Antara Solidaritas Ukhuwah dan Marwah Jam'iyyah, Justice for KH Fahim Mawardi
Ahad, 22 Januari 2023
Faktakini.info
*Antara Solidaritas Ukhuwah dan Marwah Jam'iyyah*
Tatkala satu diantara kita tertimpa kemalangan atas suatu tuduhan yang dilancarkan oleh pihak yang memusuhi kita yang kemudian dengan segala cara yang sarat dengan rekayasa menjadikan ikhwan yang selalu bersama kita dalam perjuangan itu sebagai pesakitan kriminalisasi yang membuatnya tak berdaya di ujung popor senapan yang berkedok piranti hukum dan penegakan keadilan , maka apa harus kita lakukan ??
Apakah kita bela dia dengan sekuat kemampuan yang ada hingga titik darah penghabisan sebagai ujud solidaritas kepada sesama pejuang , ataukah cukup kita pasrahkan nasibnya mengikuti proses hukum yang diberlakukan atasnya demi menjaga keselamatan diri kita sendiri dan keutuhan marwah Jam'iyyah atau organisasi dan almamater tempat kita bernaung tidak terusik atau setidaknya tidak terbawa-bawa untuk turut dipertaruhkan dalam pusaran perkaranya ?
Kalaulah dua hal itu bergelayut di benak pemikiran sebelum menetapkan pilihan sikap dan tindakan berikut implikasi yang ditimbulkannya , maka perlu dipertanyakan apakah solidaritas ukhuwah dalam koridor membela kebenaran menuntut untuk dipertentangkan hingga saling menggugurkan dengan upaya penjagaan marwah organisasi, ataukah masing-masing dari kedua hal itu justru menempati proporsinya sendiri yang justru apabila keduanya konsisten diperjuangkan dengan menapak pada koridor kebenaran maka akan saling menguatkan, dan bilamana salah satu ditiadakan malah akan menjadi titik kelemahan bagi yang lain ?
Teringat betapa Bai'atur Ridhwan menjadi fenomena menakjubkan sejarah Umat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang dengan keteguhan menjaga komitmen solidaritas antar pejuang membuat barisan musuh kecut nyali hingga mengurungkan niat dan undurkan langkah jahat terhadap salah seorang Sahabat Nabi ...
Adalah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu yang menjadi duta Rasul kepada kaum Quraisy untuk menegosiasikan maksud kedatangan Rasulullah bersama rombongan Sahabat guna berkunjung ke Baitullah secara damai , namun tiba-tiba Utsman ditangkap oleh kufar Quraisy tanpa alasan ~ boleh jadi karena dituduh sbg mata-mata atau dianggap hendak mengintervensi kedaulatan bangsa Quraisy ...
Mendengar penangkapan salah seorang ikhwan juang muslimin itu, para Sahabat dgn inisiatif sendiri tanpa dikomando oleh Rasulullah lantas berbaiat dan bersumpah setia di bawah sebatang pohon untuk membela keselamatan Utsman hingga titik darah penghabisan ...
Sumpah Setia oleh para Sahabat yg kemudian dikenal sebagai Bai'atur Ridhwan itu tentu dilakukan bukan karena kelangsungan dan kejayaan Islam bergantung pada sosok seorang Utsman, karena Islam baik ada maupun tanpa adanya Utsman tetap akan menjulang dan nama besar Islam pun tak berkurang karena adanya tuduhan maupun pembelaan atas tuduhan terhadap Utsman , melainkan lebih sebagai aksi solidaritas utk membela keselamatan seorang ikhwan yang diyakini selalu menapak di atas kebenaran dan bersih dari segala tuduhan yang disangkakan ...
Kalaulah pada saat itu Sahabat masih berhitung untung rugi membela Utsman yang ditahan di bawah tuduhan yang dilayangkan, atau masih menimbang2 dampak pembelaan thd Utsman terhadap jama'ah para Sahabat secara keseluruhan atau mungkin masih berpikir panjang akan pertaruhan kebesaran Islam jika pembelaan dilakukan, tentu peristiwa agung Bai'atur Ridhwan tidak akan pernah mengukir sejarah umat Islam dengan tinta keemasan atas nama solidaritas sesama muslim pejuang yang amat mengagumkan .
Hal itu tak jauh beda dengan apa yang menimpa IB HRS terkait fake chat maupun tuduhan2 miring lain yang gencar dilancarkan oleh kubu kehilangan akal , kalaulah langkah terbaik adalah pasrah menyerahkan semua pada proses hukum yang terkempit di ketiak para bedebah , maka tak perlu lagi pejuang di seantero negeri melakukan pembelaan mati2an terhadap keselamatan dan keutuhan nama baik beliau, karena toh nama besar Islam takkan berkurang dan nyalanya takkan padam tersebab jatuhnya salah satu pemuka sebetapapun tinggi kedudukannya di mata umatnya ...
Jika pemikiran seperti ini yang bertengger di kepala kita , maka cukup bagi kita utk berpangku tangan menunggu datangnya takdir yang telah ditentukan bagi agama kita nan mulia dan wadah perjuangan yg selalu kita junjung kebesarannya, sehingga perjuangan bersama yang dijejakkan di atas kegamangan solidaritas atau bahkan kenihilannya justru menunjukkan betapa keyakinan akan kebenaran tidak cukup menginspirasi dan membangkitkan spirit kebersamaan dan kesatuan antar pemangkunya , atau dengan kata lain ikatan yang dijalin dalam satu wadah perjuangan masih terbilang rapuh utk bisa mentautkan jiwa yang satu ke jiwa yang lain .
Singkat dikata, keroposnya bangunan solidaritas antar sesama insan pejuang kebenaran sama sekali bukan menunjukkan keberpihakan akan kebesaran ajaran kebenaran yang bersemayam di batin seorang pejuang , pun tidak mencerminkan kepeduliannya akan keutuhan wadah pergerakan, *melainkan malah mengindikasikan hal sebaliknya*, mengingat kebenaran Islam nan luhur adanya takkan mewariskan sifat acuh tak acuh dan kepengecutan , dan kegemilangan wadah pergerakan justru bertopang pada kekokohan solidaritas yang menapak teguh pada landasan kebenaran .
Lebih ringkasnya lagi, sebagaimana kejayaan Islam yang diniscayakan dengan keteguhan jalinan ukhuwah di kalangan umatnya, begitu pula kelangsungan wadah perjuangan pun akan tetap menjelma selama solidaritas antar sesama selalu dibina ...
Kesemuanya tentunya selalu dalam kerangka ta'awun 'alal birr wat taqwa , karena sejengkal pun kita takkan beranjak untuk membela yang salah !
Wallahul Musta'an wa 'Alaihit Tuklan 🤲🏻