Dr Abdul Chair: Globalisasi Siasat Jahat Zionis Berpredikat Iblis

 



Rabu, 18 September 2024

Faktakini.info

*Globalisasi Siasat Jahat Zionis Berpredikat Iblis*

*Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, S.H., M.H.*

(Ahli Hukum & Pemerhati Zionisme)

Pasca Zionis Internasional mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina sebagai Center of Gravity di Timur Tengah, maka tahap selanjutnya adalah membentuk ‘Tatatan Dunia Baru’ (The New Order). Dalam rangka penguatan tatatan dunia baru, elit Zionis menggandeng Amerika Serikat sebagai mitra strategisnya. Agenda Tatanan Dunia Baru sejatinya merupakan agenda Illuminati sebagaimana dimaksudkan dalam ‘Protokol Para Tetua Zion’ (The Protocols of the Elders of Zion).


Agenda tersebut dapat dilihat dari tulisan ‘Novus Ordo Seclarum’ dalam uang satu dolar AS yang diambil dari pemikiran Adam Weishaupt. Adam Weishaupt merupakan tokoh utama pendiri Illuminati. Ia merupakan kelanjutan dari ordo Kabbala putih, yaitu salah satu ordo Kabbala yang lebih menekankan misi politik, di samping mengembangkan ajaran dalam menyembah Lucifer. Illuminati itu sendiri adalah Freemasonry. Freemasonry berasal dari ajaran sesat Kabbalah dan kemudian menjadi ajaran sesat Yahudi yang diwarisi dari era Firaun Mesir dan era Babilon Kuno. Mereka merumuskan, misi Kabbala adalah menentukan arah peradaban manusia guna membentuk Novus Ordo Seclorum dan ‘Pemerintahan Satu Dunia’ (E Pluribus Unum) di bawah kepemimpinan kaum Yahudi.


Penulis pernah mengungkapkan bahwa uang satu dolar Amerika terkandung muatan berbagai simbol (kode) rahasia. Berbagai simbol yang ada menunjukkan antara satu dengan lainnya saling berhubungan. Pada bagian lembar belakang uang satu dolar terlihat piramida yang terpotong (belum selesai). Gambar piramida yang terpotong itu dimasukkan gambar ‘Mata Satu’. Terkait dengan hal ini Departemen Keuangan Amerika Serikat pada tahun 1935 memberikan penjelasan, “piramida tersebut merupakan simbol kekuatan dan keadaannya yang belum selesai menggambarkan keyakinan para perancang Segel Agung masih terdapat pekerjaan yang belum diselesaikan.”


Piramida yang tidak memiliki puncak, dengan disebutkan “belum selesai”, dikarenakan masih terdapat pekerjaan yang belum dirampungkan. Dengan kata lain ada hal-hal lain yang menghalangi belum penuhnya bangunan piramida sebagaimana yang dikonsepsikan. Pekerjaan yang belum diselesaikan itu terhubung dengan slogan ‘Novus Ordo Seclarum’ sebagai pilarnya. Jadi, penyelesaian gambar segitiga puncak yang terpotong itu mengandung makna berlakunya Tatanan Dunia Baru membutuhkan satu tahapan yang mesti dipenuhi. Pemenuhan ini tentunya membutuhkan kerja kolektif dan militan.


Tahapan terakhir tersebut adalah menunggu munculnya ‘Dajjal’ yang dilambangkan dengan Mata Satu di atas piramida yang terpotong. Kemunculannya sebagai penggenap bangunan piramida. Oleh karena itu, tentu tidak mungkin penggenapan agenda dilakukan oleh sekumpulan elit manusia. Namun demikian, elit yang tergabung dalam perkumpulan rahasia itulah yang akan menjalankan misi-misi selanjutnya. Misi itulah yang dikenal dengan Tatanan Dunia Baru melalui globalisasi yang dimulai ketika memasuki eara milenium ketiga.


Pembentukan Tatanan Dunia Baru menunjuk pada kehendak Freemason yang diwujudkan dalam agenda Illuminati oleh Adam Weishaupt. Kemudian ditindaklanjuti lebih lanjut oleh Theodor Herzl dalam gerakan Zionis Internasional saat Kongres Zionis Pertama di Basel, Swiss tahun 1897.


Menurut Z.A. Maulani, Freemason bertujuan melanjutkan cita-cita para Kabalis, yaitu membangun suatu Tata Dunia Baru, cita-cita yang telah berusia 4000 tahun, sebagaimana dikumandangkan oleh Presiden Bill Clinton tatkala memasuki millenium ketiga. Maulani juga mengatakan bahwa tujuan utama Freemason ialah membangun “Satu Pemerintahan Dunia” (E Pluribus Unum), dan “Tata Dunia Baru” (Novus Ordo Seclorum), dilakukan dengan langkah menyusupi dan menguasai Amerika Serikat dan dengan itu membangun peradaban Barat-Zionis. Demikian itu, mereka yakini mampu mempersatukan umat manusia di bawah satu sistem moneter yang berada di dalam kendali mereka. Tesis Samuel Huntington ‘The Clash of Civilization’, dengan perbenturan peradaban Barat dengan peradaban Islam dan Cina yang akan menghasilkan Barat sebagai pemenang, sangat besar kemungkinannya diilhami oleh gagasan kaum Kabalis guna membangun Novus Ordo Seclorum.


Sejalan dengan Maulani, Herry Nurdi mengatakan bahwa Freemason adalah sebuah perkumpulan persaudaran yang menganut paham humanisme sekuler dan materialisme dengan tujuan membangun Tatanan Dunia Baru. Joseph Trainor mengatakan, gerakan Freemason merasa perlu menginfiltrasi semua pemerintahan yang ada di dunia, dan dari dalam bekerja untuk menghancurkan integritas kedaulatan negara yang bersangkutan.


