Semprot Imad cs, Ketua PBNU: Stop Rasisme Nasab!

 



Ahad, 7 Januari 2024

Faktakini.info

*Stop Rasisme Nasab* .

 Oleh Dr. H . Ahmad Fahrur Rozi

Pagi ini , hari Ahad 7 Januari 2024 . Saya menemani Waketum PBNU KH Zulfa Musthofa menghadiri hadiri haul Allahu yarham Alhabib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih dan Almuhaddis Almusnid Prof. Dr . Abdullah bilfaqih , dua guru besar Pendiri pesantren Darul hadist alfaqihiyyah Malang.

Sejak jam 6 pagi saya melihat jalanan dalam kota malang sudah sangat ramai , kendaraan sudah di stop jauh dari lokasi karena padatnya puluhan ribu pengunjung haul yang berdatangan dari berbagai penjuru Indonesia bahkan dari Yaman dan Malaysia

Pemandangan sejuk harmoni antara para habaib dan kyai terlihat dekat dan sangat hangat , ratusan habaib dan kyai besar terkenal semua duduk sejajar bersila tanpa jarak mendengarkan pidato mauidlatul hasanah yang disampaikan dua kyai NU Jawa asli ; KH Abdul Qayyum Lasem dan KH Zulfa Musthofa , saya merasa polemik nasab yang dimunculkan dalam setahun terakhir ini seperti tidak ada efeknya sama sekali , haul malang ini masih sangat ramai dijubeli puluhan ribu ummat berbagai lapisan masyarakat .

Polemik nasab berkepanjangan dalam setahun terakhir ini sungguh membuat saya prihatin, Banyak orang awam yang terpengaruh oleh opini rasis berbalut hasil penelitian ilmiah itu dan terus terprovokasi konten buzzer yang memuntahkan aneka comment caci maki yang tak pantas untuk ditulis ulang di sini. Serangan beringas dan intensif ini di media sosial menyemesta. Setiap habaib Bani alawi secara umum digeneralisir buruk dan menjadi sasaran genosida opini ini, padahal banyak sekali dari mereka yang saya kenal adalah pribadi yang tawadlu , alim dan Sholih..

Saya sudah membaca tulisan pak Imad dan saya sudah baca sumber aslinya , ternyata ketika mengutip dan menginterpretasikan teks dan makna kitab banyak yang dipotong , terjadi kesalahan analisa dalam proses berpikir yang dilakukan oleh KH. Imad. Mengapa demikian ? karena pak Imad sering mengambil kesimpulan yang tidak sesuai dengan kitab yang dijadikan rujukan.

Bagaimana bisa pak Imad menyimpulkan bahwa Ubaidillah dan Alawi tidak pernah ditemukan sebagai anak dan cucu Ahmad bin Isa dengan bersandar pada kitab yang memang tidak sedang membahas anak-anak Ahmad bin Isa..

Pak Imad dkk nampak sangat bernafsu menggugurkan nasab Imam Ubaidillah, bahkan dengan menggunakan kitab-kitab yang tidak relevan dan asal comot saja asalkan sesuai dengan apa yang dia inginkan. Sebagai peneliti saya yakin dia tidak melakukan wawancara mendalam dengan masyarakat Yaman dan tidak melakukan pembuktian situs ke berbagai lokasi sejarah atau melakukan triangle data , saya curiga dia hanya duduk di belakang meja bermodal laptop, kitab dan Google saja . Makanya tidak heran kalau tidak ada sambutan ulama baik nasional atau internasional terhadap issue nasab itu, saya sudah bertanya kepada banyak kolega saya ulama di timur tengah tentang tesis pembatalan nasab bani Alawi itu , mereka heran dan mentertawakannya . Pembatalan nasab itu di dianggap lelucon dan omongan kosong belaka .

Saya pribadi menolak teori pak Imad tentang wajibnya catatan kitab sezaman , karena itu teori dia ngarang sendiri. ulama sepanjang sejarah telah sepakat mempercayai nasab Bani Alawi , para peneliti ahli nasab dalam ratusan tahun di zaman selanjutnya dan keturunan keluarga beliau yang mencatat nasab keluarganya, jelas mengitsbat nasab beliau bani alawi. Di sisi lain, tidak ada satu ahli nasab pun yang menafikan nasab Ba' Alawi. Semuanya ulama yg ada dari semua zaman dari kalangan ahli nasab sepakat mengitsbat nasab Bani Alawi , hanyalah Mujtahid nasab dari Banten yang lahir di abad ini yg didukung nassabah bermodal blogspot ngotot akan membatalkan, bagaimana saya bisa percaya ?

