[Video] Mufti Yaman Semprot Imad bin Sarman yang Catut Namanya untuk Memfitnah Ba'alawi!

 



Sabtu, 6 Juli 2024

Faktakini.info

Rumail Abbas

Dulu, lewat Shorts, saya memberi tahu Kiai Kresek itu bahwa Mufti Yaman tidak membatalkan Baalawi.

Dua kali Shorts, bahkan!!!

Tak digubris, pada Live di Padasuka TV dia masih ngomong kalau Mufti Yaman membatalkan Baalawi.

Jengkel dengan kebebalannya, saya pun menghubungi beberapa anggota aktif kemuftian Yaman tentang kebenarannya.

Akhirnya, saya diberi dua macam qarar resmi yang menyatakan kemuftian Yaman dan ketuanya tidak memiliki akun media sosial apapun. Plus, saya meminta izin mengunggah pernyataan Muhammad Segaf Al-Kaf bahwa apa yang dituduhkan kepada Mufti Yaman adalah dusta.

Tak terima, Kiai Kresek itu live di Padasuka TV sambil menginsinuasi Muhammad Segaf Al-Kaf karena dia syiah cekek. Dialah yang mengatakan Muawiyah itu terlaknat, katanya.

Dia berusaha mengecoh orang-orang supaya kabur dari tuduhan yang ia sebarkan di RMINU Banten (yang redaksinya sudah diedit).

"Saya itu tidak salah." Kata Kiai Kresek di Padasuka TV, tak tahu malu, "Saya sudah mengutip dengan benar. Bahwa situsnya ada, dan disitu mufti Yamam tertulis membatalkan delapan kabilah Baalawi." Katanya.

Padahal, menyebarkan hoaks, meskipun pengutipan hoaks-nya benar, adakah kebohongan yang sama.

Tiba-tiba ada akun Mufti Yaman di Facebook yang mengatakan bahwa dia membatalkan Baalawi. Merasa punya amunisi, Kiai Kresek tadi menulis lagi tentang saya, kemudian dibacakan di YouTube sama orang bodoh bernama Zulkarnaen ini.

"Kecewa dengan jawaban Mufti Yaman, Rumail: 'itu akun palsu!' Balas Mufti Yaman: 'ini akun asli saya. Saya tahu kamu kena tekanan mental'. 🤣"

Begitu judul thumbnail Zulkarnaen yang membacakan ulang tulisan Kiai Kresek tadi.

Saya pun menghubungi Abdussalam, anaknya Mufti Yaman yang sesekali merekam khotbah Jumat bapaknya.

"Bapakmu pernah punya video klarifikasi bahwa dia tidak memiliki akun media sosial, dan membantah bahwa dia membatalkan 21 wangsa Hasyimi, gak?" Tanya saya.

"Ada. Nanti saya unggah."

Saya pun memberi tahu kalau ada akun atas nama bapaknya, dan Abdussalam pun me-quote akun itu sebagai akun palsu. Plus, dia mengunggah video bapaknya yang saya maksudkan tadi.

Tak mau mengaku, Kiai Kresek tadi bergeming. Disusul Aziz Jazuli, Rifky Zulkarnaen, Gus Ahong, Hanif Farhan, dan Noval Khan Bandawi yang masih linglung pun berkelit:

"Itu, kan, video 2020? Video lama! Jika memang akun Facebook atas nama Mufti Yaman itu palsu, kenapa tidak ada klarifikasi dari kemuftian Yaman atau mufti Yaman sendiri?"

"Walah." Batin saya, mengelus dada.

Begitulah cara mereka yang kesulitan mengakui kekeliruan dengan logika sintingnya, dan tak mau terima kala mereka terbukti sebagai pendusta (karena ikut menyebarkan kedustaan itu).

Saya pun menghubungi Abdussalam untuk terakhir kali, tapi tak berharap permintaan saya dituruti.

"Tolong sampaikan pada Bapakmu bahwa di Indonesia ada sekelompok orang yang menuduhnya berkata demikian dan demikian. Meskipun dua qarar dan video Bapakmu tahun 2020 cukup jelas, tapi masih ada yang menuduh akun Facebook palsu itu asli."

"Aku akan menyampaikan itu pada Bapak. Jika dia berkhotbah, dan menjawab permintaanmu, aku akan merekamnya untukmu."

"Tidak perlu. Langsung saja diunggah di akunmu. Nanti akan aku sebarkan. Dan sempga permintaanku tidak merepotkan."

Akhirnya, di akunnya Abdussalam, video khotbah Jumat bapaknya pun menyinggung tentang akun palsu yang mengatakan kedustaan.

Apa yang akan dilakukan mereka? Apakah akan mengakui ketololannya? Ataukah berkelit untuk ke sekian kali dengan...

"Kendatipun Mufti Yaman mengakui, tapi dia kan berkawan sama Baalawi?"

"Meski mengakui, tapi dia kan bukti sumber sezaman?"

"Meski mengakui, tapi Baalawi sudah dibatalkan oleh darahnya sendiri. Haplogroup mereka G, dan G itu gak mungkin Arab, apalagi cucu nabi?!"

Itu perkara lain.

Fokus saya adalah: kalian berdusta, ketahuan berkali-kali, tapi tak mau mengakui!!!

Oiya, Abdussalam ternyata mengintip profile saya, dan sempat nanya:

"Kayaknya kamu orang Arab, ya? Atau Indonesia?"

"Warga negaraku Indonesia, tapi kakek jauhku memang Hadlrami."

"Ahlaaaan! Pernah ke Hadlramaut, tempat leluhurmu?"

"Insya Allah dalam waktu dekat mau ke sana. Ngopi, yuk?" Tandas saya.

Dua captured di bawah hanya pemanis saja.

Sebagai peneliti, saya bisa salah. Tapi saya tidak akan berdusta.

Klik video: