Kebohongan Bahlil Lahadalia Dibongkar Warga Rempang: Biarlah Kami Mati Berdiri dari pada Harus Hidup Berlutut

 




Senin, 18 September 2023

Faktakini.info

Dua warga rembang ungkapkan bahwa apa yang dikatakan oleh Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi Indonesia tentang 80 persen masyarakat Pulau Rempang setuju untuk direlokasi.


Kebohongan Bahlil Lahadalia dibongkar warga Rempang dalam sebuah wawancara atau potcast bersama Bambang Widjojanto.


Bahkan dalam potcast tersebut, dua wanita yang mengaku warga Rempang menyebutkan jika kedatangan Bahlil Lahadalia terkesan sembunyi-sembunyi.


“Dia datang seperti sembunyi-sembunyi dan kami sebagai masyarakat tidak dapat bertemu dengannya,” terangnya.


Bambang menanyakan apakah benar 80 persen masyarakat Pulau Rempang telah setuju untuk direlokasi.


“Bohong, bohong besar itu,” jelas salah satu ibu.


Menurutnya, saat itu masyarakat tidak bisa bertemu dengan Menteri Bahlil dan hanya 3 perwakilan yang masuk untuk melakukan pertemuan pada tanggal 15 Agustus 2023.


Dua wanita tersebut juga mengungkapkan bahwa masyarakat mengetahui bahwa Bahlil akan datang ke daerahnya setelah melihat persiapan di pekarangan Kecamatan yang mendirikan tenda.


Mereka juga menjelaskan bahwa saat kedatangan Bahlil, masyarakat tidak diundang.


“Saat itu kami tengah melakukan dzikir akbar supaya kampung kami tidak direlokasi, di mana kami mendengarkan bahwa Rempang Galang akan dibangun industry atau pabrik yang besar sehingga masyarakat harus di relokasi,” terangnya.


“Kami mendapatkan bocoran jika Bahlil akan datang, kedatangannya sepertinya ditutup-tutupi meskipun dengan pengawalan tentara dan polisi yang mencapai ratusan,” terangnya.


“Saat bertemu dengan masyarakat dia bicara dari dalam pagar dan kami berada di luar pagar Kecamatan,” jelasnya.


Wanita tersebut juga menjelaskan bahwa akhirnya masyarakat memilih tida perwakilan untuk bertemu Bahlil dan setelah itu ketiga perwakilan juga mengatakan bahwa mereka menolak relokasi.


Selain itu dua wanita tersebut juga mengungkapkan jika Muhammad Rudi yang merupakan Wali Kota Batam yang juga Ketua BP Batam belum pernah menyampaikan masalah relokasi secara langsung dan warga hanya mengetahui dari pemberitaan serta dari perwakilannya saja.


“Saat bertemu dengan perwakilannya, banyak pertanyaan kami yang tidak bisa dijawabnya dan katanya akan disampaikan ke atasannya,” jelasnya.


Masyarakat Tolak Ganti Rugi Tanah 500 Meter


Sedangkan tentang pemerintah akan memberikan ganti rugi dengan tanah seluas 500 meter, kedua wanita tersebut mengatakan hal tersebut terjadi di Hotel Harmoni yang digelar setelah Bahlil datang ke Kecamatan.


Meskipun dijanjikan kompensasi lahan 500 meter, namun menurut dua wanita itu, masyarakat tetap menolak karena menurut merekan bahwa Rempang Galang merupakan tanah kelahiran mereka yang telah menjadi akar budaya mereka.


“Seandainya kami dipindah sama saja menghilangkan sejarah-sejarah kami, tempat datuk nenek moyang kami, kuburan atau nenek moyang kami, orang tua kami di tanam,” terangnya.


“Biarlah kami mati berdiri dari pada harus hidup berlutut,” terannya.


Tidak hanya itu, dua wanita tersebut juga mengatakan bahwa mereka tidak percaya dengan ganti rugi tanah 500 meter yang dijanjikan.


“Kami tidak percaya dengan janji mereka, karena secara logika, penduduk Rempang Galang itu 7.000 hingga 10.000, sedangkan lahan dijanjikan 500 meter per KK, di mana lahan itu?" tanya salah satu wanita tersebut.


“Kalau kami berpikir secara logika, di mana lahan yang akan dibikin rumah sekian banyak dalam waktu dekat ini dan tidaklah mudah untuk mengembalikan tatanan kehidupan kami,” terangnya.


Selain itu mereka juga menyampaikan bahwa selama ini banyak warga yang telah digusur karena pembanggunana jalan namun nasib mereka terkatung-katung dan hanya dijanji-janjikan.


“Tidak hanya itu, lokasi dari relokasi juga disebut mereka berubah-ubah, yang katanya di Galang kemudian pindah ke Dapur Tiga,” paparnya.


[VIDEO]


Foto: Bahlil

Sumber: DISWAY, kontenislam




 



Posting Komentar untuk "Kebohongan Bahlil Lahadalia Dibongkar Warga Rempang: Biarlah Kami Mati Berdiri dari pada Harus Hidup Berlutut"