HUBUNGAN ANTARA KETURUNAN WALISONGO DAN KETURUNAN AL FAQIH AL-MUQADDAM

 



Jum'at, 3 Mei 2024

Faktakini.info

"HUBUNGAN ANTARA KETURUNAN WALISONGO DAN KETURUNAN AL FAQIH AL-MUQADDAM"

Pembahasan ini sangat menarik untuk dikaji, mengingat pada saat sekarang kontroversi nasab masih terus berlangsung antara keturunan Wali Songo dan Keturunan Al-Faqih Al-Muqaddam bahkan sudah menyeret banyak fihak termasuk para jurnalis dan media massa. Jika keturunan Wali Songo dianggap abtar oleh beberapa fihak yang telah kami sebutkan sebelumnya pada tulisan terdahulu, maka keturunan Al-Faqih Al-Muqaddam juga mendapat perlakuan yang sama oleh beberapa fihak yang tidak terima ketika Wali Songo dianggap keturunannya terputus. Inilah awal dari kekisruhan nasab. Di tahun 2007 hal itu pernah sempat ramai namun mereda, di tahun tahun 2012 sampai 2020 isu kisruh nasab mengalami pasang surut. Puncak dari kisruh tersebut terjadi 1 tahun terakhir ini..


Tentu hal ini bila dibiarkan akan membawa efek yang tidak baik bagi masyarakat, mengingat kedua keturunan ini mempunyai peran yang besar dalam berbagai bidang kehidupan terutama pada keagamaan. 


Bila kita mau mempelajari sejarah hubungan antara kedua trah besar ini, harus diakui memang telah terjadi pasang surut pada beberapa masa.


Bila menengok sejarah ke belakang, ada beberapa fihak sekarang menganggap bahwa Dzurriyah Al-Faqih Muqaddam pada masa penjajahan lebih dekat hubungannya dengan fihak kolonialis dan terkesan ekslusif dengan status kesayyidan yang dimilikinya. 


Sebaliknya beberapa fihak dari Dzurriyah Al-Faqih Al-Muqaddam juga menganggap bahwa Dzurriyah Wali Songo juga dekat bahkan tunduk pada fihak kolonial. 


Kedua belah fihak bahkan sampai taraf mempertanyakan peran masing-masing trahnya pada saat berjuang melawan penjajah. Berbagai narasi saling bersautan di media sosial..


Yang ironisnya beberapa oknum juga telah melakukan pecah belah dengan memunculkan istilah-istilah seperti imigran, pribumi, budak Yaman, kaki tangan penjajah, dll, seolah-seolah yang mengatakan hal tersebut sudah sempurna. Selain itu beberapa fihak ada yang merasa telah terjadi ketidakdilan dalam menilai keberadaan dan eksistensi Dzurriyah Nabi terutama dari kalangan keturunan Wali Songo. Tanda tanya mereka adalah, mengapa Dzuriyyah Nabi hanya berhak dimiliki oleh kalangan tertentu, disisi lain dalam menanggapi hal tersebut, fihak yang dituju mengatakan bahwa sesungguhnya untuk mengesahkan sebuah nasab diperlukan sebuah lembaga. Kedua fihak intinya sama-sama menganggap bahwa mereka berada di “jalan yang lurus” dalam perjalanan sejarah keluarga besar masing-masing. Kedua belah fihak terutama oknum² yang katanya konsen dalam ilmu nasab tanpa sadar sudah masuk “zona merah” dengan mengatakan ABTAR pada keturunan masing-masing. Ini jelas merupakan hal yang sangat gegabah dan sangat ceroboh, karena kedua nasab tersebut dikenal sebagai nasab yang sudah mashur. 


Itulah diantara sekian isu yang menyebabkan retaknya hubungan antara sebagian keturunan Wali Songo dengan keturunan Al-Faqih Al-Muqaddam. Walaupun itu mungkin hanya terjadi pada sebagian kecil saja, namun efeknya ternyata cukup menyita perhatian masyarakat khususnya di media sosial, apalagi tema yang diangkat adalah keberadaan "tokoh kunci" jalur nasab yaitu Al Imam Ubaidhillah. Tidak sedikit sebenarnya fihak-fihak yang sudah menjawab hal tersebut, namun entah kenapa, ternyata gaung kontroversi nasab sampai saat ini terjadi masih sangat ramai di media sosial, bahkan sampai melibatkan fihak-fihak dari berbagai disiplin ilmu termasuk tentang DNA yang kalau anda baca buku-buku tentang DNA tersebut isinya cukup rumit dan njelimet dengan berbagai angka² dan rumus. Sehingga membahas DNA tidak sesimpel kalimat "Silahkan Test DNA".  


