyikan banyaknya korban dan luasnya pembantaian.

Sampai hari ini para pemimpin politik Serbia yang tinggal di Bosnia dan di negara tetangga Serbia masih menolak untuk menerima bahwa genosida terjadi di Srebenica, mereka lebih memilih untuk menyebutnya sebagai "kejahatan besar".

Kolapsnya Republik Federal Sosialis Yugoslavia menjadi penyebab utama genosida ini terjadi. Deklarasi kemerdekaan Republik Bosnia dan Hezergovina tidak diakui oleh tentara Serbia dan Tentara Rakyat Yugoslavia (JNA). Keduanya ingin mengamankan teritori, tapi rupanya juga diikuti oleh pembersihan etnis non-Serbia di area yang mereka coba kontrol. 

Sumber: rmol.id