Dibantu Arab Saudi, Kuba Segera Bangun Masjid Pertama di Havana

 




Selasa, 20 September 2022

Faktakini.info, Jakarta - Kerajaan Arab Saudi telah menyatakan kesediannya untuk memberikan bantuan pendanaan pembangunan masjid pertama di negara Kuba.

Pernyataan tersebut disampaikan Duta Besar Kuba untuk Arab Saudi Vladimir Gonzalez dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh TV pemerintah Saudi.

“Berkat sumbangan dari pihak Saudi, hari ini kami dapat mengatakan bahwa kami sedang membangun di masjid pertama di negara kami,"  kata Gonzalez, seperti dikutip dari The National, Selasa (20/9).

“Kami memiliki komunitas Muslim kecil di negara kami; mereka sangat terorganisir. Saya merasa terhormat untuk memfasilitasi kehidupan mereka sebagai orang Muslim di Kuba," ujarnya.

Hubungan diplomatik negara komunis Kuba dan Arab Saudi dimulai pada tahun 1956. Gonzales mengatakan, Arab Saudi adalah negara Arab pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Kuba.

Hingga saat  ini, Muslim Kuba masih termasuk komunitas kecil. Mereka beribadah di rumah atau  di tempat-tempat shalat darurat.

Gonzales mengatakan, sumbangan dari Saudi menjadi kontribusi yang luar biasa. Dana Pembangunan Saudi telah mengizinkan pendirian  proyek ini yang ke depannya akan menguntungkan kedua negara, menurut Gonzalez. 

Agama Islam diam-diam berkembang di Kuba. Sebanyak sembilan ribu Muslim beraktivitas dengan bebas di negara ini.

Meskipun hanya bagian kecil, mereka cukup mempengaruhi kehidupan 11,3 juta warga negara yang dikenal dengan cerutunya. Mencapai jumlah 9.000 Muslim adalah prestasi besar, karena pada era 1990-an jumlah mereka hanya 12 orang.

"Islam akan tumbuh secara alami. Partai Komunis telah membuat keputusan untuk membuka pluralitas agama,"ujar Profesor Ilmu Politik di Universitas Emory di Atlanta Michael Leo Owens sebagaimana diberitakan newsweek.com.

Karena tidak ada sejarah Islam di Kuba, banyak Muslim di pulau itu adalah orang-orang yang baru masuk Islam. Mereka banyak menjalin komunikasi dengan Muslim dari berbagai negara, seperti Amerika, Eropa, dan Timur Tengah.

Meskipun menjadi bagian dari kelompok agama yang tumbuh paling cepat di dunia, laporan Pew Research Center memperkirakan populasi Muslim dunia akan meningkat 73 persen pada tahun 2050. Salah satu negara yang menjadi tempat berkembang Muslim adalah Kuba.

Pada awal 1990, segelintir warga Muslim di Kuba menghadapi kemungkinan penganiayaan oleh rezim tersebut karena telah mempraktikkan agamanya. Namun, sebagian besar berupaya mendapatkan perlindungan.

Secara diam-diam mereka menjalankan keyakinannya. Saat itu hanya sedikit yang bisa mengajari mereka tentang Islam.

Sekarang mereka memiliki kepemimpinan, guru, dan masjid yang dibuka di Havana sejak Juni 2015. Pada saat pembukaan, pengurus masjid menyumbang pakaian Muslim kepada pria dan wanita dan juga anak domba kepada jamaah selama bulan Ramadhan.

Hajji Isa sebelumnya dikenal sebagai Jorge Elias Gil Viant, seorang Muslim dan seniman Kuba. Dia adalah mantan pustakawan Uni Arab-Kuba, sebuah organisasi budaya yang berbasis di Havana. Dia memperkirakan, ada sekitar 1.000 Muslim Kuba. Kebanyakan dari mereka adalah keturunan imigran Muslim.

"Ini komunitas muda. Muslim dari luar negeri telah dan masih merupakan faktor penentu dalam perkembangan masyarakat Kuba. Siswa Muslim dari Afrika, Sahara Barat, Yaman, Palestina dan negara-negara Arab lainnya, memiliki pengaruh besar pada 1990- an. Banyak dari mereka berasal dari Pakistan," kata Isa dilansir dari Aljazirah.

Ini menurut Isa adalah komunitas muslim kecil. Mereka memiliki karakteristik yang berbeda. Karena jumlah muslim mulai tumbuh, bagaimanapun, orang menjadi lebih sadar akan Islam sebagai agama yang juga dipraktikkan oleh orang Kuba. Islam menjadi keyakinan yang turut mendukung pembangunan Kuba.

Foto: Muslim Kuba mendengarkan pembacaan ayat suci Alquran usai makan Iftar atau buka puasa bersama di Havana, Cuba, Jumat (3/8). (Desmond Boylan/Reuters)

Sumber: rmol.id, Republika.co.id