Selain tentang bombardir tentang DNA celah-celah lain juga digunakan untuk memborbardir nasab yang diributkan termasuk termasuk perihal tentang "keramat" dan istilah-istilah dari sebuah pengalaman-pengalaman ruhani para pemuka dzuriyyah yang sebenarnya "pembahasannya terbatas", akibatnya muncullah istilah dongeng, halu...dll..Yang juga cukup memprihatinkan, banyak dari mereka yang sebenarnya awam bahkan tidak pernah terdengar kabar jika dia pernah berjibaku dengan ilmu nasab, tiba-tiba dengan begitu mudah dan bebasnya "berfatwa". Kami sendiri heran dan sampai muncul banyak pertanyaan, "siapa sebenarnya mereka yang getol mengangkat isu nasab ini ?", "siapa dibalik gerakan mereka ?" "mengapa bisa seorang yang katanya kyai atau ustadz bisa ikut terpengaruh, bahkan memanas-manasi ?", "Mengapa karya-karya ulama ahli sejarah dan ahli nasab seolah mereka nafikan?" Siapa sesungguhnya mereka ini ?


Sesuatu yang dahulunya harusnya privat dibicarakan yaitu ilmu nasab kini semakin menjadi “liar”. Kalau dulu orang masih segan mengeluarkan kata-kata keras kepada ulama dan keturunan Nabi SAW, sekarang suasananya menjadi lain, kebebasan berekpresi seolah sudah menjadi kata kunci, akhirnya muncullah kata-kata kasar bahkan penuh kehinaan serta rasis yang ditujukan kepada masing-masing fihak. Adab dan etika seolah lenyap ketika sudah membahas masalah nasab kedua dzurriyah tersebut. Padahal sesungguhnya ajaran akhlak leluhur dari para dzurriyah tersebut sama. Kami sendiri yakin bahwa masih banyak orang yang berfikiran jernih untuk tidak terlibat pada polemik nasab yang berkepanjangan tersebut.


Dilihat dari sejarahnya sebenarnya hubungan antara Keturunan Wali Songo yang berasal dari Al-Imam Abdul Malik Al-Azmatkhan bin Al-Imam Alwi Ammul Faqih bin Al-Imam Muhammad Shohib Mirbath dengan Al-Faqih Al-Muqaddam atau Al-Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath berlangsung baik-baik saja, bahkan kedua keturunan besar ini banyak bekerja sama dalam berbagai bidang kehidupan. Ini penting diutarakan agar generasi yang sekarang tidak salah dalam menilai kedua fihak, apalagi menjadikan kedua keturunan besar tersebut sebagai rival abadi. 


Ditinjau dari sisi nasab, leluhur mereka adalah sepupuan. Kedua trah besar ini berasal dari nasab yang sama. Terlepas adanya pendapat baru yang mengatakan bahwa Wali Songo nasabnya bukan dari Ba’alawi namun itu bukanlah gambaran umum para ulama ahli nasab. Kedua nasab berdasarkan kajian pada buku yang kami susun lebih bermuara kepada nama Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumi bin Muhammad An-Naqib bin Jakfar Asshodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Zaenal Abidin bin Husein binti Fatimah binti Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW.


Oleh karena itu demi untuk mencairkan kembali hubungan kedua trah besar tersebut maka kami telah menampilkan beberapa fakta bahwa sesungguhnya hubungan antara dua keturunan besar tersebut baik dimulai dengan kedatangan Wali Songo, kemudian disusul keluarga besar Basyaiban, dan kemudian datanglah rombongan besar kaum Alawiyyin di abad 18 – 19. Jika keturunan Wali Songo lebih terlihat wajah dan pakaiannya seperti pribumi maka Alawiyyin yang datang belakangan masih terlihat berwajah asli Arab dengan pakaian yang digunakan pun masih bercirikan Arab dan itu sebagian besar masih dipertahankan hingga saat ini.


Diantara bukti bahwa hubungan antara keturunan Wali Songo yang banyak menurunkan, Sultan-Sultan dan kyai-kyai pendiri pondok pesantren di pulau Jawa dengan keturunan Al-Faqih Al-Muqaddam yang berasal dari Klan Ba’alawi dan disebut-sebut dengan panggilan Habib, Habaib adalah sebagai berikut :


1. Sultan Muhammad Mansur Jaya Ing Laga Palembang Darussalam adalah murid dari Sayyid Mustofa Assegaf, Sayyid Syarif Ismail Jamalullail. 

2. Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo Palembang Darussalam adalah murid dari Sayyid Al-Idrus, Syekh Abdurrahman bin Husein Al-Idrus. 

3. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Darussalam mempunyai ibu bernama Ratu Agung bin Datuk Murni bin Abdullah Al-Haddad. 

4. Tuan Idrus Tanjung Salam Al-Idrus adalah teman seperjuangan Tuan Umar Baginda Saleh bin Fattahillah. 

5. Dalam catatan Sayyid Isa bin Muhammad Al-Kaff Palembang, bahwa salah satu keturunan Sunan Gunung Jati yang bernama Ratu Khadijah telah menikah dengan Sayyid Abdurahman Basyaiban. 

6. Pangeran Syarif Ibrahim bin Yahya adalah menantu Sultan Mahmud Badaruddin, istrinya bernama Raden Ayu Aisyah. 

7. Sayyid Ali bin Aqil Musawwa terlibat perang besar Kesultanan Palembang melawan Belanda dan syahid dalam pertempuran. 

8. Pangeran Syarif Abdurrahman Hasan adalah menantu Sultan Palembang  

9. Raden Ayu Sumbul (Putri Sumbul) binti Sultan Mahmud Badaruddin I mempunyai suami bernama Imam Sayyid Idrus Al-Idrus. 

10. Raden Ayu Bugisah binti Sultan Mahmud Badaruddin I mempunyai suami bernama Habib Mashur bin Abubakar bin Shahab. 

11. Raden Ayu Maryam binti Sultan Mahmud Badaruddin I mempunyai suami bernama Habib Ahmad bin Abdurrahman Al-Kaf. 

12. Raden Ayu Kafiah binti Sultan Mahmud Badaruddin I mempunyai suami bernama Sayyid Abubakar bin Alwi Al-Kaff. 

13. Raden Ayu Arfiah binti Sultan Mahmud Badaruddin I mempunyai suami bernama Sayyid Muhammad bin Hasan Al-Aydrus. 

14. Raden Ayu Malia binti Sultan Mahmud Dhiahudin (RM Husein) atau Sultan Ahmad Najamuddin II mempunyai suami bernama Pangeran Syarif Ali bin Abubakar bin Syekh Abubakar. Pangeran Syarif Ali adalah menteri dan bendahara kesultanan. 

15. Raden Ayu Halimah bin Sultan Mahmud Badaruddin II mempunyai suami bernama Sayyid Muhammad bin Abdurrahman Khaneman, seorang panglima diatas kapal perang sultan. Syahid dalam pertempuran. 

16. Raden Ayu Azimah binti Sultan Mahmud Badaruddin II mempunyai suami bernama Habib Syarif Umar Assegaf. 

17. Sayyid Abdullah bin Ali Al-Haddad (Kramat Bangil) mempunyai beberapa murid terkenal diantaranya adalah KH Khalil Bangkalan Madura dari keturunan Sunan Kudus. Beliau bahkan pernah memberikan ijazah kepada KH Hasyim Asyari Tebu Jombang. 

18. Para pendiri Perkumpulan Jamiat Kheir yang terdiri dari keturunan Al-Faqih Al-Muqaddam, mempunyai salah satu anggotanya bernama KH Ahmad Dahlan yang kelak nanti mendirikan Muhammadiyah.  

19. Hadratussyekh KH Hasyim Asyari pada waktu belajar di Mekkah mempunyai beberapa guru yang diantaranya bernama Sayyid Alwi bin Ahmad Assegaf dan Sayyid Husein Al-Habsyi Al-Mufti. Mbah sering sering mengunjungi kedua ulama tersebut. 

20. Sayyid Ali Bafaqih Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Loloan Barat Negara, Bali adalah murid dari Mbah Kholil Bangkalan Madura. 

21. Al-Habib Salim Jindan, satu dari tiga ulama karismatik Betawi, salah satu gurunya adalah Mbah Kholil Bangkalan Madura.

22. KH Maimun Zubair keturunan Sunan Giri dikenal sebagai sosok ulama yang sangat menghormati keluarga besar keturunan Al-Faqihil Muqaddam.

