Habib Ali bin Abubakar Alatas: Jangan Putus Harapan dengan Rahmat Allah SWT

 




Senin, 27 Mei 2024

Faktakini.info

*JANGAN PUTUS HARAPAN DENGAN RAHMAT ALLAH SWT*

Oleh: Ali Abubakar Alatas

Sekum DPP FPI

Hakikat perjuangan dalam Islam tidak lain hanyalah usaha bagi manusia untuk teguh berjalan pada fitrah penciptaan dirinya yang menuju tujuan utama hidup, yakni beribadah kepada Allah SWT.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

_“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”_ (QS: Az-Zariyat, 56)

Ibadah yang bermaksud mengerjakan segala sesuatu yang Allah SWT ridho terhadapnya, hakikatnya merupakan fondasi bagi kejayaan diri manusia di dunia maupun akhirat (dalil), akan tetapi fondasi tersebut tidak akan sempurna menjadi suatu bangunan kemenangan yang utuh tanpa adanya Rahmat Allah SWT. Biarlah manusia beribadah ratusan, ribuan bahkan jutaan tahun lamanya, ibadahnya tersebut tidak lah mungkin mengejar Rahmat ALLAH SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:(dalil).

لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ

_“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah”_ (HR. Muslim).

Sekilas hadits diatas bertentangan dengan ayat Al Qur’an:

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِيْٓ اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

_“Itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan apa yang selama ini kamu kerjakan.”_ (QS: Az-Zukhruf, 72)

Tetapi mereka yang mencoba berpikir sejenak pasti akan memahami, karena adalah dengan Rahmat Allah pula lah kita diberi kemampuan untuk beribadah, tiadalah badan ini bergerak untuk mampu menyembah Rabbul ‘alamin kecuali itu merupakan Rahmat dari Allah SWT, tidaklah mampu badan ini berdiri kecuali karena rahmat Allah SWT, tidaklah mampu tangan ini diangkat untuk bertakbirotul ihrom kecuali dengan Rahmat Allah SWT, tidaklah mampu lisan ini berucap kecuali dengan rahmat Allah SWT tidaklah mampu badan ini melakukan ruku’, sujud, duduk kecuali semuanya itu merupakan Rahmat Allah SWT terhadap hambanya. Karena itu jangan lah kita berputus asa akan Rahmat Allah SWT. 

Bahkan tidak hanya sampai di situ, boleh jadi manusia menghadapi kendala-kendala dalam ibadahnya, dengan Rahmat Allah SWT Allah turunkan syariat yang selalu memberikan kemudahan dan keringanan bilamana dihadapkan kondisi yang musykil, seperti syariat sholat, bila manusia tidak mampu berdiri maka diperbolehkan untuk duduk, bila manusia tidak mampu duduk maka diizinkan berbaring, bila badan ini tidak mampu bergerak hanya mampu berisyarat dengan mata, maka diperbolehkan berisyarat dengan mata, bahkan bila tidak ada satupun anggota badan yang mampu digerakan, maka cukup dalam akalnya ia menunaikan sholat, bila sampai akalnya tak mampu bekerja, maka hilanglah kewajiban mendirikan sholat, begitulah secuil syariat penuh Rahmat yang diturunkan oleh Allah SWT, karena itulah diutusnya Rasulullah SWT tidak lain merupakan perwujudan lautan rahmat Allah SWT yang mengutus manusia yang diliputi Rahmat, yakni Rasulullah SAW, membawa syariat yang penuh akan rahmat.

Rahmat Allah SWT akan mendatangi kepada siapapun dan bagaimanapun jenis hambanya, akan tetapi sayangnya tidak semua yang didatangi rahmat Allah SWA mau memeluk dan meraih Rahmat Allah SWT, kebanyakan mereka lalai bahkan putus asa terhadap Rahmat Allah SWT sampai-sampai menduga Allah SWT tak akan mengampuni dirinya atau dirinya terlalu kotor untuk dapat Rahmat Allah SWT, padahal begitu luasnya Rahmat Allah SWT sampai-sampai Allah SWT sendiri yang memberikan klarifikasi kepada hambaNya untuk tidak berputus asa.

