Hb Nauval Al Muthahar Ungkap Kiprah Perjuangan Sang Paman: Hb Hussein Al Muthahar

 



Ahad, 18 Agustus 2024

Faktakini.info

"HABIB HUSSEIN MUTHAHAR BA'ALAWI"

Tulisan Keponakan Kandung Beliau Habib Nauval Mutahar :

Agak panjang tulisannya, semoga betah membacanya...hehehe

Nama aslinya Husin. Ayahnya bernama Sayid Salim Al Muthahar dan ibunya adalah Syarifah Masthuroh binti Husin Vad'aq.

Ia diberi nama Husin karena kakek dari ibunya adalah Habib Husin Vad'aq Ba'alawi, seorang ulama dari Hadramaut yang berdakwah di Hijaz, Tarim, kepulauan nusantara diantaranya ke Sulawesi dan Jawa. Lalu kembali ke Hijaz dan wafat di Hadramaut.

Nasabnya adalah Husin bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad bin Muthahar bin Abdullah bin Muthahar bin Abdullah bin Alwi bin Mubarok (Dikenal juga dengan nama Barakat) bin Abdullah bin Ahmad Al Madhar bin Muhammad bin Abdullah Al Wathob bin Muhammad Al Munaffar bin Abdullah bin Muhammad bin Abdullah Ba'alawi bin Alwi Al Ghuyur bin Al Faqih Muqoddam Muhammad bin Ali Ba'alawi...

Lahir di Semarang tahun 1916. Semenjak kecil sudah terkenal kecerdasannya dan menguasai berbagai macam bahasa. Hingga hijrah ke Jakarta dan bersahabat dengan Bung Karno, dari mulai Bung Karno belum menjadi Presiden sampai menjadi Presiden hingga tidak menjadi Presiden lagi.

Beliau adalah orang kepercayaan Bung Karno pada waktu itu...

Lagu lagu yang diciptakannya sangat banyak diantara yang terkenal adalah Hari Merdeka (17 Agustus) yang diciptakan beberapa tahun setelah kemerdekaan Indonesia.

Yang lebih istimewa adalah lagu Syukur. Setiap menyanyikan lagu ini, terasa sekali nuansa yang bikin merinding, meneteskan air mata dan sangat syahdu.

Tahukah anda...!! Lagu Syukur di ciptakan tahun 1944, setahun sebelum Indonesia Merdeka. 

Saya pernah beberapa kali bertemu dengan beliau (baik di Jakarta atau di Semarang) dan sempat bertanya kepada beliau soal lagu Syukur..kenapa lagu ini begitu syahdu dan sangat menusuk kalbu dari intro sampai liriknya...?

Lalu dijawab bahwa lagu Syukur terinspirasi dari Ummul Kitab atau Surat Fatihah. Dan ayat pertama adalah Al Hamdulillahi Robbil Alamin. 

Sebagaimana surat fatihah yang terdiri dari 7 ayat, lagu syukur pun memiliki 7 ketukan..Begitu jelas beliau..

Da-ri ya-kin-ku te-guh (7)

Ha-ti ikh-las-ku pe-nuh (7)

A-kan ka-ru-ni-a-Mu (7)

Ta-nah a-ir pu-sa-ka (7)

In-do-ne-sia mer-de-ka (7)

Syu-kur a-ku sem-bah-kan (7)

Ke-ha-di-rat-Mu Tu-han (7)

Beberapa tahun sebelum proklamasi, beliau sudah yakin bahwa Indonesia akan merdeka. Maka beliau mengarang lagu ini sebagai ungkapan rasa syukur.

Istimewa bukan ? Lagu yang terinspirasi dari Al Quran dan menjadi lagu yang terus disenandungkan selamanya di Indonesia...Lagu sepanjang masa !!!

Ketika Agresi Militer Belanda ke-2 pecah pada 19 Desember 1948. Presiden, wakil presiden, dan beberapa pejabat tinggi RI ditawan Belanda. Soekarno memanggil H.Mutahar sebelum Gedung Agung Yogyakarta benar-benar terkepung Belanda.

Soekarno mengamanahkan pada H. Mutahar untuk menjaga Bendera Pusaka yang dijahit oleh Fatmawati, istri Soekarno.

“Aku (Soekarno) tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku. Dengan ini, aku memberikan tugas kepadamu (Mutahar) pribadi. Dalam keadaan apa pun, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga bendera ini dengan nyawamu,” kata Soekarno seperti dikutip dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams.

Untuk menyiasati Bendera Pusaka direbut oleh Belanda, H.Mutahar membuka jahitan bendera tersebut hingga merah dan putih terpisah. Ia memasukkan bendera yang terpisah itu ke dalam dua tas miliknya yang juga diisi dengan pakaian dan kelengkapan miliknya.

Pada Agresi Militer 2, Soekarno dan beberapa tokoh pejuang diasingkan Belanda ke Prapat, lalu Bangka. Sementara H.Mutahar ditangkap dan ditahan di Semarang selama beberapa bulan.

Setelah bebas dari tahanan, pada Juni 1949, H.Mutahar mendapat surat dari kepala negara. Berdasarkan surat tersebut, Mutahar menyerahkan Bendera Pusaka ke Soedjono setelah dijahit kembali.

Kemudian Bendera Pusaka itu dibawa ke Bangka. Pada 17 Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali dikibarkan di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.

Beliau termasuk tokoh yang ikut mendirikan Pramuka dan Paskibraka. Pada tahun 1945 beliau pernah terlibat dalam perang 5 hari di Semarang untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Dan dikisahkan pada 1946, ia pernah ditunjuk sebagai penyusun upacara pengibaran bendera ketika hari kemerdekaan

Pernah juga mendapat penghargaan sebagai Bintang Gerilya (1949) dan Bintang Mahaputra Pratama (tahun 1961). 

Akan tetapi beliau belum mendapatkan gelar Pahlawan Nasional...!!

Diantara saudara kandung H.Mutahar adalah Aisyah (nenek saya dari jalur ibu) dan Alwiyah (nenek saya dari jalur abah).

Sepanjang hidupnya, H. Mutahar tidak pernah menikah. Beliau wafat tahun 2004, dan berwasiat agar TIDAK di makamkan di Taman Makam Pahlawan, beliau berwasiat agar di makamkan di TPU Jeruk Purut Jakarta seperti rakyat pada umumnya...

Habib Husin...Lahul Fatihah...

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10211438109264863&id=1726622301&mibextid=Nif5oz

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10211438109264863&id=1726622301&mibextid=Nif5oz

Foto 1 : Potret H Mutahar

Foto 2 : Rumah kelahiran H. Mutahar di Semarang, dan dirumah ini pula bendera pusaka pernah disimpan sebelum kembali dibawa beliau untuk menghindar dari kejaran pihak Belanda...

Foto 3 : Makam H. Mutahar di TPU Jeruk Purut