23. KH Raden Abdullah Nahrawi Bogor zuriah dari Sultan Maulana Hasanuddin banten sering kedatangan habaib keturunan Al-Faqih Al-Muqaddam di kediamannya untuk bersilaturahim dan berbagai kepentingan lainnya.

24. Diantara sekian banyak guru Syekh Yasin Al-Fadani Mekkah terdapat nama Sayyid Abdurrahman bin Ubaidillah bin Muhsin bin Alwi Assegaf, Habib Ali Kwitang Jakarta, Sayyid Alwi bin Thohir bin Abdullah Al-Haddad (Mufti Johor), Habib Ali bin Husein Al-Attas Bungur Jakarta. 

25. Pendiri Pondok Pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi Jawa Barat yaitu KH Muhammad Masthuro dari keturunan Sunan Gunung Jati adalah murid terdekat dari Al-Habib Syekh bin Salim Al-Attas, ulama Jawa Barat yang dikenal karismatis, sehingga sampai akhir hayatnya, beliau berpesan agar makamnya nanti berdekatan dengan KH Muhammad Masthuro.

26. KH Hasyim Asyari dalam mendirikan NU telah mendapatkan restu dari Mbah Kholil Bangkalan dan juga Al-Habib Hasyim bin Umar bin Thoha bin Yahya. KH Hasyim Asyari juga mempunyai hubungan yang baik dengan Habib Ali Kwitang berkaitan dengan berdirinya NU di Jakarta.

27. KH As’ad Syamsul Arifin dari keturunan Sunan Kudus, di pesantrennya selalu mendawamkan pembacaan Ratibul Haddad.

28. KH Abdurrahman Wahid diketahui mempunyai hubungan yang baik dengan Habib Syekh bin Ali Al-Jufri dan Habib Seggaf bin Mahdi bin Syekh Abubakar. Gus Dur bahkan pernah membela Habaib saat nasab mereka dinyatakan terputus. Kedekatan Gus Dur dengan beberapa habib secara langsung pernah kami saksikan sendiri, selama beliau-beliau tersebut masih hidup.

29. Berdasarkan Manaqib Mbah Kholil Bangkalan yang ditulis oleh cicitnya yang bernama Lora Muhammad Ismael Al Kholilie di situs Laduni. Id, Mbah Kholil dikenal memiliki rasa hormat dan ta’zim yang sangat besar kepada semua ahlul bait dan orang-orang Arab. Tidak pernah ada ulama nusantara yang menghormati Ahlul Bait melebihi beliau, beliau tidak pernah memuliakan dan menghormati seseorang melebih penghormatan beliau kepada para Asyraf (Habaib). Di suatu saat Habib Ahmad bin Muhammad Bilfaqihi selalu disambut dengan baik di kediaman beliau. Seringkali Al-Habib Muhammad bin Mustofa Al-Muhdor berkunjung kerumah beliau, maka Syaikhona Kholil akan melepas sendal beliau, berjalan tanpa alas kaki, dan menundukkan kepalanya untuk menyambut kedatang Sang Habib dari kejauhan. Syaikhona Kholil pernah memuliakan Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor dengan sambutan yang luar biasa ketika beliau berkunjung ke Demangan Bangkalan. Syaikhona juga seringkali berbalas surat kepada Al-Habib Al-Muhaddits Husain bin Muhammad Al-Habsyi Mekkah (kakak dari Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi Shohibul Maulid. Ketika di Mekkah Syaikhona juga pernah berguru kepada ayah beliau, Mufti Mekkah Al-Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi.

30. Kyai Abdul Hamid Pasuruan, seorang Waliyullah dan ulama karismatis dikenal luas mempunyai hubungan yang dekat dengan para habaib di wilayah Jawa Timur. Mbah Hamid bahkan mengaji rutin kepada Habib Ja'far bin Syaikhan Asegaf, seorang tokoh ulama yang sudah terkenal sebagai waliyullah.

31. KH Hasan Genggong bahkan mempunyai kedekatan dengan banyak habaib seperti : Habib Alwi Besuki, Habib Hasyim Al-Habsyi Kraksaan, Habib Abdullah Al-Habsyi Pemalan, Habib Sholeh bin Abdullah Al-Habsyi Pasuruan, Habib Hasan bin Umar Al-Habsyi Kraksaan, Habib Ahmad bin Alwie Al-Habsyi Kraksaan, Habib Sholeh Al-Hamid Tanggul Jember, Habib Husain bin Hadi Al-Hamid, Habib Sholeh bin Muhammad Al-Muhdar Lumajang, Habib Abu Bakar Al-Muhdar Lumajang, Habib Muhammad Al-Muhdar Bondowoso, Habib Salim bin Jindan Jakarta. Selain itu salah satu gurunya adalah Habib Husain bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi Mekkah. 

