Rusuh Morowali dan Gelombang TKA

 




Selasa, 17 Januari 2023

Faktakini.info 

OLEH BAMBANG NOROYONO, WAHYU SURYANA

Kerusuhan yang terjadi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, merenggut nyawa dua pekerja lokal dan satu tenaga kerja asing (TKA). Insiden mematikan tersebut menyoroti kembali gelombang TKA yang membanjiri Morowali belakangan.

Kematian tiga pekerja itu berkaitan dengan bentrok pekerja lokal dan asing di perusahaan tambang nikel PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Morowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu (14/1). Dua orang yang tewas adalah tenaga kerja lokal, sedangkan satu orang tewas lainnya teridentifikasi sebagai warga negara asal Cina.

Sebanyak 69 pekerja sementara ini tengah diinterogasi kepolisian di Polres Morowali Utara. “Benar, dua meninggal dunia TKI dan satu TKA. Tiga pekerja juga luka-luka,” begitu kata Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sulteng Komisaris Besar (Kombes) Didik Supranoto saat dihubungi Republika dari Jakarta, Ahad (15/1).

“Saat ini, 69 orang dan sejumlah barang bukti diamankan di Mapolres untuk diminta keterangan terkait kerusuhan tersebut,” begitu kata Didik. Dalam siaran pers resmi Polda Sulteng, Kombes Didik menjelaskan, dari penelusuran peristiwa, insiden kerusuhan di PT GNI terjadi sejak Sabtu (14/1).

Kata dia, kerusuhan itu berawal dari aksi unjuk rasa para pekerja yang tergabung dalam Serikat Pekerja Nasional (SPN). Unjuk rasa terjadi di Pos 4 dan Pos 5 di PT GNI. Unjuk rasa diikuti ratusan pekerja sejak pukul enam pagi waktu setempat. Kata Kombes Didik, unjuk rasa terjadi karena sehari sebelumnya, Jumat (13/1), terjadi ketidaksepakatan mediasi antara serikat pekerja dan PT GNI di kantor Dinas Ketenagakerjaan (Disnakertrans) Morowali Utara.

“Ketidaksepakatan itu terkait satu dari delapan tuntutan pekerja yang tidak bisa dipenuhi oleh PT GNI,” begitu kata Kombes Didik.

Satu tuntutan yang tak bisa terpenuhi itu berkaitan dengan desakan kepada PT GNI untuk mempekerjakan kembali anggota SPN yang dipecat karena mengikuti aksi mogok kerja sebelumnya.

“Mengenai itu, pihak perusahaan masih menunggu mediasi lanjutan pada tanggal 16 Januari nanti,” begitu terang Didik. Sementara itu, tujuh tuntutan lainnya, kata Kombes Didik sudah disepakati. 

Di antara tuntutan yang sudah disepakati yaitu kewajiban penerapan K3. Kemudian, tuntutan agar perusahaan memberikan APD lengkap kepada pekerja sesuai bidang dan risiko pekerjaan, tuntutan mengenai peraturan internal perusahaan, dan desakan untuk menyetop pemotongan upah yang tak berdasarkan kejelasan.

Tuntutan lainnya yaitu mendesak perusahaan menyetop sistem kerja kontrak untuk jenis pekerjaan bersifat tetap dan menuntut perusahaan memasang sirkulasi udara di setiap gudang dan smelter. Karena mediasi masih alot, para pekerja pun turun aksi di perusahaan. 

Bentrokan lain terjadi di area smelter-1 antarsesama pekerja di divisi dump truck. 

Aksi itu membuat kemacetan dan kepadatan kendaraan di jalan masuk di PT GNI. Aksi para pekerja tersebut juga disertai dengan mogok kerja. “Aksi ini diikuti lebih dari 300 sampai 500-an pekerja,” begitu ujar Kombes Didik.

