Anies Pewaris Darah Pahlawan Pendiri Republik Indonesia

 



Jum'at, 2 Februari 2024

Faktakini.info

*ANIES PEWARIS DARAH PAHLAWAN PENDIRI REPUBLIK INDONESIA*

Oleh : Fery Muzaki Ruthab

Dalam tubuh Anies Rasyid Baswedan mengalir darah pahlawan pendiri republik Indonesia yaitu kakek beliau biasa ditulis namanya dengan A.R Baswedan. Beliaulah yang berkeliling dunia bersama KH. Agus Salim sebagai duta diplomasi kemerdekaan. A.R Baswedan adalah diplomat pertama Indonesia yang berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia dari Mesir, Palestina, India dan menyusul negara-negara lainnya.


A.R Baswedan mengorbankan seluruh kekayaannya membiayai perjalanan diplomasi dari satu negara ke negara lain, bahkan dalam perjalannya beliau beberapa kali lolos dari upaya pembunuhan agen inteligen Belanda.


Menjelang Indonesia merdeka, A.R. Baswedan ikut menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), di sinilah A.R. bersama para pendiri bangsa lainnya terlibat aktif menyusun UUD 1945. Setelah Indonesia merdeka, A.R. Baswedan menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).


A.R Baswedan salah satu tokoh Masyumi. Dalam satu wawancara Baswedan mengatakan bahwa alasannya bergabung dengan Partai Masyumi karena partai tersebut sesuai dengan pandangan nasionalisme Islam yang dianutnya. Ketegangan Masyumi dengan PKI membuat beberapa kali konspirasi dan upaya kriminalisasi terhadap A.R Baswedan. A.R Baswedan juga seorang mubaligh yang kerap berda'wah baik di pengajian-pengajian dan di mimbar khutbah jum'at.


Pada 19 Desember 1948 kira-kira pukul 03.00-04.00 terdengar suara pesawat terbang dan pagi  harinya  Bandara Maguwo dibom oleh Belanda. Dalam waktu yang cepat, Belanda masuk ke Yogyakarta.  Saat  itu  di  Gedung  Negara  sedang diadakan  sidang, A.R Baswedan  berada  juga  di tempat  itu.  Kepala  Staf  Angkatan  Perang  T.B. Simatupang kemudian datang dengan buru-buru dan  merencanakan  gerilya.  


A.R Baswedan  sendiri saat itu bergegas menuju ke RRI untuk siaran kepada pemerintah darurat RI yang berada di Sumatera yang dipimpin oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara.


Dari  RRI,  A.R Baswedan  pulang tetapi di sepanjang jalan ia terhalang akibat adanya pengeboman. A.R Baswedan adalah salah satu target mati Belanda. Sesampai di kediamannya, tentara Belanda masuk ke rumahnya. Pasukan  Belanda  yang  masuk  ke  rumahnya adalah orang Ambon dan Timor. Rupanya mereka kasihan  melihat  anak-anak  A.R Baswedan  yang banyak dan masih kecil-kecil. Hanya lemari bukunya yang diobrak-abrik.


Karena situasi tidak aman buat A R. Baswedan, tokoh Masyumi Dr. Mohammad Natsir, menyuruhnya agar menumpang pada kemenakan Natsir (pegawai PLN) di Jalan Jetis. Rumah itu kecil dan hanya bisa digunakan satu  kamar  sehingga  dipergunakan  untuk  tidur satu keluarga. Dalam situasi sebagai buronan Belanda, A.R Baswedan, dalam penyamarannya berdagang kopi dan teh dengan mendorong gerobak untuk menafkahi istri dan anak-anaknya.


Sejarah mencatat, beliau adalah diplomat terbaik dan Menteri Muda Penerangan RI 1946-1947 yang hidup sangat sederhana yang pernah dimiliki negeri ini. 


"Walaupun pernah menjabat Menteri Muda Penerangan Republik Indonesia dan bahkan menjadi delegasi di Kairo untuk memperoleh dukungan untuk negara kita yang sukses itu  A.R.Baswedan  masih  harus  menjalani yang sangat sederhana,”  dalam  buku biografi AR Baswedan Membangun Bangsa, Merajut Keindonesiaan (tulisan Suratmin & Didi Kwartanada, penerbit Gramedia).


Sampai  akhir  hayatnya,  A.R.  Baswedan tinggal  diberi tumpangan rumah di  Yogyakarta.  Adapun mobil yang dimilikinya merupakan hadiah dari sahabatnya yang Wakil Presiden RI, Adam Malik. Keyakinannya itu, ia menjadi seorang yang tabah, tangguh, dan tak mudah tergoyahkan, ia tetap optimis  akan  keberhasilan  cita-citanya.  Semoga Anies Rasyid Baswedan menjadi Presiden Indonesia dengan mewarisi semangat perjuangan kakeknya, dan bapaknya. [FMZ]