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

_“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”_ (QS: Az-Zumar, 53)

Bahkan Allah SWT juga yang langsung memberi motivasi kepada HambaNya untuk bergegas menggapai Rahmat Allah SWT.

اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

_“Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”_ (QS: Al-A’raf, 56)

Begitu juga Allah SWT meberi kisi-kisi resep agar menggapai Rahmat Allah SWT dengan sederhana:

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَۚ

_“Taatilah Allah dan Rasul (Nabi Muhammad) agar kamu diberi rahmat.”_ (QS: Ali Imran, 132)

Tidak jarang manusia menaruh harap, mengangkat tangannya, memanjatkan doa, mendirikan sholat Hajat yang kesemuanya bertujuan mencapai segala hajat-hajat yang dipunya, bahkan kadang juga menjadi motivasi utama dalam mendirikan ibadah kepada Allah SWT. Akan tetapi ketika segala doa yang telah dipanjatkan tidak terpenuhi sebagaimana yang diinginkan, terkadang manusia berputus asa, depresi, kecewa, bahkan sampai-sampai menyematkan prasangka buruk kepada Allah SWT, na’udzubillah min dzalik, semua itu terjadi karena manusia tergesa-gesa dan sifat tergesa-gesa adalah dari syetan.

وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

_“sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan”_ (HR. Al Baihaqi)

Padahal, manusia yang merupakan tempat salah dan lupa, tidak mungkin mengalahkan pengetahuan Allah SWT pada apa-apa yang terjadi di masa lampau, saat ini dan yang akan datang, tidak pula mampu sedetil pengetahuan Allah SWT yang tidak akan luput dari sekecil apapun yang terjadi. Yakinlah Allah SWT pasti akan mengabulkan doa hambanya dengan cara dan waktu yang terbaik bagi diri manusia. Rasulullah SAW sampai juga memberikan klarifikasi:

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا

_“Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Ta’ala adalah maha pemalu lagi maha mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa”_ (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah & Ibnu Hibban)

Namun Rasulullah SAW menjelaskan cara bagaimana Allah SWT mengabulkan do’a para hamba, yakni:

ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ

_“Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: Allah akan segera mengabulkan doanya, Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal”. Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa-doa kalian.”_ (HR. Ahmad)

Begitu pula Imam Ibn Atho’illah Al-Sakandari memberikan nasehat penuh hikmah yang teruntai dalam kitab penuh akan mutiara hikmah, yakni Kitab Al-Hikam;

لاَ يَــكُنْ تَــأَخُّرُ أَ مَدِ الْعَطَاءِ مَعَ اْلإِلْـحَـاحِ فيِ الدُّعَاءِ مُوْجِـبَاً لِـيَأْسِكَ؛ فَـهُـوَ ضَمِنَ لَـكَ اْلإِجَـابَـةَ فِيمَا يَـخْتَارُهُ لَـكَ لاَ فِيمَا تَـختَارُ لِـنَفْسِكَ؛ وَفيِ الْـوَقْتِ الَّـذِيْ يُرِ يـْدُ لاَ فيِ الْـوَقْتِ الَّذِي تُرِ يدُ

_“Janganlah karena keterlambatan datangnya pemberian-Nya kepadamu, saat engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, menyebabkan engkau berputus asa; sebab Dia telah menjamin bagimu suatu ijabah (pengabulan doa) dalam apa-apa yang Dia pilihkan bagimu, bukan dalam apa-apa yang engkau pilih untuk dirimu; dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki."_ (Al-Hikam, Ibn Atho’illah Al-Sakandari, Hikmah ke 6)

Allah SWT lah yang lebih tahu apa yang baik bagi manusia dan cara terbaik bagaimana kebaikan itu datang.

