Rabithah Alawiyah: Marak Habib Palsu di Kalsel, Terbanyak di Banjarmasin

 




Kamis, 22 September 2022

Faktakini.info, Jakarta - Fenomena maraknya habib palsu atau mengaku keturunan Nabi Muhammad Saw, marak terjadi di Kalimantan Selatan. Pengaku habib palsu ini lebih banyak terjadi di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. 

Menyikapi maraknya Habib-habib palsu, Maktab Daimi Rabithah Alawiyah Banjarmasin bekerja keras  membentengi umat dari niat jahat pihak yang tidak bertanggungjawab itu. Rabithah Alawiyah juga menjelaskan telah sering melaporkan Habib palsu ke pihak kepolisian namun tidak pernah ditanggapi dengan alasan kasus habib palsu tidak ada dalam pasal.

Ketua bidang nasab Rabithah Alawiyah Banjarmasin, Habib Ali Zainal Abidin bin Syafi’i Al Kaff kepada media ini, Jumat (29/10/2021) di Banjarmasin mengungkapkan, dalam kurun waktu kurang lebih 5 tahun belakangan banyak orang tak bertanggungjawab atau oknum pengaku habib atau zuriat Nabi Muhammad Saw, biasa disebut habib palsu atau habib abal-abal.

“Wabil khusus di Banjarmasin, paling banyak habib palsu dengan berbagai kasusnya seolah memberikan manfaat dengan ngasih air, betatamba (tabib), macam-macamlah yang merugikan masyarakat banyak,”  ungkapnya.

Dalam menangani permasalahan ini, lembaga penjaga nasab keturunan Rasulullah Saw, Rabitah Alawiyah Banjarmasin sudah sering melaporkan ke kepolisian, namun kata Habib Zainal tidak pernah ditanggapi dengan alasan kasus habib palsu tidak ada dalam pasal.

Bahkan tambahnya, sampai dilaporkan ke Dir Intekam Polda Kalimantan Selatan, namun tetap tidak pernah ada tindaklanjutnya.

“Kadang kepolisian, mohon maaf, menanggapinya hanya mengatakan iya-iya saja, tapi tidak ada tindaklanjut,” ucapnya.

Seharusnya, kata Habib Zainal yang juga sering diundang menyampaikan ceramah ini, aparat penegak hukum khususnya kepolisian membuka tangan bersama – sama bergandengan tangan memberantas para habib palsu itu.

“Paling tidak ada di-mediasi, panggil duduk bersama, ditanya ini nasabnya bagaimana, agar tidak terulang kasus sama khususnya di Banjarmasin,” ujarnya.

Pernyataan Habib Zainal mengenai kasus habib palsu sekaligus menyinggung  kabar seorang pria bernama Ubbay Dillah Ayyubi yang beberapa bulan belakangan ini meresahkan warga Amuntai,

Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan (Kalsel) lantaran mengaku sebagai seorang habib lewat video viral yang beredar di media sosial beberapa hari lalu.

Diketahui pria yang tinggal di salah satu rumah warga di Desa Rantau Karau Hulu, Kecamatan Sungai Pandan, Hulu Sungai Utara itu mengaku sebagai Habib Muhammad Zainuddin Assegaf dan mengisi ceramah ke berbagai tempat.

Dalam video yang beredar di media sosial, Ubbay sempat mengisi acara ceramah dengan mengenakan gamis panjang, sorban, serta selempang berwarna merah maroon, seperti seorang habib.

Identitas Ubbay mulai terungkap ketika ditanyai Ketua Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Hulu Sungai Utara dan tokoh agama Alabio serta para habib.

Saat ditanyai mengenai ilmu agama dan surah-surah, serta ayat suci Alquran, Ubbay tidak bisa menjawabnya. Tak hanya itu, isi ceramah yang disampaikan selama ini juga bertentangan dengan isi Alquran dan hadis.

Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Ubbay juga tidak bisa membuktikan bahwa ia keturunan dari zuriat Rasulullah Saw atau sayyid/habib. Ia tidak terdaftar di Rabithah atau pun tidak punya buku nasab.

Alhasil, kini Ubbay diamankan di Polsek Alabio untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Saat ditangkap, petugas juga mengamankan sebilah senjata tajam (sajam) di dalam mobilnya.

Ubbay ditangkap di Desa Rantau Karau Hulu, Minggu (24/10/2021) dan membuat surat pernyataan bahwa dirinya bukanlah seorang habib.

Lantas apakah ada dalilnya bagi seseorang bukan keturunan Nabi Muhammad Saw dilarang mengaku sebagai sebagai seorang habib.

Habib Zainal mengatakan, secara tidak langsung orang yang mengaku habib ini mengakui seolah dirinya anak durhaka, mengapa demikian? Artinya orang tersebut tidak mengakui orang tuanya, karena dirinya menyandarkan nasabnya kepada orang lain,  justru bukan berpegang pada nasab ayah kandungnya sendiri.

“Apabila kita mengambil nasab ayah orang lain dan mengakuinya sebagai orang tua kita, itu bahasanya sudah terkutuk, terlaknat,”  ucapnya.

Dalilnya,  sambung Habib Zainal, dalam hadist Rasulullah diterangkan, “Seseorang yang bernasabkan atau bernisbatkan kepada satu nasab bukan kepada dirinya atau orang tuanya, maka ia akan terkutuk, terlaknat, dilaknat oleh Allah, dilaknat oleh malaikat dan orang – orang sekitarnya,” tutur Habib Zainal mengutip hadist Rasulullah Saw

Foto: Habib Ali Zainal Abidin bin Syafi'i Al Kaff

Sumber: koranbanjar.net