Kalau mau bersikeras memakai standar kitab sezaman maka nasabnya Syaikh Abdul Qadir Jailani pun jadi batal. Dalam kitab syaikh Al-Fakhr Al-Razi yang hidup tidak lama setelah Syekh Abdul-Qodir Al-Jailani juga tidak menyebutkan nama dan nasab Syekh Abdul-Qodir Al-Jailani, juga ayahnya bahkan kakeknya Imam Al-Marwazi, ahli nasab setelahnya juga tak menyebutnya.

Terdapat perbedaan pendapat dan jalur nasab Syekh Abdul-Qodir Al-Jailani di kalangan para ahli nasab yang hidup setelah zaman beliau . Ini membuat para sejarawan dan ahli nasab meragukankebenarannya. Al-Umari dalam kitab nasabnya yang berjudul Al Majdi dan Ibn Inabah yang juga keturunan Imam Hasan dan dianggap sebagai rujukan dan pakar nasab abad ke 9 H dalam kitabnya Umdat Ath-Thalib fi Ansab Al Abi Thalib, meragukan nasab Syekh Abdul-Qodir Al-Jailani. Dalam mukadimah kitab Abna' Al-mam Al-Hasan wa Al-Husain Syekh As-Safarini mengutip surat dari gurunya, Syekh An-Nablusi juga menegaskan bahwa Syekh Abdul-Qodir Al-Jailani bukankah dzuriyah Nabi SAW dari jalur Al-Hasan juga jalur Al-Husain. Kalau cara pak Imad yang sama diterapkan, maka gugurlah nasab Syaikh Abdul Qadir Jailani yang di yakini mayoritas ummat islam .

Harusnya teorinya pak Imad diujikan dulu ke Walisongo agar bisa dilihat kebenarannya. Anehnya kalau ada orang ngakunya keturunan Walisongo dan tersambung ke Rasulullah SAW diterima semuanya, tanpa ada persyaratan tes DNA atau kitab sezamannya , ini jelas tidak fair alias menakar dengan dua timbangan

Hari ini saya melihat mendadak banyak orang mengaku keturunan Walisongo yang sepi selama 12 abad , tidak pernah dicatat dalam kitab di setiap zamannya, juga tidak ada lembaga nasab Walisongo yang mencatat secara faktual warganya , kok tiba " sekarang banyak orang kampung mendadak ngakunya keturunan Walisongo, dan otomatis keturunan Nabi Muhammad Saw, ini semua diterima oleh mereka pembatalan nasab bani alawi dengan tanpa syarat , apakah ini tidak lebih lucu dan konyol ?

Tragisnya gorengan polemik nasab ini sudah sangat liar, dibumbui provokasi dan hasad, pokoknya kalau tokoh pembatalan nasab bani alawi dan pendukungnya itu harus selalu benar, yg menentang dia pasti salah, meskipun ulama se dunia atau bahkan Rais am. Atau mungkin mereka mengira pak Imad itu sudah sekelas Syaikh Albani yg boleh mengkritisi sahih Bukhari, bahkan sekelas Ibnu Taimiyah, yg berbeda pendapat dengan ulama-ulama ahlussunah sedunia

Penutup .

Andai saja pak Imad dkk berhenti pada kesimpulan penelitian saja tanpa provokasi, saya faham dan persoalannya menjadi sederhana. Bagaimanapun juga, mengafirmasi dan menegasi sesuatu, adalah hak individu yang patut dihargai. Toh, mayoritas alawiyin juga tidak menikmati status kedzuriyyahan.

Tapi ketika yang menikmati status kedzuriahan (yang jumlahnya lebih sedikit) dan mayoritas para habaib alim Sholeh, Zuhud yang tak menikmatinya sama sekali, diperlakukan sama ; divonis dalam satu paket sebagai gerombolan pendusta, penipu, penjual agama, penjual nasab, yahudi , antek penjajah dan aneka cacian serta kata kotor lainnya, itu adalah kedzaliman, kemungkaran dan kejahatan kepada nasab mulia keturunan Rasulullah Saw , siapapun pelakunya, saya menolak dan mendaftarkan diri untuk melawannya 🙏

Malang , 7 Juli 2024

Foto: Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr. H . Ahmad Fahrur Rozi

Posting Komentar untuk "Semprot Imad cs, Ketua PBNU: Stop Rasisme Nasab!"