Bantahan untuk Imad: Nasab Ba'alawi di Itsbat Mimpi-Mimpi & nama "Ubaidillah" dikarang Ali Assakran

 



Kamis, 25 Juli 2024

Faktakini.info

Bantahan untuk Imat 

Nasab Ba'alawi di Itsbat Mimpi-Mimpi & nama "Ubaidillah" dikarang Ali Assakran

Imaduddin "berdusta" kala menulis dan berpidato bahwa silsilah klan Baalawi di-isbat dengan mimpi. Keduanya mengutip secara cherrypick kisah-kisah yang ditulis dalam Al-Ghuror, karya Muhammad Khirid. 

Begitupun kala dia menggiring orang-orang untuk memercayai bahwa Makam Ahmad Al-Muhajir di Husayyisah di-isbat oleh mimpi, itupun sebuah "kedustaan"

Silakan unduh kitab Al-Ghuror, PDF juga boleh, baca baik-baik halaman 108-115, dan lihatlah bagaimana Imad mengolah dengan framing

Sebelum menyebutkan kisah mimpi-mimpi yang tema itu diangkat ke permukaan oleh Imad, Muhammad Khirid mengawali dengan menyebutkan (sedikitnya) sembilan ulama yang mengisbatkan nasab Baalawi. Di antaranya : Ibnu Samuroh Al-Ja'di (w. 586 H.), Muhammad Abi Al-Hubb (w. 611 H.), dan Al-Yafi'i (w. 768 H.) dll

Setelah menyebutkan dasar isbat para nassabah di atas, barulah penulis menambahkannya dari sumber2 kesufian - dan itu hanya untuk glorifikasi biasa, cara yang juga pernah dilakukan Gus Dur dan diakui oleh Kyai-Kyai sepuh NU, tradisi ini sudah lama ada di NU, tapi kenapa kalian baru meributkan sekarang? - Namun tanpa ini juga penulis sudah menyebutkankan nassabah tsiqoh yg mengisbatnya.

Muhammad Khirid dikenal sebagai ahli hadis yang tsiqoh, dabit, dikenal jujur, tidak pernah meriwayatkan sesuai secara asal-asalan diseluruh kitabnya.

Kiai Imad juga ceroboh, dan tidak tahu bahwa Khirid mengutip Al-Jauhar Al-Syafaf karangan Al-Khatib (ditulis tahun 820 h, ketika Ali Al-Sakran masih berumur dua tahun, dan sudah menyebut datuk klan Baalawi dengan nama: Ubaidillah)

Bagaimana Imad bisa tahu, lawong cuma modal google. Alih-alih meneliti seperti Gus Rumail, belum apa2 selalu medelegitimasi setiap kitab yg tidak sejalan dengan seleranya dengan : Palsu, Khurafat, Ditambah-tambah, tanpa penjelasan ilmiah.

Al-Khatib menyebutkan sanad redaksi itu, ia sering menyebut "Diriwayatkan dari Fulan bin Fulan, diriwayatkan dari sekumpulan nassabah yaman, diriwayatkan dari orang-orang lain yang tsiqoh di Yaman, bahwa. Kudapatkan kisah ini dari seorang alim dan Faqih, dari Qadli di Yaman yang sangat dipercaya, dan seterusnya..

Berikut keterangan Al-Khatib dalam Qiladah al-Nahar (870-947 H) :

قال الخطيب: (ولما قدم أحمد بن عيسى المذكور ومن معه إلى حضر موت، وادعوا النسبة الشريفة .. اعترف لهم أهل حضر موت بالفضل وما أنكروه، ثم إنهم بعد ذلك أرادوا منهم إقامة البينة توكيدا لما ادعوه، وكان بتريم إذ ذاك ثلاث مائة مفت، فسار الإمام المحدث علي بن أحمد بن أبي جديد إلى البصرة، وأثبت نسبتهم عند قاضيها، وأشهد على إثبات القاضي نحو مائة شاهد ممن يريد السفر إلى الحج، ورقب بمكة حجاج حضر موت على أولئك الشهود، فلما قدموا حضر موت، وشهدوا بذلك .. اعترف الناس لهم بالنسبة الشريفة، وأقروا لهم بالفضل والحرمة، وأجمع على ذلك العلماء والصالحون.