32. Muallim Abdul Hadi Ulama Betawi keturunan Maulana Hasanuddin Banten sering menimba ilmu di Majelis Habib Ali Al Habsyi Kwitang dan juga mengaji kepada sesepuh habaib yaitu Sayyidul Walid Alhabib Abdurrahman Assegaf Bukit Duri.

33. Diketahui bahwa salah satu ahli hadist dari Malang yaitu Prof.Dr. Alhabib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih mempunyai hubungan yang dekat dengan kyai kyai di Jawa Timur keturunan Walisongo.

34. Mbah Mangli Waliyullah dari Magelang atau nama aslinya KH Hasan Azhari adalah keturunan Sunan Gunung Jati mempunyai hubungan dekat dengan Habib Husein Condet bin Ali bin Husein Al Attas dan itu saya saksikan sendiri saat beliau hadir di condet gang buluh di awal awal tahun 90an.

35. Pada era sekarang salah satu pemuka habaib yaitu Al-Habib Muhammad Lutfi bin Yahya dikenal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan para kyai NU keturunan Wali Songo. Habib Lutfi bahkan sering mensosialisasikan sejarah Wali Songo kepada masyarakat luas.

36. Beberapa kalangan muda habaib juga diketahui mempunyai hubungan yang baik dengan Kyai-kyai NU keturunan Walisongo seperti Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan, Al-Habib Munzir Musawwa, Al-Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf solo, dll. Diketahui pula bahwa Habib Salim Jindan kakek dari Habib Salim Jindan mempunyai hubungan yang baik dengan Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari.

37. Para kyai-kyai Sidogiri bahkan mempunyai hubungan akar sejarah yang kuat dengan keturunan Al-Faqih Muqaddam, khususnya dari keluarga besar Basyaiban yang memang sejak dulu dikenal mempunyai hubungan yang erat dengan keturunan Wali Songo.


Inilah sekian banyak contoh, bahwa dahulu para ulama keturunan Wali Songo dan keturunan Al-Faqih Al-Muqaddam atau keturunan fam lain dari Imam Alwi Ammul Faqih telah terjalin hubungan yang sangat baik, dan itu bukanlah sekedar hubungan biasa, didalamnya terdapat makna ikatan silaturahim yang cukup kuat dan langgeng. Tidaklah mengherankan bagi mereka yang telah memperdalam sejarah ini akan faham kenapa hubungan kyai-kyai keturunan Wali Songo dan keturunan Al-Faqih Al-Muqaddam baik dan erat sehingga adalah hal yang aneh bila ada fihak-fihak yang ingin membenturkan kedua keluarga besar ini. Kami bahkan ingin mempertegasnya bahwa hubungan yang terjalin antara keturunan Wali Songo dan Keturunan Al-Faqih Muqaddam dan juga pecahan nasab dari Al-Imam Alwi Ammul Faqih adalah sebuah jaringan dakwah yang memang sengaja diciptakan oleh para leluhur mereka sejak dulu guna untuk mempermudah langkah-langkah yang akan dilakukan pada wilayah-wilayah yang akan mereka datangi, baik itu secara formal maupun informal. Adanya jaringan tersebutlah yang menjadikan hubungan antar sesama keturunan Alawiyin Awal (Wali Songo) dan Alawiyyin akhir (Al-Faqih Al-Muqaddam) yang datang ke nusantara ini menjadi sangat erat dan kukuh. Kalaupun nanti ada "benturan-benturan" pada beberapa fihak, itu bukanlah gambaran secara umum. Itu hanya terjadi bagi mereka yang minim literasi dan minim akan seluk beluk ilmu nasab, kalau benar benar dia faham akan ilmu nasab, dia akan lebih mengedepankan akhlak dan silaturahim...karena sesungguhnya ilmu nasab bukan memunculkan fitnah, namun nasab adalah menciptakan silaturahim yang terus berkepanjangan...


Wallahu A'lam..


Sumber : Buku Mengungkap Fakta Keturunan Walisongo

Penulis : Iwan Mahmud Al Fattah II

Ketebalan : -+ 500-an Halaman 


PEMESANAN WA


085727739464


#binrouf #agenkitabterpercaya


@sorotan