Tuduhan bahwa Keluarga Baalawi baru tiba di Indonesia pada tahun 1880 adalah dusta

 




Sabtu, 16 Maret 2024

Faktakini.info

Keterangan bahwa Keluarga Baalawi baru tiba di Indonesia pada tahun 1880 adalah dusta

1. Habib Husein Bin Abubakar Al-Aydrus atau yang masyhur dikenal dengan Habib Luar Batang wafat di Jakarta tanggal 24 Juni 1756

2. Kesultanan Kubu di Kalimantan Barat didirikan oleh Sayyid Idrus bin Abdurahman Al Aydrus tahun 1768

3. Kesultanan Kadriyah Pontianak didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman bin Sayyid Husein Al Qadri pada tahun 1771

4. Sultan Syarif Ali bin Sayyid Usman sudah memerintah Kerajaan Siak Riau sejak tahun 1784

5. Sultan Syarif Abdurrahman bin Sayyid Usman sudah memerintah Kerajaan Pelalawan Riau tahun 1810

Sultan Syarif Ali dan Sultan Syarif Abdurrahman adalah anak dari Sayyid Usman bin Sayyid Abdurrahman Al-Ba'alawi

Nasab beliau, Usman bin Abdurrahman bin Said bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Umar bin Hasan bin Ali bin Abubakar Assakran bin Sayyid Abdurrahman Assegaf.

Sayyid Usman dinikahkan oleh Sultan Alamuddin Syah, Raja Siak dengan putri beliau, Tengku Embung Badariyah. Sultan Alamuddin Syah adalah cucu dari Sultan Mahmud Syah, Raja Kemaharajaan Melayu Riau-Lingga-Johor-Pahang.

5 keterangan diatas dirasa sudah lebih dari cukup untuk membantah tudingan Baalawi baru tiba di Indonesia pada tahun 1880.

Besar kemungkinan tahun 1880 dipilih untuk mengait-ngaitkannya dengan sosok Christiaan Snouck Hurgronje, tokoh orientalis asal Belanda kelahiran 8 Februari 1857.

Dari kait mengait dua hal diatas munculah tuduhan jahat bahwa Baalawi di Indonesia didatangkan oleh pemerintah kolonial lain lewat peranan Snouck Hurgronje dalam rangka memperkuat legitimasi penjajahan Belanda di nusantara.

Selain itu mereka juga menuduh kalangan Ba’alwi serta organisasi Rabithah Alawiyah sebagai bentukan kolonial Belanda dalam rangka memperkuat legitimasi Penjajahan mereka.

Tuduhan itu sama sekali tidak mendasar, sebab tokoh-tokoh diatas sudah ada di Nusantara jauh sebelum Snouck Hurgronje lahir, dan telah memakai nama Sayyid, sayid, said, syarif.

Dalam catatan sejarah dikatakan bahwa,

"Setelah mereka memperoleh izin dari gurunya, bersama-sama mereka berangkat menuju timur jauh dengan tujuan dakwah. Mereka berjumlah 4 orang, yakni Sayyid Husein Al Qadri yang menurunkan Raja-Raja di Pontianak Kalimantan Barat, Sayyid Idrus bin Abdurrahman Alaydrus yang menurunkan Raja-Raja Kubu, Sayyid Usman yang menurunkan Raja-Raja Siak dan Pelalawan di Riau, dan Sayyid Abdullah Al Qudsi [Belum ada keterangan dimana keturunannya saat ini].."

Juga dikatakan tentang sejarah berdirinya Kerajaan Kubu :

"Berdirinya Kerajaan Kubu ini adalah diasaskan oleh salah seorang daripada 45 saudagar Arab yang datang ke Nusantara untuk menyebarkan ajaran Islam dan disamping untuk berniaga. 45 orang saudagar ini adalah dipercayai berasal dari Hadramaut di wilayah Selatan Yaman. Mereka ini adalah pada umumnya keturunan Bani Alawi yang mempunyai kaitan kepada Sayyid Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa Al-Muhajir......... Sayyid Idrus bin Sayyid Abdurrahman Al-Idrus, ia merupakan pendiri sekaligus Raja pertama Kerajaan Kubu. Kerajaan Kubu didirikan pada tahun 1768............dst"

Karena Sayyid Idrus bin Abdurahman Al Aydrus yang pergi ke Kalbar dan Sayyid Usman yang pergi ke Riau adalah sahabat, dapat dipastikan mereka tiba di Indonesia pada waktu yang sama dan berada diantara rombongan 45 saudagar Arab tersebut, sebagaimana sumber dari sejarah berdirinya Kerajaan Kubu. Dimana maksud tujuan kedatangan mereka dikatakan "datang ke Nusantara untuk menyebarkan ajaran Islam dan disamping untuk berniaga."

Semakin jelaslah mereka datang atas wasiat guru-guru mereka dan datang dengan usaha keras sendiri, tidak ada hubungannya dengan Belanda

Justru mereka berperang menghadapi Belanda, Seperti saat Sultan Syarif Ali memerintah Siak, beliau memindahkan pusat pemerintahan dari Mempura ke Kota Tinggi dan membangun benteng disana dalam rangka menghadapi Belanda.