Soal Nasab Ba'alawi, Rumail Abbas Bantah Tudingan Nur Ihya terkait Habib Salim bin Jindan

 



Senin, 4 Maret 2024

Faktakini.info

Rumail Abbas

Saya berusaha sebaik mungkin mempelajari metodologi dan memperbarui buku-buku tentangnya, siapa tahu ada perkembangan--biar up to date, maksud saya.

Di antara metodologi yang saya telaah ulang tiga bulan terakhir ialah metodologi sejarah.

Saya membuka-buka buku lama, dan menapaki besutan Kuntowijoyo yang sudah lama tak saya sentuh. Begitupun buku Louis Gottschalk (diterjemah Nugroho Notosusanto) yang mulai menua dan lapuk.

Sebagaimana metodologi pada umumnya, ia adalah ilmu yang membicarakan jalan. Dan siapa tahu, jalan pelacakan peristiwa di masa lalu mulai bertambah dan beragam seiring perkembangan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan ingatan, saya punya banyak buku metodologi, bahkan lebih dari 10 macam. Namun setelah saya kumpulkan secara rapi, kok, tinggal lima biji?

Siapa yang minjam tapi belum dikembalikan? Siapa tahu di sini ada yang pernah main ke rumah, ngobrol ke perpustakaan saya, dan minjam tapi saya tidak ingat siapa dia (saking seringnya menerima teman ngobrol).

Saya menunjukkan foto ini karena barusan menonton ulang video live seorang KRT bernama Nur Ihya (namanya bagus, tapi tidak dengan omongan yang keluar dari mulutnya) yang mengkritisi saya yang mengkaji historiografi Baalawi dengan sangat intens.

Katanya, saya adalah pendusta yang membuat-buat soal manuskrip tua yang saya temukan. Katanya lagi, saya harus bertaubat. Katanya lagi, saya harus mencari sumber dana yang halal saja.

"Saya berusaha tertib ilmiah dalam kajian ini. Tapi dikiritik orang yang mendapatkan manuskrip bajakan di internet, menelaah kitab secara acak, dan di depan penontonnya menampilkan citra intelektual pribumi yang mengerti sejarah di luar kepala." Batin saya.

Percaya diri itu boleh. Tapi mboya jangan kebablasan. Saya pun sadar bukan manusia jenius. Tapi saya hanya bisa menjamin bahwa saya orang yang tekun. Dan saya boleh salah--pasti mengakuinya, namun tidak akan berbohong pada temuan.

Tahu yang paling menggelikan dari omongannya?

"Apakah Rumail Abbas bekerjasama dengan Salim Bin Jindan dalam membuat-buat manuskrip palsu?"

Memang saya pernah bilang bahwa musnad Hasan Al-'Allal (w. 460 H) itu disalin ulang oleh Habib Salim Bin Jindan, disimpan di Al-Fachriyah (dulu di perpustakaan Otista), dan saya memilikinya sebagai pembanding.

Tapi saya tidak pernah bertemu Habib Salim Bin Jindan. Apalagi berkonspirasi dengan mendiang.

Kenapa?

Pendiri Tha'ifat Al-Muhadditsin ini lahir tahun 1906 dan wafat tahun 1969, sedangkan saya kelahiran 1988.

Gimana bisa bekerjasama membikin manuskrip palsu jika mendiang sudah wafat 19 tahun sebelum saya lahir ke dunia? Saya nDak punya time-stone supaya kembali ke masa lalu atau pindah ke universe yang berbeda seperti film Avengers.

Dan tidak perlu bertanya pada saya untuk menawarkan diskusi, karena sewaktu live saya mengajaknya dialog dua arah namun dia lebih nyaman membual selama sejam sambil ngata-ngatain saya.

Bahkan setelah live-nya selesai, saya membuka live (setelah sekian lama tidak) hanya untuk membuka pintu dialog padanya (atau kontra-Baalawi selain dia).

Hingga sejam kemudian saya tutup, dia pun bergeming.

"Sepengecut itukah orang-orang yang membatalkan Baalawi?" Batin saya lagi.

NB:

Habib Salim menyalin ulang naskah yang ia lihat sewaktu di Mekah pada tahun 1349 H/1930 M. Kemungkinan besar salinan aslinya ditelaah Syaikh Yasin Al-Fadani dan mengisbat isnad dari Hasan Al-'Allal sebagai sahih (bahkan mutawatir).

Pada musnad-nya, Hasan Al-'Allal menyebut Imam Ubaidillah ibn Ahmad Al-Muhajir sebagai paman dari kakeknya.





Posting Komentar untuk "Soal Nasab Ba'alawi, Rumail Abbas Bantah Tudingan Nur Ihya terkait Habib Salim bin Jindan"