Fery Muzaki Ruthab: Ramadhan Jalan Meraih Akhlaq Zuhud

 



Rabu, 13 Maret 2024

Faktakini.info

*RAMADHAN JALAN MERAIH AKHLAQ ZUHUD*

Oleh : Fery Muzaki Ruthab

_“Zuhud jika seseorang mampu menahan dirinya dari menguasai sesuatu yang diinginkannya yang ada padanya”_


===========


Kita buka dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :


وَمَا هَٰذِهِ ٱلۡحَيَٰوةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَهۡوٞ وَلَعِبٞ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَ لَهِيَ ٱلۡحَيَوَانُ ۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ


_"Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui."_ (QS. Al-'Ankabut : 64)


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡ وَٱخۡشَوۡاْ يَوۡمًا لَّا يَجۡزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِۦ وَلَا مَوۡلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِۦ شَيۡئًا ۚ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَٰوةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ


_"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah."_ (QS. Luqman : 33)


Saya ingin memulai tulisan ini dengan sebuah pertanyaan, apakah sifat Zuhud masih relevan untuk diterapkan di zaman sekarang ini ? 


Pertanyaan ini muncul karena kenyataannya tidak sedikit orang-orang miskin yang bergaya konglomerat dan orang-orang kaya yang bingung menghabiskan kekayaanya atau para pejabat yang ingin di layani rakyat bukan melayani rakyat. Bahkan sekarang ini justru rakyat yang memikirkan negara bukan negara yang memikirkan rakyat. Atau para ulama yang lebih suka mengemis harta negara dan harta orang-orang kaya dengan alasan melancarkan dakwahnya. 


Saya pernah berbincang dengan seorang ulama, yang bercerita dia baru saja berkunjung ke salah seorang pejabat Bupati yang baru saja naik terpilih. Terlontar pertanyaan bagaimana penampilan dan sikapnya ketika bertemu pejabat bupati itu ? Istrinya menyarankan agar dia memakai pakaian yang mahal agar imagenya terlihat berwibawa agar pejabat baru tersebut terkesan kepadanya. Belum lagi cerita tokoh tersebut yang menjadi bagian dari teamses terpilihnya bupati tersebut dan dia berusaha untuk mengakses anggaran negara untuk kepentingan pribadi dan pondok pesantrennya. 


Itulah beberapa cuplikan realita yang ada pada sebagian ulama yang menjadikan “pangkat keulamaannya” untuk kepentingannya. Tentu saja masih banyak tokoh atau ulama yang yang berjuang dengan berselimut kezuhudan sekalipun dekat dengan para penguasa bahkan memikul sebuah jabatan. Namun sering kali mereka merasa dunia jabatan itu bukan habitatnya. Seringkali mereka dianggap tidak bisa beradaptasi dengan komunitas duniawi tersebut. Jadilah mereka zahid terlempar kedalam buku cerita yang indah. 


Yang perlu kita lakukan adalah repositioning (mendudukkan kembali) sikap terhadap harta milik sendiri, orang lain, atau negara dalam penggunaannya sehingga tetap berada dalam koridor akhlaq terpuji dan lebih khusus lagi akhlaq zuhud.


Yang paling utama dituntut untuk memiliki sifat zuhud adalah orang-orang kaya yang mampu secara ekonomi. Sehingga mereka terhindar dari sifat tamak dan kikir akan harta. Baru dikatakan zuhud jika seseorang mampu menahan dirinya dari menguasai sesuatu yang diinginkannya yang ada padanya. Jadi apapun latar belakang seseorang bisa saja menjadi seorang zahid.


Sementara orang-orang yang kurang mampu atau dhu’afa hendaknya menghiasi dirinya dengan sifat qona’ah. Sehingga terhindar dari sifat hina meminta-minta dengan berbagai cara. Karena dengan qona'ah dia merasa cukup dengan apa yang diberi Allah Swt meskipun sedikit atau kurang. 


Jadi perintah zuhud bukan berarti untuk menjadi miskin. Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan :


اَلزُّهْدُ فِی الدُّ نْيَا قَصْرُ اْلأَمَلَ والْيَأْسُ مِمَّا فی أَيْدِي النَّاس


_"Zuhud terhadap dunia adalah pendeknya angan-angan dan tidak mengharap apa yang ada ditangan orang-orang.”_ (Al-Wafiy, syarah hadits Arba’in hal : 217)


Abu Idris Al-Khulaniy berkata bahwa : bukanlah zuhud itu mengharamkan yang halal dan menolak dunia. Tetapi zuhud itu adalah tertanamnya keyakinan bahwa apa-apa yang ada di tangan Allah Swt lebih diyakini daripada apa-apa yang ada di tangan sendiri. 


Zuhud dibagi dalam tiga bentuk yaitu *zuhud awwam* yaitu zuhud dengan meninggalkan yang haram, *zuhud khas* yaitu zuhud dengan meninggalkan sifat berlebihan meskipun halal, *zuhud ‘arifin* yaitu dengan meninggalkan segala hal yang memalingkan dari Allah Swt. 


Pengertian zuhud dari ulama manapun yang kita ambil maka semuanya ada dalam perjalanan Ramadhan. Pada waktu siang hari kita mampu meninggalkan yang haram, maka seyogyanya pada malam hari kita mampu meninggalkan sifat berlebihan sekalipun halal dan sekaligus kita mampu meninggalkan apapun yang bisa memalingkan kita dari Allah Swt, dan pada siang hari kita mampu meninggalkan segala yang dilarang Allah Swt.


Maka seorang mukmin yang sukses menjalani ibadah Ramadhan, maka dia akan keluar dan berjalan di hari-hari lain sebagai seorang zahid. 


Kita perlu pemimpin yang zuhud, seperti Rasulullah Saw, Umar bin Khatab, Umar bin Abdul Aziz. Kita perlu konglomerat yang zuhud seperti Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan. Kita perlu pemuda pejuang yang zuhud seperti Mush’ab bin Umair dan Ali bin Abi Thalib. Kita perlu umat yang zuhud seperti kaum Anshor yang mendahulukan kepentingan kaum Muhajirin. 


Jadi yang kita perlukan adalah realisasi zuhud pada siapapun dan dimanapun atau kapanpun. Zuhud adalah solusi dari krisis multidimensi di negeri ini. 


Kita tidak butuh pengkaji tasawuf yang terbatas teori-teori yang mengambang dan hidupnya jauh dari kezuhudan, ketawadhuan yang basa-basi menutup kesombongan, kesufian yang menutupi ketamakan duniawi. 


Wallahu a’lam. 

2 Ramadhan 1445 H.