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ

_“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”_ (QS: Al Baqoroh, 216)

Boleh jadi manusia berharap sesuatu yang ia anggap itu baik bagi dirinya akan tetapi ternyata buruk baginya, begitupun sebaliknya, boleh jadi hal yang tidak manusia sukai ternyata adalah baik bagi dirinya, begitulah manusia hanya mampu menduga dan berprasangka, akan tetapi Allah SWT yang Maha Tahu dan Maha Mengerti secara haqiqi apa yang sesungguhnya dibutuhkan manusia bagi kebaikan dirinya, itu semua karena Allah SWT lah Sang Pencipta yang menyiptakan manusia dengan segala sifat dan tabiatnya, tentulah Allah SWT yang paling mengetahui tentang manusia sebagaimana diungkapkan Imam Abdullah Al Haddad syairnya:

قَدْ كَفَانِي عِلْمُ رَبِّي مِنْسُؤَالِي وَاخْتِيَارِي 

يَا إِلَهِي وَمَلِيكِي أَنْتَ تَعْلَم كَيْفَ حَالِي

_“Sungguh telah cukup bagiku kepuasan dan ketenanganku bahwa penciptaku Maha Mengetahui segala permohonan dan usahaku, Wahai Tuhanku Wahai yang mempunyai diriku, Engkau Maha Mengetahui bagaimana keadaanku”_

Sebagai contoh, ketika Imam Besar Habib Rizieq Syihab di dzalimi pada tahun 2020 sampai akhirnya harus uzlah dalam penjara, terdapat kisah luar biasa ketika beliau mendekam dalam penjara Bareskrim Mabes Polri yang posisinya berada pada lantai paling dasar Gedung atau singkatnya dibawah tanah dan ditahan di blok narkoba. Disana beliau mengisi hari-hari dalam penjara selain memperbanyak ibadah juga berdakwah kepada para tahanan yang rata-rata dahulu terlibat dalam dunia hitam narkoba. Beliau dibantu Habib Hanif dan KH. Shobri Lubis mengajarkan kepada para tahanan berbagai ilmu dalam agama seperti akidah, fiqh, tasawuf, baca tulis Al Qur’an, Bahasa arab, bahkan sampai dilatih menjadi khotib jum’at. Habib Rizieq menamakan majelisnya sebagai Majelis At Taubah, dengan harapan para tahanan yang ikut mengaji dapat bertaubat dan istiqomah dalam taubatnya.

Diantara para tahanan tersebut ada sepasang ayah dan anak non-muslim yang terlibat kasus narkoba. Menurut pengakuan si ayah dan anak tersebut, hanya si anak saja yang terjebak dalam kubangan hitam dunia narkoba, sang ayah karena sayangnya terhadap anak sengaja mengaku dirinya turut serta membantu “kejahatan” si anak agar bisa menemani si anak dalam penjara, ternyata jalannya mereka berdua kepenjara merupakan cara Allah SWT mempertemukan dengan Habib Rizieq, yang menjadi pintu hidayah bagi mereka berdua hingga akhirnya alhamdulillah dengan izin Allah SWT Kembali kepada fitrahnya, masuk Islam. Tidak lama berselang hitungan hari, sang ayah yang baru saja masuk serta mempelajari Islam jatuh sakit dan tidak lama wafat dalam keadaan muslim. 

Belum pernah ditemukan manusia yang senang dipenjara, namun lewat penjara, ternyata Allah SWT jadikan jalan hidayah bagi hambaNya. Begitu beruntungnya mereka yang wafat dalam keadaan menggapai hidayah Allah SWT dengan keadaan suci bersih seperti bayi karena masuknya kepada Islam. Penulis tersadar akan hal ini ketika di Lombok bertemu TGH. Mawardi yang mengatakan, “boleh jadi ada satu tahanan yang angkat tangan berdoa kepada Allah SWT memohon taubat dan meninggalkan maksiat, Allah SWT terima taubatnya dengan cara Allah SWT kirimkan Habib Rizieq ketengah para tahanan tersebut, kita disini bukannya mudah bertemu Imam Besar, tapi ada hamba Allah SWT yang diberi KaruniaNya dengan langsung didatangkan Imam Besar membimbing ia belajar agama”. Semua itu adalah secuil bukti Samudera Rahmat Allah SWT yang tak bertepi. Oleh Karena itu, janganlah kita putus asa dengan Rahmat Allah SWT.