Dijajah Ratusan Tahun, Kenapa Orang Indonesia Tak Bisa Bahasa Belanda?

 



Ahad, 30 Juni 2024

Faktakini.info

Dijajah Ratusan Tahun, Kenapa Orang Indonesia Tak Bisa Bahasa Belanda? 

Indonesia diketahui sudah cukup lama dijajah oleh bangsa Belanda. Namun demikian, selama ratusan tahun datang ke Indonesia, bahasa Belanda tidak begitu populer di semua kalangan masyarakat Indonesia.


Berbeda dengan sejumlah negara lainnya yang merupakan bekas jajahan bangsa lain seperti Malaysia dan Singapura. Sebagai negara bekas jajahan Inggris selama ratusan tahun, penduduk Malaysia dan Singapura memiliki kefasihan dalam berbahasa Inggris.


Sementara, pengaruh bahasa dari Belanda yang muncul di Indonesia adalah kata serapan, seperti gordijn menjadi gorden, bioscoop menjadi bioskop, hingga kantoor menjadi kantor.


Lantas, mengapa masyarakat Indonesia tidak bisa berbahasa Belanda?


Pada dasarnya, hal ini disebabkan oleh perbedaan corak kolonialisme Belanda dan Inggris. Diketahui, Inggris sengaja melakukan 'invasi' kultural Barat ke masyarakat Melayu sehingga kebudayaan lokal membaur dengan kebudayaan barat atau bahkan menghilang.


Lalu, di sektor bahasa, kebijakan ini membuat orang melayu cukup pandai berbahasa Inggris.


Sementara itu, Belanda tidak melakukan itu kepada penduduk Indonesia. Peneliti sejarah dari Nanyang Technological University, Christopher Reinhart, menjelaskan bahwa ada dua alasan Belanda bersikap beda terhadap kebudayaan lokal. Akibatnya, tingkat kefasihan bahasa Belanda masyarakat Indonesia di lintas generasi rendah.


Pertama, dilihat dari sudut pandang struktur kolonialisme Belanda. Saat itu, masyarakat lokal dan orang Belanda berada di struktur berbeda. Orang Belanda di kelas paling atas, sementara penduduk lokal berada di paling bawah. Orang Belanda menganggap, menyebarkan kebudayaan serupa dengan menganggap penduduk lokal dan orang Belanda setara secara kultural. Alhasil, mereka tidak mau membagikan kebudayaan Belanda agar struktur itu tetap terjaga.


Kedua, Belanda selalu melihat perspektif eksploitasi ekonomi sebagai ciri negara kolonial. Reinhart mengatakan, mereka merasa tidak masalah jika tidak menyebarkan kebudayaan. Hal terpenting adalah tetap melakukan eksploitasi dan menguntungkan secara ekonomi.


"Snouck Hurgronje, salah satu pejabat pemerintah kolonial, pernah mengatakan bahwa 'masalah kebudayaan tidak usah dipaksa. Biarlah bertumbuh dengan sendirinya, tanpa menghilangkan budaya lokal," ujar Reinhart kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (16/9/2023).


Dua sikap Belanda itu berlangsung dari mulai fase eksploitasi tanam paksa dari 1830-1900 dan terus berlanjut saat Belanda menerapkan politik balas budi atau politik etis di tahun 1900.


Reinhart mengatakan, bangsa Belanda selalu fokus pada aspek ekonomi dan tidak mau merusak kebudayaan lokal terlebih setelah politik etis diterapkan. Mereka semakin paham bahwa menginvasi kebudayaan lain itu tidak baik.


Namun, bukan berarti penduduk lokal tidak boleh mengadopsi kebudayaan barat. Sebab, Belanda juga tidak tertutup soal itu. Faktanya, banyak kebudayaan barat yang diadopsi oleh penduduk lokal.


Beranjak dari alasan itulah, bahasa lokal, bahasa Melayu, dan bahasa Indonesia tumbuh berkembang. Meski demikian, orang Indonesia tidak perlu kecewa apabila tidak bisa berbahasa Belanda, seperti orang Malaysia dan Singapura yang fasih berbahasa Inggris. Sebab, bahasa Belanda bukanlah bahasa pergaulan internasional, seperti bahasa Inggris.


Sumber: CNBC