Laiske~ Gus Rumail Beberkan Dusta Imaduddin, Faqih dkk soal Nasab Baalawi

 


Ahad, 15 Oktober 2023

Faktakini.info

Rumail Abbas

Laiske~

Kiai Imad, dalam tulisan terkini di RMINU Banten berjudul “Jawaban Untuk Gus Rumail Di Padasuka TV”, seperti menulis dalam kejengkelan. Karena seolah-olah beliau mengatakan kalimat berikut sambil membentak:

“Kitabmu endi, Mail? Gawa rene!”

(Kitabmu mana, Mail? Bawa kesini!)

Saya membacanya sambil senyum-senyum:

“Kiai kita satu ini kenapa, ya?”

Padahal, orang yang berbagi manuskrip untuk kali pertama, yang bahkan Al-Janadi tidak menemukannya, adalah saya (Al-Janadi hanya menemukan manuskrip kitab Al-Mustashfa dan mengutip Ali Bin Jadid sebagai Syarif-Husaini di dalam Al-Suluk).

Abu Omar saya mintai tolong untuk menulis ulang silsilah isnad Muhammad ibn Ali Bin Jadid di dalam manuskrip Sunan Tirmidzi yang disalin tahun 589 H., kemudian diunggah di Google Drive.

Saat saya membagikan itu (setelah membayar manuskripnya dan membiayai restorasinya), Kiai Imad malah meremehkan itu sambil mengatainya sebagai “catatan lemari biasa yang tak berarti apa-apa”.

Saat saya bilang bahwa Al-Jauhar Al-Syafaf terkonfirmasi ada manuskripnya, dan mau saya unggah ke Google Drive biar bisa ditelaah bersama, Kiai Imad justru menggertak: jangan sekali-kali mengunggah PDF-nya!

Saat saya menanyakan niqobah Jordania di ruangan direktur Dar Al-Ifta’, Kiai Imad menuduh saya hanya ngopi di kantor pinggiran, ngopi doang, tidak menemui siapa-siapa. Padahal, yang pergi ke Timur Tengah itu saya, tapi Kiai Imad sok paling tahu daripada saya.

Saat saya bilang Al-Ubaidili punya kitab Al-Hawi, Kiai Imad malah menyangkanya Al-Hawi yang dikarang Abu Ghana’im, dan yakin Al-Ubaidili tidak bakal menyebut Ubaidillah ibn Ahmad Al-Muhajir. Padahal, ia belum menemukan satupun karya Al-Ubaidili selain Tahdzib Al-Ansab.

Saat saya bilang ada manuskrip sezaman dan menunjukkan covernya, Kiai Imad bilang bahwa manuskrip versi bajakannya bisa dengan mudah didapatkan lewat internet. Ngapain jauh-jauh ke Timur Tengah? Judulnya: Tarikh Madinat Al-Shona’a. Padahal, saya gak menyebut ada Ubaidillah di sana!

Saat saya menuduh Kiai Imad berdusta karena memelintir redaksi Al-Ghuror (bahwa Baalawi diklaim sahih dan “selain itu” memakai mimpi untuk isbat), beliau mengelak dan justru mengatakan sayalah yang berdusta. Padahal, Al-Ghuror menyebut 19 nama ulama dalam puisi, tidak hanya klaim doang dan cerita mimpi-mimpi.

Saat saya bilang menemukan manuskrip yang menyebut Syarif Ahmad Al-Husaini Al-‘Uraidli, Kiai Imad bilang saya tidak menemukan apa-apa, dan mem-PHP Baalawi selama ini. Padahal, saya belum mengunggahnya.

Saat saya menanyakan niqobah mana yang membatalkan Baalawi, Kiai Imad malah menyerahkannya ke KRT Faqih, kawan Kiai Imad. Saat saya menanyakan akurasi tes DNA yang menurut Kiai Imad tidak bisa mensahihkan Baalawi, dia bilang cuma taklid sama Mas Sugeng. Padahal, ia berani berontak pada Sayid Mahdi Roja’i (pakar nasab) langsung.

Saat saya menyebutkan kabilah Abah saya (seorang Yamani, bukan Hadlrami), Kiai Imad malah menginsinuasi semua Yamani tak punya jiwa nasionalisme. Saat saya menyebutkan siapa promotor saya, kawan Kiai Imad tadi malah mempolitisir informasi rahasia itu. Padahal, dengan sedikit lebih terbuka, saya berharap mereka akan lebih mengerti motif ilmiah di balik penelitian saya.

Namun kedua orang itu, yaitu Kiai Imad dan KRT Faqih, tidak pernah tanggung-tanggung menggiring publik untuk meragukan saya, tidak memercayai saya, dan membuat kesan bahwa saya menyembunyikan agenda politis dan agenda gelap. Semua itu supaya orang-orang tidak memerhatikan sanggahan saya, dan tidak melihat apa yang saya sampaikan.

Setelah mengaca pada ini semua, saya masih “dibentak” untuk menunjukkan manuskrip yang saya temukan di depan orang-orang yang tidak punya integritas begini?

Dia sendiri, lewat Hanif Farhan, pamer foto sedang memilah-milah buku di perpusatakaan Belanda. Kenapa dia tidak mencarinya sendiri dan membuktikan saya tidak menemukan apa-apa?

Saya, kan, bisa punya waktu lebih banyak untuk makan di tempat seperti di bawah ini?

Traktir penelitian saya di sini, ya:

https://trakteer.id/stakof

Salam,

Rumail Abbas