Ketika Ahmad bin Issa dan orang-orang yang bersamanya datang ke Hadhramaut dan memiliki garis keturunan yang terhormat, maka penduduk Hadhramaut mengetahui keutamaan yang ada pada mereka dan tidak mengingkarinya. Kemudian mereka melihat bahwa ada bukti-bukti yang kuat dan membenarkan apa yang mereka sebutkan

Ada 300 mufti di Tarim pada waktu itu, maka Imam hadits Ali bin Ahmad bin Abi Jadid pergi ke Basra dan membenarkannya. Silsilah mereka dibuktikan oleh hakimnya, dan ketika hakim membuktikan bahwa mereka yang ingin berangkat haji, sekitar seratus saksi bersaksi, dan para peziarah Hadhramout diawasi di Mekah. Ketika mereka menyampaikannya dan bersaksi tentang hal itu, orang-orang mengenali garis keturunan mereka yang terhormat ini dan mengakui keutamaan dan kesucian mereka, dan para ulama dan orang-orang shaleh dengan suara bulat menyetujui hal itu.

Di antara ulama yang menshahihkan nasab mereka dan kemuliaan mereka adalah :

- Imam Ibnu Samuroh Al-Ja'di

- Imam Muhammad bin Ahmad bin Abi al-Hubb

- Imam Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Salim al-Marwani al-Tarimi,

- Muhaddits Imam Qutbuddin Umar bin Ali, 

- Imam Abdullah bin Asaad al-Yafi'i, 

- Imam Muhammad bin Abi Bakar Ba'bad

- Imam Fadl bin Abdullah Ba'fadl

- al-Qadi Al-Muhaqqiq Imam ​​Abdurrahman bin Ali bin Abi Hassan 

- al Faqih Al Allamah Imam Mas'ud bin Saad Bashkil.

Lihat, Al-Khatib menyebutkan dari mana dia mengambil kesimpulan keshahihan nasab ba'alawi

Tidak mungkin Al-Khatib merujuk pada Ali Assakran (yang dituduh mengarang nama Sayyid Ubaidillah) di usianya yang masih belum mumayyiz.

Pengarang yang sama juga menulis Iqd Al-Barahin (makhthuth) pada tahun 835 H dan menyebut Imam Abdulllah dengan Ubaidillah dan Abu Alawi (Bapaknya Alwi), mungkin imad tidak tahu kitab ini.

Kita bisa menelusuri dari sumber lain, dari seorang Nassabah yang diakui keluasan ilmunya, dan sejaraawan besar, Imam Assakhawi (831 H), dalam kitab Al-Dhu Al-Lami, beliau bertemu langsung dengan Abdullah bin Muhammad bin Ali (w. 886 H) salah satu Ba‘alwi yang lebih tua dari Ali Assakran, bertemu langsung, bertalaqqi, mendengar dan menukil nasabnya sampai "Ubaidillah bin Ahmad bin Isa sampai ke Husein bin Ali" 

Dalam riwayatnya, Abdullah bin Muhammad sudah pindah ke mekkah pada tahun 821 hijriah. Ali Assakran sendiri lahir tahun 818. Artinya Abdullah bin Muhammad sudah tidak di hadramaut ketika Ali Assakran masih bayi 2-3 tahun.

Ini bukti lain nama Ubaidillah sudah dikenal orang hadramaut sebelum Ali Assakran lahir.

Dari Abdullah bin Muhammad lah, Imam Sakhawi menulis nasabnya secara lengkap sampai ke Ahmad bin Muhammad (Faqih Muqaddam) dan terus sampai ‘Ubaidillah (Abdullah) bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-‘Uraidhi bin Ja‘far al-Shadiq sampai ke Ali bin Abi Thalib 

Beliau tidak hanya meriwayatkannya dari Abdullah bin Muhammad, tetapi juga dari ulama non Baalawi, Abdul Kabir bin Abdullah al-Anshori Al-Hadhromi (794-869 H), ulama asli Hadhramaut yg lahir dan tumbuh besar di sana, lalu hijrah dan wafat di Mekkah.

Abdul Kabir pernah bertemu dengan kakek-kakeknya Ali Assakran, Abdurahman, Abu Bakar, Umar, dll. Dari merekalah Abdul Kabir meriwayatkan nasab Baalawi, dari kakek mereka sampai kepada Ubaidillah (Abdullah) bin Ahmad bin Isa dstt..

Assakhawi meriwayatkanya dari Abdul Kabir dan Abdullah bin Muhammad, dan lalu Assakhawi menuliskan nasab Baalawi dikitabnya.

Tapi jangan harap kutipan seperti ini akan muncul di semua tulisan imad. Imad dkk nampak sangat bernafsu menggugurkan nasab Imam Ubaidillah, bahkan dengan menggunakan cara pengutipan kitab yang tidak amanah, asal comot saja asalkan sesuai dengan apa yang dia inginkan. 

Kenapa melakukan itu, sih?