Krisis dukungan ulama, Imad bin Sarman “mencatut” nama Dzurriah Syaikhona Kholil

 



Semin, 19 Agustus 2024

Faktakini.info

Muhammad Ismael Al Kholilie

• Krisis dukungan ulama, Kiai Imad “mencatut” nama Dzurriah Syaikhona Kholil 

Sejak awal ikut terjun dalam “ring diskusi” nasab ini sebagai pengkritik atas tulisan dan pemikiran Kiai Imad, saya tidak pernah berargumen dengan membawa nama guru atau leluhur, saya tak pernah memaksa atau sekedar meyakinkan orang lain untuk menerima pendapat saya hanya karena saya murid siapa atau keturunan siapa. 

“ saya ini murid Habib fulan, karena itu bagi saya nasab Ba’alawi pasti benar !! Saya ini cucu Kiai Fulan, karena itu pendapat saya pasti paling benar ! “

Tolong tegur dan ingatkan saya jika pernah berargumen dengan hujjah “receh” dan tidak ilmiah seperti itu. Saya adalah seorang pembaca dan pengkaji, saya membaca, mentela’ah, meneliti baru kemudian mengkiritisi, saya merujuk kepada pendapat para ulama pakar nasab dalam kitab-kitab yang bahkan dijadikan andalan oleh Kiai Imad selama ini. 

akan tetapi Kiai Imad dalam tulisan terbarunya berikut ini :

https://www.nahdlatul-ulum.com/dua-cucu-mbah-khalil-adu-argumen-banten-menjadi-wasit-nasab-baalwi-tidak-tertolong/

Sudah mulai bawa-bawa keturunan, beliau secara tidak langsung menyampaikan :

“ ini lo, cucu Mbah Kholil Bangkalan ada yang dukung pendapat saya ! “ 

Saya tidak asal menuduh, dalam catatan itu Kiai Imad menulis :

( “ Kini, nama-nama daerah di atas: Banten, Bangkalan, Jombang dan Rembang, tengah hangat dalam diskursus nasab Ba’alwi yang tebukti batal. Terakhir, ada adu hujjah antara Kiai Khalili Khalil dan Lora Ismail Khalili, keduanya cucu Mbah Khalil Bangkalan. Yang satu mendukung batalnya nasab Ba’alwi, yang satu lagi menolaknya. Kiai Khalili bersama penulis adalah sesama anggota LBM PBNU. Penulis sering berdiskusi dengan Kiai Muda ini, penguasaan turats-nya dalam, analisanya tajam dan kritis.

Sedangkan Lora Ismail, adalah lulusan Rembang kemudian menuntut ilmu di Yaman. Penulis belum pernah bertemu dengan sosok kiai muda cucu Mbah Khalil terakhir ini “ ) 

Kali ini, sekali lagi Kiai Imad salah memainkan kartu, Kholili Kholil ( atau yang biasa kami panggil “Oyink” ) dalam tulisan-tulisannya tidak pernah menyatakan bahwa nasab Ba’alawi batal, itu hanya klaim sepihak Kiai Imad. Oyink masih terhitung ponakan saya, dari jalur umminya, betul ia adalah keturunan Syaikhona generasi ke 6, Umminya adalah adik kandung dari Kh. Imam Buchori Cholil AG, terlihat kurang familiar di kalangan masyarakat Bangkalan karena memang dia berdomisili di Ponpes Canga’an Bangil

Kiai Imad mungkin tidak tau, sejak dulu bahkan jauh sebelum menjadi anggota LBM PBNU, kami sudah sangat sering berdiskusi bahkan mengisi acara bersama, kemarin baru saja saya menanyakan langsung kepadanya terkait sikap dan pendapatnya tentang Nasab Ba’alawi :

“ Mawqif ( sikap ) kamu terkait sadah ba’aalwi sudah ke ranah ibthol/tho’nu ( membatalkan/menganulir ) ? Apa mempertanyakan saja ? “ 

Oyink menjawab : 

“ Mempertanyakan Man,

ظني الثبوت كسائر الأنساب المشهورة

( Nasab Ba’alawi menurutnya bersifat “Dzonni” seperti nasab-nasab masyhur lainnya ) 

Oyink juga berkata kepada saya : 

“ Yg penting abdinah ( saya ) gak bawa dzurriyyah Syaikhona dan abdinah gak ada ucapan dukung beliau “ ( SS klarifikasi Kholili Kholil ada di kolom komentar ) 

Jadi jika Kiai Imad merasa diatas angin dan mengklaim ada Dzurriah Syaikhona Kholil yang mendukung pendapatnya, maka itu sangat jauh panggang dari api, itu adalah klaim sepihak yang hanya berdasarkan rasa percaya diri berlebih Kiai Imad saja, kalo kata orang zaman sekarang “kepedean” banget ( emang boleh sepede itu ? ) 

