Bersikap Netral Dalam Polemik Nasab Ba'alawi ?

 




Selasa, 28 Mei 2024

Faktakini.info

*Bersikap Netral Dalam Polemik  Nasab Ba'alawi ?*

Semenjak konflik dalam polemik nasab terhadap keabsahan nasab Ba'alawi mencuat yang digulirkan oleh Imaduddin dan gangnya yang telah menggugat dan memprotes keras keabsahan kaum Ba'alawi dalam kelompok dzuriyat Nabi SAW, maka saat itu mulai timbul keresahan dan kegaduhan.

Realitanya memang terlihat dan terasa berpengaruh dalam kehidupan ukhuwah Islamiyyah, sehingga timbul disharmoni diantara sesama saudara muslim. 

Menurut Al-Faqir, fenomena polemik issue nasab sampai saat ini terus berlangsung panas. Dan dalam menyikapi polemik ini umat terpecah dalam tiga kelompok, yaitu kelompok pro dan kelompok kontra serta kelompok netral.

Dari kelompok Pro atau yang setuju dengan polemik ini adalah jelas dari kelompok pendukung Imaduddin dari kalangan sebagian kyai atau Gus atau tokoh agama dan masyarakat. Dan ini bukan sekedar penampakan ikhtilaf pendapat dari mereka, akan tetapi sudah menjadi gerakan yang terorganisir yang dilakukan oleh Imaduddin Cs dan telah menimbulkan kekacauan dan kegaduhan di kalangan umat Islam pada umumnya dan di kalangan umat nahdliyin pada khususnya. Dampak langsung yang bisa kita lihat dari mereka ini adalah adanya kebencian dan permusuhan yang diperlihatkan terhadap para habaib dengan segala cacian dan celaan kotor yang tidak pantas didengar oleh seorang mukmin manapun yang sebelumnya belum pernah mereka lakukan semenjak dahulu. Lalu mereka kok berani-beraninya akan mengusir para habaib dari bumi Nusantara. Sudah sampai sejauh inikah mereka ?

Demikian juga kelompok kedua yang kontra dan tidak setuju dalam polemik yang menafikan dan menolak keabsahan nasab Ba'alawi. Dan tentu saja kelompok kedua ini mayoritas dari habaib dan para kyai serta para muhibbin yang masih istiqomah. Urusan setuju dan tidak setuju dalam konflik nasab Ba'alawi ini memang urusan hak berpendapat dan kebebasan individu. Dan berbagai macam hujjah dari kedua kelompok masing-masing telah tersampaikan. Tinggal kita memilih secara aqli dan naqli serta mata pandang dan mata hati manakah yang pantas dan layak kita ikuti dengan benar (shawab) dan kuat (rajih).

Hujjah penetapan eksistensi Abdullah atau Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir adalah sesuatu yang benar dan diakui oleh umat sepanjang masa dan berabad-abad lamanya dari kalangan ulama ahli sejarah dan para auliya dan shalihin. Kitab-kitab rujukan nasab yang menunjukkan penetapan adanya Ubaidillah yang menurunkan para keturunan Ba'alawi sudah terlalu banyak dan sulit untuk terbantahkan. 

Masalah ini sudah menjadi ijmak umat. Kalau ada beberapa kitab yang dianggap menafikan sosok Ubaidillah bin Ahmad lantaran si muallifnya tidak menyebutnya dalam kitabnya tersebut itu bukan berarti bermakna menafikan hakekat sosok Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir. Ini sering disalah fahami oleh sebagian orang lalu menfonis Ubaidillah adalah sosok fiktif belaka dan kaum Ba'alawi adalah keturunan palsu dari Rasulullah SAW. Khasya wa Kalla...! Padahal maknanya tidak demikian. Dalam kaidah telah dikatakan bahwa : 

ذكر الشيء لاينفي ما عاداه

" Menyebut sesuatu tidaklah berarti menolak sesuatu selainnya ".

عدم الوجدان لا يعني العدم

" Tidak ditemukan sesuatu bukan berarti menunjuk ketiadaannya ".

Itsbatunnasab para Ba'alawi adalah sesuatu yang Haq dan penolakan atau penafian terhadap mereka adalah sesuatu yang batil. Dan ini memang menjadi masalah antara Haq dan batil. Al-Imam Habib Abdullah bin Alwi Al-Hadad berkata dalam qosidah beliau : 

والي السبطين ننتسب # نسبا مافيه من دخن

" Kami bernasab kepada Cucu Nabi SAW.

Yaitu nasab murni yang tidak ternoda  di dalamnya ".

Penolakan dan mengingkari keabsahan nasab Ba'alawi adalah termasuk bentuk celaan dan mendiskreditkan yang diharamkan oleh Nabi SAW :

Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda :

عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: ((اثنتان في الناس هما بهم كفرٌ: الطعن في النسب، والنياحة على الميت))؛ رواه مسلم

” Dua perkara pada diri manusia yang bisa mendatangkan perbuatan kufur, yaitu mencela nasab dan meratapi mayit ". HR. Muslim.

