6 Anggota TNI Terlibat Pembunuhan Sadis Berkedok Jual Senjata di Mimika Papua

 





Selasa, 30 Agustus 2022

Faktakini.info, Jakarta - Enam anggota TNI dan tiga warga sipil menjadi pelaku pembunuhan sadis di Mimika, Papua Tengah, yang terjadi pada 22 Agustus 2022. Kesembilan pelaku berpura-pura hendak menjual senjata api kepada empat orang korban. Saat bertemu, korban justru dibunuh kemudian dimutilasi. Setelah membuang jasad para korban yang sudah terpotong-potong, pelaku juga merebut uang Rp250 juta yang dibawa korban untuk dibagi ke sesama pelaku.

Dikutip dari Seputar Papua, keluarga korban menyebut 6 anggota TNI tersebut berasal dari Satuan Brigade Infanteri Raider 20/Ima Jaya Keramo. Keterlibatan para tentara ini sudah dikonfirmasi Polda Papua. Sementara Kodam XVIII/Cenderawasih menyatakan sedang mendalami peran para anggotanya di pembunuhan sadis tersebut. Para pelaku dari pihak TNI saat ini diperiksa Sub-Detasemen Polisi Militer (Subdenpom) Timika.

“[Pembunuhan] dilakukan oleh 3 masyarakat sipil dan 6 oknum TNI, di mana setelah dibunuh semua korban dipotong kepalanya dan kedua kakinya,” demikian dinyatakan Dirreskrimum Polda Papua Kombes Faizal Ramadhani dalam rilis pers, Minggu (28/8), dilansir Seputar Papua.

Ketiga pelaku sipil kini sudah ditahan di Polres Mimika. Inisial mereka adalah APL, DU, dan R. Sedangkan inisial dan pangkat para tentara tidak diumumkan oleh otoritas. Komandan Pusat Polisi Militer TNI AD (Danpuspomad) Letjen Chandra W. Sukotjo saat dikonfirmasi CNN Indonesia, menyatakan sudah ada perintah langsung dari Panglima TNI Andika Perkasa agar kasus ini diusut tuntas. 

Puspomad, menurut Chandra juga turut mengirimkan tim penyidik untuk membantu proses pemeriksaan. “Mengingat muncul dugaan adanya keterlibatan pihak TNI AD di kasus ini,” ujar Chandra

Puspomad, menurut Chandra juga turut mengirimkan tim penyidik untuk membantu proses pemeriksaan. “Mengingat muncul dugaan adanya keterlibatan pihak TNI AD di kasus ini,” ujar Chandra

Identitas korban saat ini diyakini adalah Arnold Lokbere, Irian Nirigi, Lemaniel Nirigi, dan Atis Tini. Mereka berasal dari Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan. Seharusnya mereka tiba di Mimika untuk berbelanja bahan bangunan, namun ternyata juga untuk membeli senjata api.

Pada 22 Agustus malam, korban dan pelaku bertemu di Jalan Budi Utomo, Kelurahan Kamoro Jaya-SP1, Distrik Wania, Mimika. Pelaku mengaku punya senjata api yang diinginkan korban. Di lokasi, senjata yang ditunjukkan ternyata palsu.  

"Enggak ada [senjata]. Dia [pelaku] membuat senjata dummy saja. Jadi ditunjukkan, tapi itu dummy. Jadi itu rekayasa," ujar Kombes Faizal kepada CNN Indonesia.

Pelaku kemudian mengeksekusi ke-4 korban. Jasadnya dimutilasi kemudian dimasukkan dalam 6 karung berbeda. Karung-karung itu diisi batu dan dibuang ke Sungai Pigapu di Distrik Iwaka. Mobil rental yang dibawa korban juga dibakar pelaku di Jalan Trans-Nabire. Pelaku turut merampas uang Rp250 juta yang dibawa korban untuk dibagikan ke sesama pelaku.

Keesokan harinya (23/8), pemilik mobil rental menghubungi salah satu korban, Arnold Lokbere, karena korban berjanji akan mengembalikan mobil di hari tersebut. Karena ponsel Arnold tak bisa dihubungi, pemilik mobil mendatangi rumah keluarga Arnold. Keluarga pun mengaku tak bisa mengontak Arnold. Di hari ketiga Arnold hilang (26/8), keluarga dan pemilik mobil mulai bergerak mencari Arnold.

Pemilik mobil mendapat informasi bahwa pada 24 Agustus, polisi menemukan bangkai mobil terbakar di Jalan Trans-Nabire. Saat dicek, Toyota Calya itu benar milik rental mobilnya. Menyusul pada 27 Agustus, ditemukan mayat tanpa kaki dan kepala di Distrik Iwaka. Sehari kemudian ditemukan lagi potongan tubuh di daerah Pigapu.

Keluarga Arnold mengidentifikasi mayat pertama sebagai tubuh Arnold. Jasad lainnya masih belum diketahui identitasnya karena kondisi terpotong-potong.

Menurut Kombes Faizal, masih didalami oleh polisi apakah sebelumnya pelaku pernah melakukan kejahatan serupa. Ia juga menyatakan bahwa salah seorang korban, Leman Nirigi, adalah simpatisan kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya. Kelompok Kogoya bertanggung jawab atas berbagai serangan teror di Nduga sejak 2018 silam, termasuk pembantaian sadis 15 karyawan PT Istaka Karya, kontraktor yang membangun Jalan Trans-Papua di wilayah Nduga. 

Fakta ada anggota TNI di Papua yang kadang memerangi KKB, kadang juga menyuplai amunisi dan senjata untuk KKB, bukanlah pengetahuan baru. Kasusnya berderet dari tahun ke tahun, itu pun yang ketahuan.

Maret 2020, Pratu Demisla Arista Tefbana (28) dari Kodim 1710/Mimika divonis penjara seumur hidup oleh Pengadilan Militer III-19 Jayapura karena menjual 1 senjata api seharga Rp50 juta dan 1.300 butir amunisi seharga Rp100 ribu/butir kepada pentolan KKB. Uang hasil transaksi sebesar Rp180 juta dipakai Demisla berfoya-foya.

Yang lebih baru, Juni kemarin seorang anggota Satuan Tugas Aparat Teritorial (Satgas Apter) Kodim persiapan Kabupaten Intan Jaya juga ditangkap karena masalah serupa. Pelaku bernama Praka Asben Kurniawan Gagola, yang telah menjual 10 butir amunisi kepada anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dengan harga Rp2 juta.

Kerusakan Lingkungan

Hobi serupa juga menjalar ke Polri di Papua. Pada Juni 2021, 2 polisi bernama Bripka San Herman Palijama dan Bripka Muhammad Romi Arwanpitu divonis 7 tahun penjara oleh PN Ambon karena menjual senjata api ke KKB di Papua.

Tapi kalau mau di-ranking, menjual senjata dan amunisi ke KKB masih belum puncaknya. Yang dilakukan Pratu Lucky Y. Matuan alias Pratu Lukius jauh lebih nekat karena bukan senjata saja yang ia serahkan ke KKB, tapi juga kesetiaannya. 

April 2021, TNI mengumumkan bahwa Lukius jadi buronan karena desersi. Eks anggota Batalyon Infanteri 400/Raider tersebut menghilang sejak Februari 2021 dan disimpulkan bergabung dengan KKB karena menurut TNI, di media sosial ia banyak berteman dengan anggota KKB.

Hingga kini belum ada kabar apakah ia berhasil ditemukan TNI. Yang jelas, plot mirip The Departed tersebut dikomentari jubir OPM Sebby Sambom sebagai “bukan yang pertama”.

Sumber: vice.com