Kesimpulan “prematur” dan klaim sepihak adalah kebiasaan Kiai Imad sejak dulu, gelagat seperti itu sudah saya temukan sejak pertama kali membaca “tesis” versi kitab beliau yang dinamakan “ المواهب اللدنية في انقطاع نسب باعلوي بن عبيد الله " ( dari judulnya saja sudah “nguerri” : pemberian-pemberian Ladunni ), kitab 28 halaman ini bisa di download melalu link berikut ini :  

https://www.noor-book.com/كتاب-المواهب-اللدنية-في-بيان-انقطاع-نسب-با-علوي-بن-عبد-الله-pdf-1687800948

Mari kita baca bersama, agar kita tau bagaimana cara berargumen Kiai Imad yang terkesan “curang” dan “sakarepe dewe” itu : 

Di halaman 4, Kiai Imad menukil Ibarot dari Kitab Tahdzibul Ansab karya Al-Ubaidili tentang Ahmad Bin Isa ( wafat 345 H ) dan putranya :

و أحمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي يلقب النفاط من والده أبو جعفر الأعمى محمد بن علي بن محمد بن أحمد عمي في آخر عمره و انحدر الى البصرة و أقام بها و مات بها و له أولاد و أخوه بالجبل له أولاد 

Kiai Imad mengomentari :

قلت ذكر العبيدلي في تهذيب الأنساب أحد أولاد أحمد بن عيسى و هو محمد بن أحمد بن عيسى و لا يذكر غيره فيمكن أن يكون له أولاد غير ما ذكره 

“ saya berkata : Al-Ubaidili ( wafat 435 H ) dalam kitab Tahdzibul Ansab menyebutkan salah satu anak Ahmad Bin Isa yaitu Muhammad Bin Ahmad Bin Isa dan tidak menyebutkan selainnya. Maka masih mungkin ada anak-anaknya yang lain yang belum ia sebutkan “ 

di halaman 5, Kiai Imad menukil Ibarot kitab Al-Majdi tentang Ahmad Bin Isa dan putranya :

و أحمد أبو القاسم الأبح المعروف بالنفاط لأنه كان يتجر النفط له بقية ببغداد من الحسن أبي محمد الدلال على الدور ببغداد رأيته مات في آخر عمره ببغداد محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى بن محمد بن العريضي 

Kiai Imad mengomentari lagi :

قلت: ذكر العمري في هذا الكتاب المجدي احد اولاد احمد بن عيسى و هو محمد بن أحمد بن عيسى ولا يذكر غيره فيمكن ايضا ان يكون له ولد غير ما ذكره

“ saya berkata : Al-Umari ( wafat 490 H ) dalam kitab ini menyebutkan salah satu putra Ahmad Bin Isa yaitu Muhammad Bin Ahmad Bin Isa dan tidak menyebutkan selainnya. Maka mungkin ( juga ) masih ada anak lain yang belum ia sebutkan “ 

Tapi di halaman 7, Kiai Imad tiba-tiba membuat Fasal dengan judul Bombastis :

فصل في أن الفخر الرازي ( ٦٠٦ هجرية ) يقطع أن أولاد أحمد ثلاثة و ليس فيهم عبيد الله 

“ Fasal : Al-Fakhru Razi ( wafat 606 H ) memastikan bahwa anak Ahmad Bin Isa ada 3 dan tidak ada Ubaidillah diantaranya “ 

Padahal sama sekali tidak ada kata “pasti” dalam Ibarot Imam Fakhrurrazi dalam kitab Al-Syajarah Al-Mubarokah : 

قال الامام الفخر الرازي من علماء القرن السادس والسابع في الشجرة المباركة ما نصه : أما أحمد الابح فعقبه من ثلاثة بنين: محمد ابو جعفر بالري، وعلي بالرملة، وحسين عقبه بنيسابور

dari Ibarot diatas, santri ibtida’ sekalipun akan paham bahwa sama sekali tidak ada kata “pasti” dalam ucapan Fakhrurrazi dan tidak ada sighat hashr disana. dan jika memang berargumen secata adil, seharusnya Kiai Imad juga berkomentar sama seperti dalam fasal-fasal sebelumnya :

“ mungkin saja ada anak-anak Imam Ahmad Bin Isa yang lain yang belum Imam Fakhrurrazi disebutkan “ 

Akan tetapi Kiai Imad tetap ngotot dan keukeh menyatakan bahwa Imam Fakhrurrazi “memastikan” anak Ahmad Bin Isa hanya 3, apa alasannya ? ternyata Kiai Imad mencatut “kaidah” dari Sayyid Mahdi Raja’i untuk mendukung pendapatnya, katanya Jumlah Ismiah menurut para pakar nasab bisa menganulir semua kemungkinan lain yang masih ada :

