Adhli Al-Qarni di Fez, Maroko: Nasab Sadah Ba'alawi Masyhur dan Shahih

 


Rabu, 7 Februari 2024

Faktakini.info

Adhli Al-Qarni di Fez, Maroko

SADAH BA’ALAWI

Keluarga Bā’alawī adalah keluarga yang nasabnya kembali kepada Sayyid ‘Alawī bin ‘Ubaidillāh. Keluarga ini disifati oleh Sīdī ‘Abd al-Hafīdz Bin Muhammad Bin al-Thāhir Bin ‘Abd al-Kabīr Al-Fāsī Al-Fihrī (wafat 1383), musnid dan ahli sejarah Fes pada masanya, dalam Mu’jam al-Syuyūkh beliau dengan ungkapan:

{بيت السادات الباعلوي اليمنيين الحضرموتيين أعظم بيوتات الدنيا قدراً وأسماها فخراً، اكتمل بدرهم وشاع في البسيطة نورهم وسردهم وسال سلسال فضلهم في الأقطار وذاع شذا نور روضهم المعطار في جميع الأصقاع والأمصار، وبيتهم معمور بالعلم والعرفان، وطريقتهم المثلى يتوارثونها عن آبائهم الأكرمين على ممر الأزمان، وينقلها نجيب عن نجيب خصيصة من القريب المجيب مع اشتهارهم بصحة النسب وعراقتهم في المجد والحسب} اهـ.

Artinya: “keluarga Sādāt Al-Bā’alawi, orang-orang Hadramaut, Yaman, adalah salah satu keluarga yang memiliki kedudukan paling agung dan kebanggaan yang paling luhur. Mereka seperti purnama yang sempurna. Cahaya dan sebutan mereka menyebar di seluruh dunia. Keutamaan mereka mengelilingi belahan bumi laksana sebuah lilitan rantai. Wangi harum mereka tercium hingga berbagai penjuru laksana sebuah taman bunga. Keluarga ini terkenal dengan ilmu dan tasawuf. Tarekat mereka adalah anutan yang mereka wariskan dari leluhur mereka yang mulia di sepanjang masa, tarekat yang diwariskan oleh putera yang mulia dari ayah yang mulia, oleh kerabat dari kerabat, dengan kemasyhuran nasab dan ras yang sahih dalam akhlak dan keturunan.”


Sadah Ba’alawi menganut mazhab fikih Imam Al-Syāfi’ī (mengikut pandangan Ibnu Hajar Al-Haitamī secara khusus) dalam yurisprudensi, pengikut Imam Abū al-Hasan Al-Asy’arī dalam teologi (dengan meninggalkan hal-hal yang sangat mendetail dalam persoalan akidah untuk diperbincangkan), dan para pengamal tarekat sufi (melalui khirqah jalur Abū Madyan Al-Ghauts dan suluk Abū Thālib Al-Makkī dan Abū Hāmid Al-Ghazālī secara khusus).


Keluarga ini menjadi sangat terkenal di Mekah setelah Sayyid Husain Bin al-Syaikh al-Imām Muhammad Bin Husain Al-Habsyī menjabat sebagai mufti syafi’iyah menggantikan Sayyid Ahmad Bin Zaini Dahlān Al-Jīlānī Al-Hasanī yang wafat pada tahun 1304 H. Beliau merasa terpaksa menerima jabatan tersebut hingga melepaskannya kembali dalam tempo yang sangat singkat dan digantikan oleh Sayyid Abū Bakar Bin Muhammad Zainiddīn Syathā. Saya secara pribadi menaruh rasa hormat kepada keluarga ini dengan banyak sebab. Diantaranya Sayyid Ahmad Bin Zaini Dahlan memiliki kitab khusus yang berisi manaqib keluarga ini sebagaimana disebutkan dalam Nafhah al-Rahmān karya Sayyid Abū Bakar Syathā, bahkan adik beliau, Sayyid Utsmān bin Muhammad Zainiddīn Syathā menikahkan puteri beliau, Syarifah ‘Āisyah, dengan Sayyid Sālim bin Ahmad Ibn Jindān dari kabilah Syekh Abū Bakar Bin Sālim, salah satu kabilah utama keluarga Sadah Ba’alawi, sebelum semuanya pindah ke Makassar karena satu dan lain hal.


Dalam hal pemikiran, Sadah Ba’alawi memiliki dua arus utama; arus tradisionalis dan arus reformis. Saya menggunakan diksi “arus” untuk menunjukkan bahwa saya tidak memisah satu kelompok dengan kelompok yang lain. Ini murni klasifikasi ilmiah berdasarkan arus pemikiran yang dianut.


Pertama: Arus Tradisionalis


Ciri khas arus ini adalah pemikiran taklid kepada Imam Al-Syafi’i dalam fikih, Imam Al-Asy’ari dalam akidah, dan Imam Al-Ghazali dalam tasawuf. Tidak banyak hasil penelitian ilmiah yang bisa didapatkan dari arus ini selain berputar pada persoalan taklid mazhab, keterkaitan nasab, sanad tarekat, dan ritual tabaruk. Hanya saja arus ini memiliki jasa yang sangat besar dalam usaha menyebarkan dakwah Islam dan mengajak kaum muslimin kembali ke jalan Allah tanpa sedikitpun terasosiasi dengan partai politik manapun.


Tokoh yang paling menonjol dan menjadi penutan orang-orang di arus ini adalah Habib ‘Umar Ibn Hafīdz, pengasuh lembaga pendidikan Dār al-Musthāfā, Tarim, Hadramaut.


Kedua: Arus Reformis


Ciri khas arus ini adalah upaya mengembalikan nafas ijtihad dalam keilmuan islam (khususnya akidah, hadis, dan sejarah islam). Arus ini banyak melahirkan karya-karya tulis bernilai tinggi, khususnya berkaitan dengan persoalan jarh-ta’dīl, keutamaan Ahli Bait ‘alaihimussalām, dan kritik tegas kepada golongan nawāshib.


Di antara tokoh-tokoh yang paling menonjol di arus ini adalah Al-‘Allāmah Abū Bakar Bin ‘Abdirrahmān Bin Syihāb, Al-‘Allāmah Muhammad Bin ‘Aqīl Ibn Yahya, Al-‘Allāmah Ibrāhim Bin ‘Umar Bin Aqīl Ibn Yahya (Mufti Ta’iz), Al-‘Allāmah ‘Abdurrahmān Bin ‘Ubaidillāh Al-Saqqāf (Mufti Hadramaut), Al-‘Allāmah ‘Alwī Bin Thāhir Al-Haddād (Mufti Johor), Sayyid Muhammad Bin Ahmad Al-Syāthirī (penulis Al-Yaqūt Al-Nafīs), Sayyid Hasan Bin ‘Alī Al-Saqqāf (murid Sīdī ‘Abdullāh Bin al-Shiddīq Al-Ghumārī Al-Hasanī). Saya masih berdecak kagum dengan karya-karya tulis tokoh-tokoh yang saya sebutkan ini. Semoga Allah merahmati mereka yang telah wafat dan menjaga mereka yang masih hidup.


Sebenarnya ada juga tokoh-tokoh arus tradisionalis yang terpengaruh (sedikit-banyak) dengan arus reformis, seperti Habib Abū Bakar Al-‘Adnī Bin ‘Alī Al-Masyhūr (yang dapat anda temukan nafas reformisnya di sela-sela nadzam atau tulisan yang beliau tuliskan) dan Dr. ‘Alwī Bin Hāmid Bin Syihāb (kurator kitab Al-Fath Al-Malik Al-‘Alī karya Al-Hāfidz Sīdī Ahmad Bin al-Shiddīq Al-Ghumārī Al-Hasanī).


Demikian. Semoga bisa membantu para peneliti dalam menambah wawasan. Wallāhu a’lam.


Salam hangat dari Kota Fes yang sejuk tapi tetap hangat dengan secangkir teh. Haha. Kalau ke Maroko, insyaallah kita bertemu.

Posting Komentar untuk "Adhli Al-Qarni di Fez, Maroko: Nasab Sadah Ba'alawi Masyhur dan Shahih "