KH Luthfi Bashori: Orang NU Ikuti Fatwa Para Pendirinya Saja, Lebih Selamat

 



Sabtu, 18 Februari 2023

Faktakini.info 

ORANG NU IKUTI FATWA PARA PENDIRINYA SAJA, LEBIH SELAMAT

Luthfi Bashori

Jika umat Islam itu jujur dalam beragama, pasti mereka akan selalu merujuk kepada aturan kitab Suci Al-Quran serta Hadits Nabawi, dengan demikian maka umat Islam akan menemukan bahwa kebenaran yang hakiki itu jika umat yang hidup di jaman sekarang, selalu berusaha mengikuti aturan agama yang telah disepakati oleh para ulama Safaf terdahulu.

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ.

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku. Lalu yang selanjutnya. Lalu yang selanjutnya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Juga hadits berikut ini:

خَيْرُ الْقُرُونِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik generasi adalah generasiku. Lalu gerenasi yang setelahnya. Lalu generasi yang setelahnya.” (HR. TIrmidzi).

Sudah jelas bahwa kebaikan orang yang hidup di zaman sekarang, tidak dapat dibandingkan dengan kebaikan generasi sebelumnya seperti era shahabat, tabi'in dan para ulama Salaf Aswaja terdahulu.

Terkadang ada orang yang berasumsi bahwa produk hukum yang saat ini baru dimunculkan, namun secara tekstual dan implementasinya bertolak belakang dengan hasil ijtihad para ulama terdahulu, lantas pencetus produk hukum tersebut sudah merasa paling benar, hingga berani menentang hasil ijma'nya para ulama Aswaja Salaf terdahulu.

Seperti orang Islam jaman sekarang, termasuk warga NU, sudah banyak yang diajari untuk menampakkan kecintaan dan kasih sayang terhadap kaum yang kafir kepada Allah, dengan mengatasnamakan rasa kemanusiaan serta kesetaraan insaniyah. 

Sedangkan para ulama di jaman dahulu, termasuk para pendiri NU, selalu menentang bahkan berani berperang angkat senjata melawan kekafiran terutama terhadap kaum barat.

Dalam kitab Jauharut Tauhid, karya Assyeikh

Ibrahim bin Ibrahim bin Hasan al-Laqqani (wafat, 1042 H) disebutkan:

فَكُلُّ خَيْرٍ فِي اتِّبَاعِ مَنْ سَلَفَ # 

             وَكُلُّ شَرٍّ فِي ابتداعِ مَنْ خَلَفَ

“Segala kebaikan adalah dengan cara mengikuti orang-orang terdahulu, sedangkan segala kerusakan adalah inovasi atau buatan orang-orang belakangan.”

Karena itu, agar keislaman yang telah dihidayahkan oleh Allah terhadap umat Islam terus terjaga, maka sudah seharusnya umat Islam yang hidup di jaman sekarang, lebih mengedepankan untuk mengamalkan hasil ijtihad para ulama Salaf terdahulu yang alim di bidangnya.

KH. Hasyim Asy'ari juga menekankan sebagai berikut:

فنحن نحض إخواننا عوام المسلمين، أن يتقوا الله حق تقاته، إلى أن قال: وأن يُعرضوا عما أُحدِثَ من الجمعية المخالفة لما عليه الأسلاف الصالحون... وأن يكونوا مع الجماعة التي على طريقة الأسلاف الصالحين. 

📚 رسالة أهل السنة والجماعة : ١٥

"Kami menghimbau kepada kawan-kawan kami, orang awwam dari mayoritas kaum Muslimin, agar senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. 

(sampai pada ucapan)... "

"Hendaknya mereka juga berpaling dari segenap bentuk organisasi- organisasi baru yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar yang dibangun oleh para Salafus Shalihin..."

"Untuk itu hendaknya mereka selalu bersama jama’ah yang mengikuti jalannya para Salafus shalihin (generasi Salaf Aswaja) terdahulu." (Kitab Risalah Aswaja, 15).

Imam Asy Syathibi berkata:

قال الشاطبي : ” وحاصله أن الجماعة راجعة إلى الاجتماع على الإمام الموافق لكتاب الله والسنة ، وذلك ظاهر في أن الاجتماع على غير سنة خارج عن الجماعة المذكورة في الأحاديث المذكورة ؛

“Kesimpulannya, Al Jama’ah (organisasi) itu adalah bersatunya umat pada imam yang sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah. Jadi jelas, bahwa sebuah perkumpulan yang tidak sesuai Sunnah Nabawiyah, tidak disebut sebagai Al Jama’ah, sebagaimana yang disebut dalam hadits-hadits” (Kitab Al I’tisham 2/260-265) 

Sedangkan Imam Al Munawi (wafat 1031H) menukil perkataan Syihabuddin Abu Syaamah (wafat 665H) dan Al Baihaqi (wafat 458H) mengenai makna Al Jama’ah:

قال أبو شامة: حيث جاء الأمر بلزوم الجماعة فالمراد به لزوم الحق وإتباعه وإن كان المتمسك به قليلا والمخالف كثيرا أي الحق هو ما كان عليه الصحابة الأول من الصحب ولا نظر لكثرة أهل الباطل بعدهم قال البيهقي: إذا فسدت الجماعة فعليك بما كانوا عليه من قبل, وإن كنت وحدك فإنك أنت الجماعة حينئذ

“Abu Syamah berkata, ketika dalam hadits terdapat perintah berpegang pada Al Jama’ah, maka yang dimaksud dengan berpegang pada Al Jama’ah adalah berpegang pada kebenaran (Syariat) dan menjadi pengikut kebenaran tersebut walaupun ketika itu hanya sedikit jumlahnya, dan organisasi orang-orang yang menyimpang dari kebenaran itu, jauh banyak jumlahnya. 

Maksud Abu Syaamah, adalah bahwa kebenaran itu adalah mengikuti pemahaman para shahabat Nabi, bukan melihat banyaknya jumlah anggota organisasi, yang ada pada orang-orang sekarang yang datang setelah mereka (para ulama Salaf). 

Imam Al Baihaqi berkata, ketika Al Jama’ah (kaum muslimin saat ini) telah bobrok keyakinan dan perilakunya, maka hendaknya engkau berpegang pada pemahaman orang terdahulu (para Salaf), walaupun engkau sendirian, maka ketika itu engkaulah Al Jama’ah itu” (Faidul Qadhir, 4/99).

Menurut penulis pribadi

المحافظة على القديم الصالح هي من الواجبات، ولم يكن الجديد أصلح من القديم الصالح

Menjaga ajaran ulama salaf terdahulu yang baik (shalih terutama dari para pendiri NU) itu adalah suatu kewajiban, dan tidak ada ajaran tokoh NU berikutnya apalagi kekinian, yang ajarannya lebih baik (ashlah) dibanding fatwa para ulama Salaf (terutama fatwa para pendiri NU).