Damai Lubis: Transformasi Tv Analog Menjadi TV Digital Berdasarkan Perspektif publik
Senin, 7 November 2022
Faktakini.info
Transformasi Tv Analog Menjadi TV Digital Berdasarkan Perspektif publik
Perpektif publik terhadap tv.analog menjadi tv digital, cederung negatif sesuatu *transfigurasi atau yang juga bisa diartikan perubahan tempat yang beralih fungsi*
Maka Transformasi Tv Analog Menjadi TV Digital Berdasarkan Perspektif publik terhadap tv.analog menjadi tv digital, sesuatu hal yang indikasinya bermuatan pencegahan atau obstruksi informasi ? kebijakan yang dibuat demi untuk kemenangan seorang pasangan capres di 2024. Walaupun saat ini publik sejak 2019 sudah malas menonton tv. Oleh karena berita yang tidak berimbang. Namun tetap mesti diperkecil hasrat masyarakat untuk menonton tv. Agar lancar itu " barang " yang memuat kwalitas maupun kwantitas yang berhubungan dengan upaya - upaya kecurangan di pilpres 2024, karena ada tanda - tanda kecurangan sebelumnya, contoh, ada upaya pengunduran Pemilu di 2024 bahkan hal ini dilakukan oleh beberapa orang menteri dan Ketua Umum partai, lalu upaya inkonstitusional secara kasat mata ada bentuk pembiaran oleh orang yang berpredikat sebagai kepala negara ? Sehingga tv.analog menjadi tv digital, dapat dimaknai sebagai upaya politik yang membatasi keleluasaan informasi terhadap kecurangan - kecurangan yang akan didukung pihak oligarki ( kelompok penguasa dan pengusaha ).
Jadi solusinya untuk mengantisipasi perspektif negatif dimaksudkan, masyarakat peserta dan pemerhati penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres 2024 wajib memperbanyak video - video youtube atau konten - konten ( sticker ) yang disharing dari dan kepada grup - grup giat juang melalui media - media sosial yang ada WAG, FB , instagram dan twitter serta media sosial lainnya
Jika kelak benar perspektif publik ini, tentunya amat lucu dan disayangkan, pada kehidupan jaman modern dan kebebasan berpolitik masih ada perilaku yang seolah mengagungkan demokrasi, namun faktanya barrier terhadap kebebasan dan kehidupan berdemokrasi dan indikasinya adalah pelanggaran HAM.
Sehingga perilaku dan upaya yang ada ini, dirasakan oleh publik adalah sebuah bentuk rekayasa politik atau akal-akalan politik yang dilakukan secara STM. ( Sistimatis, Terorganisir dan masiv ) oleh kelompok yang berkuasa atau yang punya kuasa tentunya ? Dan bentuk perspektif ini tentunya karena masyarakat bangsa ini sudah banyak yang kadung tidak percaya kepada rezim yang berkuasa saat ini
Damai Hari Lubis
Pengamat Hukum & Politik Mujahid 212