Ngaji babakan Sejarah kepada Maulana
Ahad, 18 Agustus 2024
Faktakini.info
Ngaji babakan Sejarah kepada Maulana
Oleh : A. Mujib El Shirazy
Jam satu malam, kami masih duduk mengelilingi maulana habib Luthfi, dilingkaran kedua aku terus menyimak baik baik nasehat nasehat beliau kepada beberapa tamu. Kalam kalam beliau sejuk seperti tetesan embun yg menyirnakan kegersangan jiwa.
Menyaksikan pemandangan itu, pikiranku berkelebat kemana mana, begitu beratnya tugas seorang ulama, bahkan dalam waktu waktu istirahat masih disedekahkan untuk memikirkan urusan umat. Sesekali maulana habib menggunakan bahasa jawa, lalu tiba tiba beralih pakai bahasa sunda yg nampak fasih sekali. Setiap tamu dibuat nyaman. Beliau selalu menemukan cara untuk mendekat arah komunikasi dengan jamàh agar tidak melangit. Sekali disebut nama nama yg tampaknya adalah tokoh tokoh di daerah tamu. Pembicaraanpun cair. Tak lupa beliau mempersikahkan tamu tamu yg memilih duduk jauh untuk mendekat, aku berpikir seperti inikah suasana halakah nabi dengan para sahabat.
Hajat rombongan kami yg dikawal guru kami habib umar bin salim al attas membicarakan tarekat sadziliyyah yusriyah sebenarnya sudah terpenuhi. Maulana habib memberikan restu pengembangan tarekat sadziliyyah oleh murid murid syekh yusri di indonesia. Ketika mendadak habib umar mengisaratkan diriku untuk mendekat, sembari memperkenalkanku sebagai akademisi yg tengah mencari data tentang sejarah ulama di Nusantara
Sontak isyarat tiba tiba itu membuat jatungku berdebar kecang. Mukaku memerah, suhu badanku naik turun tak beraturan. Di hadapan maulana aku tak ubahnya debu berhadapan gunung Himalaya. Sungguh bagiku mengangkat gunung semeru lebih ringan daripada menyampaikan kalam di hadapan maulana habib
Jujur. Aku merasa moment perjumpaanku dengan maulana malam ini sudah lebih dari cukup. Dan aku hanya ingin menjadi pendengar, menyimak kalam kalam hikmah dari beliau. Tanpa menyibukkan maulana Habib Luthfi
Aku bergeser mendekat, mengambil poisi di samping maulana habib. Sedang detak jantungmu bergetar tak beraturan, mulutku terkunci tak tau harus berbuat apa. Untuk beberapa saat aku diam terpaku. Adapun habib umar bin salim terus mengisyaratkan aku supaya segera matur.
Bingung mau bicara apa, ketika tiba tiba terbersit aku dengan ulama betawi nan bersahaja sayid Utsman Yahya. Ulama yg menjadi guru ulama besar betawi seperti habib ali kwitang, guru mughni.
Tentang posisi beliau yg membingungkan diriku. Satu sisi beliau ulama besar betawi dengan karya yang melimpah yg masih diajarkan sampai sekarang. tapi disisi lain langkah langkah beliau terkesan seperti "mendukung belanda" ketika para ulama lain memilih perlawanan yg keras.
Mengumpulkan keberanian aku pun matur dengan suara tercekat dan lirih.
"Maulana kepareng matur soal sayyid utsman yahya betawi menurut habib pripun. Beliau ulama besar, tapi dari buku buku ingkang kulo waos beliau terkesan membela belanda?"
Suara Maulana habib luthfi mendadak meninggi mendengar pertanyaanku. "Memang kenapa dengan Sayyid utsman. Apa salahnya dengan Sayyid utsman.?" Jawab beliau dengan Nada yg keras.
Wajahku pucat pasi, aku pun menunduk. "Kenapa kalau habib selalu jadi masalah. jaman itu tidak hanya sayyid utsman yg dapat penghormatan belanda. Kiai ahmad dahlan juga dapet" imbuh maulana.
Kepada kami maulana menjelaskan bahwa, langkah langkah politik yg dilakukan sayyid utsman adalah upaya menyelamatkan umat islam agar belanda tidak berlaku keras.
Adapun orang yang membaca sebelah mata, dimana menyebut sayyid usman muftinya belanda. Mereka lupa kalau Kealiman sayyid utsman sudah mashur sejak masih di Mekah dan diakui di kalangan ulama ulama di Mekah.
Kepada maulana kembali saya beranikan diri bertanya soal fatwa fatwa sayyid Utsman yg mengkritik kasus perlawanan tarekat (murid murid kiai abdul karim banten) dalam geger cilegon 1888, dimana beliau seolah anti tarekat.
Dengan nada tinggi maulana dawuh, "bagaimana bisa dikatakan sayyid utsman anti tarekat wong beliau mursyid tarekat qadiriyyah, yg benar adalah sayyid utsman mengritik langkah salah menarik orang awam yg tidak paham syariah, atas nama tarekat diajak jihad"
Kepada kami malam itu, maulana habib luthfi membuka banyak kekeliruan kekeliruan sejarah kita yg dicerna mentah mentah masyarakat tanpa berfikir kritis.
Diantaranya :
1. konsep wali songo yg di dalamnya menghimpun maulana malik ibrahim dengan sunan gunung jati yg secara tahun tidak semasa.
2. penyebaran photo 9 wali berjejer dimana 8 wali memakai sorban.1 wali memakai blangkon. Konsep yg secara halus membelah masyarakat adanya wali jowo dan wali arab
3. Tentang sultan fatah yg katanya melawqn ayahandanya. Gak mungkin para wali mengajarkan kepada sultan Fatah durhaka kepada orangtua
4. Cerita seolah syekh saridin mengalahkan sunan kudus. Padahal antara syekh saridin dan sunan kudus tidak hidup semasa
5. Tentang amAmangkurat I yg katanya membantai 5000 ulama. Tentang hal ini maulana mengajari kami berfikir kritis. Beliau menyampaikan siapa yg meyakini data itu. Sama saja menyatakan Pangeran Diponegoro keturunan penjahat. Kalau benar amangkurat membantai 5000 kiai. Apa 5000 kiai tidak punya santri. Apa santrinya diam saja. Kiainya dibantai.
Kepada kami maulana habib meminjamkan satu buku tentang habib utsman supaya tidak salah berfikir. Dan saya menerima buku itu dengan getar