Apakah kita masih ragu dengan pengakuan dari auliya' dan ulama terhadap keabsahan dan kemurnian kaum Ba'alawi dari kitab-kitab mereka ? Apakah diri kita masih belum yakin dan belum mantab akan kebenaran mereka, padahal sebelumnya tidak masalah ? Umat semuanya telah ta'dzim dan mahabbah dan menjadi jalinan yang kuat berdasar cintah kasih satu sama lain. Sungguh gambaran kehidupan yang begitu indah dalam penghormatan dan adab sesama antara habaib dan masayaikh, antara habaib dan  para kyai dan umat Islam dan kaum nahdliyin pada khususnya yang telah terwujud semenjak dahulu, namun dengan fitnah murahan yang disulut oleh orang-orang atau kelompok yang ingin bikin kekacauan dan kegaduhan agar umat Islam selalu pecah dan tidak bersatu. Akibat dari fitnah keji ini, yang tadinya bersatu menjadi bercerai-berai dan tidak hormat dan ta'dzim lagi kepada para habaib atau para Ba'alawi. Dan tidak disangka, mereka telah menjadi obyek olok-olok dan cacian buruk. Fitnah adu domba telah dirasakan begitu kuat, sampai pada permusuhan sengit dan ada kelompok yang mau mengusir habaib dari Nusantara. Innalillahi wa Inna ilaihi rojiun. Wal Iyadzubilla...

الفتنة ناعمة لعن الله من ايقظها

" Fitnah itu tidur, Allah melaknat orang yang membangunkannya "

Apakah ini buah dari tesis ilmiah yang ujung-ujungnya membuahkan permusuhan dan kebencian yang membabi buta ? Memang dengki dan hasud telah nampak mendominasi dalam diri Si Imad Cs. 

Kalau penyakit hasud sudah bersarang dalam diri seseorang, maka permusuhan yang dia lakukan  itu tidak bisa berhenti kecuali dia sudah mati, sebagaimana dikatakan :

كل العداوة قد ترجي اماتتها  #. إلا عداوة  من عاداك من حسد

" Semua permusuhan bisa diharapkan kesudahannya,

Kecuali orang yang memusuhi dirimu sebab hasud ".

Lalu dalam masalah ini ternyata masih ada pihak-pihak yang memposisikan dirinya berada di tempat netral tidak memihak sana tidak memihak sini, padahal ini adalah urusan antara hak dan batil, antara kebenaran dan kesesatan, antara benar dan dusta, antara hujjah yang kuat dan hujjah yang lemah. Mana mungkin para ulama dan auliya' dan shalihin berani berbuat tidak jujur dan berdusta memalsukan nasab mereka sampai kepada Rasulullah SAW dan hal ini telah berjalan berabad-abad ? Khasya wa Kalla....

Apakah hal ini semata-mata karena murni khilafiah dari suatu kajian ilmiah, sehingga kita terima semuanya, baik yang pihak yang menolak nasab maupun yang mengakui nasab Ba'alawi ? 

Dan apakah setiap khilaf itu bisa diterima dan dipercaya dalam segala hal ? Asal itu berangkat dari khilaf, maka sah-sah saja ? Dan dimana  kaidah fiqih yang kita pegangi selama ini ? :

 وليس كل خلاف جاء معتبرا # إلا خلاف له حظ من النظر

" Tidak semua khilaf bisa diterima dan dianggap sah, 

Kecuali khilaf yang punya landasan dalil yang dipercaya ".

Jangan sekali-kali kita mengaku sebagai orang-orang Muhibbin kepada para habaib, manakala dalam diri kita masih ada pembenaran dan pengakuan kepada para pembegal nasab yang telah mengingkari dan memusuhi nasab Bani Alawi. Jangan jadikan diri kita termasuk kelompok para munafiqin dan inadiyin, lahir dan batinnya bertentangan satu sama lain. 

Bersikap netral dalam urusan besar seperti ini , menurut Al-Faqir tidaklah bijak dan terkesan tidak tegas dalam memilih. Menunjukkan hakikat jati diri yang sebenarnya dimana kita berada (apakah min ahlil haq atau min ahlil batil) adalah bentuk ketegasan dalam beragama. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam kelompok orang yang tidak mengetahui mana yang Haq dan mana yang batil, padahal jelas dalil dan hujjahnya bagai sinar matahari di siang hari.

Biarlah Si Imaduddin dan kelompoknya terus menggonggong namun kafilah terus berlalu. Jangan sampai umat Islam tertarik dan terpesona dengan ucapan dan kalam manis penuh tipu daya. Biarlah yang merasakan manisnya ucapan dan kalam cuma dia dan kelompoknya, sementara kita merasakan kepahitan yang sebenarnya. Imam Ghazali (rahimahullah) berkata :

إن الضلالة لها حلاوة لإهلها

" Sesungguhnya kesesatan itu memiliki rasa manis bagi pengikutnya.


اللهم أرنا الحق حقاوارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلا وارزڨنا اجتنابه 

" Ya Allah, perlihatkan kami sesuatu yang Haq itu Haq dan berilah kami petunjuk untuk mengikutinya, dan perlihatkan kami sesuatu yang batil itu batil dan berilah kami petunjuk untuk menjauhinya ".

Waallahu a'lam bishowab.

Bangil, 26 Mei 2024.

Munir Sokhih.