Aksi turun ke jalan tersebut pun diwarnai dengan pelemparan di area masuk kerja di Pos 4. Menurut Kombes Didik, aksi pelemparan itu terjadi karena pihak keamanan perusahaan menghalang-halangi massa pekerja yang ingin masuk ke dalam.

“Sehingga memicu aksi perlawanan dengan melempari sekuriti dan perusakan fasilitas-fasilitas perusahaan,” begitu kata Kombes Didik.

Aksi berlangsung sampai malam. Sekitar pukul delapan malam, massa pekerja berhasil menerobos pintu masuk Pos 4 dan melakukan pembakaran sebuah mes karyawan. Pada saat itu, kata Kombes Didik, kepolisian dengan bantuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) berusaha memukul mundur massa pekerja.

Akan tetapi, bentrokan lain terjadi di area smelter-1 antarsesama pekerja di divisi dump truck. Penyebab bentrok karena adanya karyawan divisi dump truck PT GNI yang awalnya ingin bekerja tetapi kemudian berkumpul di parkiran dump truck untuk melakukan mogok kerja. Saat kembali dilakukan pengawalan oleh unit patroli Polres Morowali Utara, namun ada karyawan divisi dump truck PT GNI yang tidak mengikuti pengawalan dan melintas di area smelter-1.

"Bentrok tersebut mengakibatkan tiga karyawan divisi dump truck mengalami luka di bagian badan dan tiga unit kendaraan rusak,” begitu terang Kombes Didik.

Kerusuhan makin tak terkendali setelah terjadi aksi saling kejar dan lempar antara sesama pekerja di divisi dump truck. Aksi saling lempar dan mengejar itu, menurut Kombes Didik, memakan korban jiwa.

“Di mana korban TKI sebanyak dua orang meninggal dunia serta TKA sebanyak satu orang,” ujar Kombes Didik.

Baru sekitar pukul sembilan malam, kata Kombes Didik, satuan keamanan Polri dan TNI berhasil melerai bentrok antara pekerja di divisi dump truck PT GNI tersebut. Dan sampai Ahad (15/1), kata Kombes Didik, situasi dan keamanan di PT GNI sudah aman, tapi tetap dalam pengawasan.

Kedatangan TKA

Menurut catatan Kementerian Ketenagakerjaan, kedatangan pekerja asing ke Indonesia belakangan terus meningkat. Pandemi sejak 2020 sempat menghentikan tren tersebut. Jumlah pekerja asing sebanyak 109.646 ribu pada 2019 anjlok mencapai 88.271 sepanjang 2021.

Dari jumlah itu, TKA terbanyak masih berasal dari Republik Rakyat Cina. Angkanya sebanyak 42.624 orang pada 2019 dan menjadi 37.711 orang pada 2021.

Namun, memasuki 2022, kedatangan TKA kembali melonjak. Dari 91.623 orang pada Januari orang pada melonjak hingga 110.833 orang pada Oktober 2022. Sebagian besar lonjakan itu terjadi pada angka TKA asal Cina.

Pada Januari 2022, ada 40.386 TKA dari Cina. Jumlah itu melonjak jadi 51.600 orang pada Oktober 2022. Jumlah lonjakan pekerja dari Cina yang mencapai 11.214 orang itu jauh melampaui penambahan pekerja dari negara-negara lain.

Misalnya, jumlah pekerja dari Jepang yang secara total menempati posisi kedua jumlah TKA setelah Cina hanya bertambah dari 10.208 menjadi 11.231 pada 2022 alias sekitar seribu orang. Sedangkan, tenaga kerja Korea Selatan pada posisi ketiga hanya bertambah 551 orang.

Dalam pendataan pada 2022, perimbangan jumlah TKA per provinsi juga mulai bergeser. Pada Januari 2022, total TKA di Jakarta memuncaki statistik dengan jumlah 8.704 orang, disusul Jawa Barat dengan 7.261 orang. Namun, pada Oktober 2022, jumlah di Jawa Barat sudah jauh disalip jumlah TKA di Sulawesi Tengah, yang menginduki Kabupaten Morowali. Pada angka 10.494 pekerja asing, jumlah TKA di Sulawesi Tengah hanya sebentar lagi melampaui TKA di Jakarta yang berjumlah 10.554 pada Oktober itu.