وأتى بالجملة الاسمية فعقبه من ثلاثة بنين" وهذا عند النسابين يفيد الحصر، بخلاف ما اذا اتى بالجملة الفعلية اعقب" "ثلاثا" او "اولد ثلاثا" فالمعنى عندهم يمكن ان يكون له ولد سوى ما ذكر. قال الشيخ النسابة مهدي رجائي

في كتابه المعقبون: ومن ذالك اذا قالوا عقبه من فلان او العقب من فلان فانه يدل على ان عقبه منحصر فيه انتهى فالباب مسدود لدخول اسم آخر لأسماء ابناء احمد بن عيسى سوى هؤلاء الثلاثة

Sayyid Mahdi Raja’i “sang pemilik kaidah” sendiri pada akhirnya mementahkan pendapat Kiai Imad dan mengatakan bahwa kaidah itu tidaklah paten dan pasti ada pengecualian. dan ketika Sayyid Mahdi pada akhirnya terang-terangan mengitsbat nasab Ba’alawi dan mengatakan masih ada anak Ahmad Bin Isa yang lain bernama Ubaidillah, Kiai Imad mengatakan bahwa dalil Sayyid Mahdi adalah dalil yang lucu ( padahal dulu dalilnya dipakai Kiai Imad untuk menguatkan point paling penting dalam tesisnya ) :

https://rminubanten.or.id/syekh-mahdi-rojai-bikin-video-dalilnya-lucu/

Jika kalian perhatikan, dalam masalah ini Kiai Imad sebenarnya telah menabrak “syarat kitab sezamannya sendiri”, tanpa disadari, beliau telah mengitsbat bahwa Ahmad Bin Isa yang wafat pada tahun 345 H ternyata mempunyai anak lain bernama Ali dan Husein dengan data dari kitab yang baru ditulis pada tahun 600 H ! ( jadi ada “kehampaan” antara Ahmad Bin Isa dan Imam Fakhrurazzi sekitar 250 tahun ! Apa itu bisa masuk kitab sezaman atau mendekati ? ) 

selain Kholili Kholil dan Sayyid Mahdi Rajai, sebelumnya Kiai Imad juga pernah “mencatut” kitab Sayyid Ibrahim Mansour Al-Hasyimi untuk menggugat Syuhroh Istifadhoh Ba’alawi, tapi pada akhirnya beliau ternyata menkonfirmasi nasab Ba’alawi bahkan mengatakan gugatan Kiai Imad adalah sebuah kebodohan kuadrat. Kiai Imad juga pernah “mencatut” kitab Syaikh Khalil Ibrahim untuk menguatkan syarat kitab sezaman andalannya, tapi pada akhirnya beliau ternyata juga mengkonfirmasi dan mengakui keabsahan nasab para Habaib Ba’alawi. Gus Aziz Jazuli salah satu jagoan Kiai Imad lalu mengomentari :

“ ternyata orangnya ( Syaikh Kholil Ibrahim ) nggak sehebat kitabnya “ 

entah kedepannya nama siapa lagi yang akan beliau “catut” untuk menguatkan pendapatnya, semua ranting yang berusaha ia gapai sudah hampir patah semua, tapi beliau masih saja berlagak gagah, pede dan yakin seyakin-yakinnya. 

Jika boleh saya mereview argumen-argumen Kiai Imad yang saya baca selama ini, maka hanya satu kata yang akan saya tuliskan :

“ tidak konsisten ! “ ( bintang 1 ⭐️ ) 

Padahal dalam tulisan sebelumnya, selain menyuruh saya untuk Istikhoroh, Kiai Imad juga berpesan :

“ Banggalah berguru kepada ulama Indonesia yang konsisten kata dan perbuatan “ 

Saya katakan :

“ Alhamdulillah saya bangga sebangga-bangganya pernah berguru kepada Syaikhina Maimoen Zubair dan para Kiai-Kiai Indonesia lainnya, saya juga bangga sebangga-bangganya pernah berguru kepada Habib Umar Bin Hafidz dan para ulama luar negeri lainnya. Tanpa membedakan Ras, asal dan keturunan mereka, mereka adalah para kekasih Allah yang saya saksikan sendiri keselarasan ucapan dan perbuatannya. Saya semakin bangga dan bersyukur ketika menyadari bahwa Allah tidak pernah mentakdirkan saya untuk berguru atau sekedar mengidolakan orang yang berdalil semau nafsunya, berhujjah sesuka dirinya, mencla-mencle dalam pendapatnya, merasa paling hebat bahkan menantang semua ulama yang tak sependapat dengan dirinya “ 

( disclaimer : catatan ini bukan “bantahan lengkap” atas tulisan terbaru Kiai Imad, saya mulai menulis catatan ini dalam penerbangan Pangkalanbun - Jakarta - Surabaya, bantahan lengkapnya akan saya tulis di kesempatan yang lain ) 

 • Ismael Amin Kholil, 19 Agustus, 2024