Akhir tahun lalu, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Afriansyah Noor dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, mengakui, gelombang pekerja dari RRC ini. “Jadi, ada beberapa laporan ke saya bahwa Wamen, ini banyak warga negara asing (WNA) bekerja di Indonesia. Memang paling besar jumlah TKA dari Cina hampir 38 ribu orang, tetapi tidak berada di satu sektor,” kata dia dalam diskusi pada 31 Oktober 2022 itu.

Kebanyakan TKA dari RRC ini bekerja di pabrik pengolahan dan pemurnian hasil tambang atau smelter di Morowali, khususnya di PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). IMIP merupakan pengelola kawasan industri nikel yang terintegrasi dengan produk utama berupa nikel, baja antikarat, dan baja karbon.

Dalam kompleks industrial itu terdapat pembangkit listrik tenaga batu bara, pabrik mangan, silikon, chrome, kapur, kokas, dan lainnya, hingga pelabuhan dan bandara.

Afriansyah mengemukakan, TKA yang bekerja di IMIP sekitar 4.000 orang, sedangkan tenaga kerja lokal yang sudah terserap 45 ribu orang.

Jumlah tenaga kerja di lokasi industrial itu bisa jadi akan melonjak pada tahun-tahun mendatang. Sebab, tiga tahun mendatang diproyeksikan akan ada 40 tenant industrial yang beroperasi di Morowali. Saat ini sudah ada 18 tenant di Morowali dan sedang dibangun 22 tenant lagi.

Selain itu, kebutuhan bahan olahan nikel dunia diperkirakan melonjak pada tahun-tahun mendatang seiring kian awamnya kendaraan listrik. Nikel adalah salah satu bahan baku utama baterai listrik untuk kendaraan-kendaraan tersebut.

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar, Supriansa, mengatakan, peristiwa bentrokan terjadi masih di wilayah hukum Indonesia. Ia berharap Polri, terutama polda setempat, segera turun mengusut kejadian. "Sekaligus menyelesaikan masalah itu supaya tidak berlarut-larut," kata Supriansa kepada Republika, Ahad (15/1).

Ia mengaku tidak ingin berspekulasi apa penyebab kerusuhan itu. Namun, Supriansa menekankan, bentrokan yang melibatkan tenaga kerja asing dan tenaga kerja lokal tersebut harus dihentikan agar tidak menimbulkan korban yang lebih besar lagi.

Kejadian ini, lanjut Supriansa, harus menjadi pelajaran dan bahan evaluasi bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat ke depannya, apalagi kalau benar pemicu awal bentrokan menyangkut tuntutan pekerja terkait keselamatan kerja. "Saya kira itu hal yang penting untuk diperhatikan oleh perusahaan," ujar Supriansa.

Meski begitu, Supriansa berharap semua pihak, baik yang terlibat maupun pihak-pihak di luar, bisa menahan diri. Artinya, tidak berspekulasi sebelum ada hasil dari pemeriksaan aparat kepolisian mengenai peristiwa bentrokan tersebut.

Sebelum kejadian ini, akhir tahun lalu, PT GNI turut menuai sorotan publik setelah mengalami kebakaran pada 22 Desember 2022 di smelter. Peristiwa memilukan itu menyebabkan dua pegawai PT GNI harus meregang nyawa.

PT GNI merupakan perusahaan di bawah naungan Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Pekan lalu, beberapa anggota DPR sudah meninjau langsung ke PT GNI dan menemukan aspek-aspek keselamatan kesehatan kerja (K3) yang belum maksimal. 

Foto: Ilustrasi TKA di Indonesia (Republika)

Sumber: Republika.co.id

Posting Komentar untuk "Rusuh Morowali dan Gelombang TKA"