Keberlakuan Tatanan Dunia Baru pernah disampaikan secara terbuka oleh Presiden Amerika Serikat George HW Bush pada tanggal 11 September 1991. Dia mengatakan sebagai berikut: “Kita memiliki kesempatan untuk membangun Tatanan Dunia Baru bagi diri kita sendiri dan bagi generasi mendatang, dunia di mana hukum bukan hukum rimba, mengatur perilaku bangsa-bangsa. Jika kita berhasil, dan kita akan berhasil, kita memiliki peluang nyata untuk mewujudkan Tatanan Dunia Baru ini, tatanan di mana Perserikatan Bangsa-Bangsa yang kredibel dapat menggunakan perannya sebagai penjaga perdamaian untuk memenuhi janji dan visi para pendiri PBB.” Pidato itu disampaikan tidak lama setelah dimulainya Operasi Badai Gurun. Pernyataan Bush jelas memperlihatkan realisasi pembentukan pemerintahan satu dunia.


Para anggota inti Freemason, mengetahui dan terlibat dalam gerakan membangun Tatatan Dunia Baru, bahkan mereka menjadi anggota dari Bilderberg Grup, Council on Foreign Relations, American Israel Political Action Committee (AIPAC), dan Trilateral Comission. Tidak ketinggalan mereka juga membangun kemampuan untuk mengontrol setiap orang dengan metode ‘kontrol pemikiran’ dengan cara yang disebut oleh Zbignew Brzezinski ‘technotronics, penguasaan publik opini dan pemikiran melalui media-massa. Sehubungan dengan keterlibatan anggota inti Freemason tersebut, Pat Robertson seorang penginjil Amerika dalam bukunya “The New World Order”, mengatakan bahwa Wall Street, Federal Reserve System, Council on Foreign Relations, Bilderberg Group, dan Trilateral Commission mengendalikan arus peristiwa dari balik layar. Dilakukan secara terus-menerus mendorong orang secara diam-diam dalam pemerintahan dunia dan dimaksudkan sebagai Antikristus.


Sebagai cacatan, Bilderberg Group dimotori oleh keluarga Rockefeller. Rockefeller merupakan co-founder perusahaan Standard Oil Company yang mengoperasikan perusahaan minyak besar dan melahirkan Exxon, Amoco, dan Chevron.David Rockefeller, Rupert Murdoch, Paul Wolfowitz, Romano Prodi, dan Henry Kissinger adalah sebagian tokoh dunia yang menjadi anggotanya.


Dalam setiap pertemuan Bilderberg Group selalu dihadiri oleh orang-orang berpengaruh, seperti presiden IMF, Bank Dunia, dan Federal Reserve; para pemimpin perusahaan besar seperti DaimlerChrysler, Coca-Cola, British Petroleum, Chase Manhattan Bank, American Express, Goldman Sachs, dan Microsoft; para Wakil Presiden dari Amerika Serikat, Direktur CIA dan FBI, Sekjen NATO, anggota Senat dan Kongres, Perdana Menteri dari Eropa , dan ketua partai-partai oposisi; tidak ketinggalan para editor nomor satu serta para CEO media terkemuka di dunia. Konspirasi imperialis Bilderberg Group mulai terkuak oleh investigasi yang dilakukan oleh Daniel Estulin. Dalam bukunya yang berjudul “The Bilderberg Group: Organisasi Rahasia Paling Berpengaruh Yang Mengendalikan Dunia Saat Ini”, menjelaskan bagaimana kelompok itu membangun imperialisme modern dan mencengkeram dunia di bawah kendalinya.


Keluarga Rockefeller, walaupun dikenal sebagai pengusaha berdarah Jerman-Amerika, banyak yang berpendapat bahwa keluarga Rockefeller mempunyai darah Yahudi Sephardik, khususnya dari kalangan Marrano Andalusia di Spanyol dan Portugal sekarang. Kaum Yahudi Marrano adalah mereka yang pindah agama tapi memegang teguh secara tersebunyi iman yang dianutnya.


Tatanan Dunia Baru yang distilahkan globalisasi, menunjukan bahwa diskusi mengenai negara bangsa telah menjadi using. Dikatakan demikian oleh karena perannya digantikan oleh lembaga-lembaga internasional. Globalisasi telah memberikan pengaruh yang signifikan bagi perkembangan paham individualistik. Hal ini ditandai dengan neoliberalisasi yang dikendalikan oleh kaum kapitalis global melalui perusahaan transnasional (TNC) dan perusahaan multinasional (MNC). James Petras dan Henry Veltmeyer mengatakan bahwa Tata Dunia Baru yang diasumsikan sebagai satu-satunya alternatif yang tersedia sebagai tenaga pendorong proses pembangunan dan sinyal bagi kemakmuran masa depan sejatinya adalah bentuk imperialisme abad 21.


Keberlakuan globalisasi juga telah menimbulkan pergeseran peran negara dalam hal mengurangi kapasitas negara dalam rangka pembangunan. Secara khsusus, globalisasi ekonomi telah membawa serta muatan ideologi fundamentalisme pasar yang menggeser paradigma ”state-led development” ke arah ”market-driven development” secara radikal. Peranan negara semakin memudar dan digantikan oleh aktor-aktor nonteritorial yakni perusahaan multinasional. Kehadirannya telah menjadi aktor ekonomi politik internasional yang semakin penting. Tujuan mereka yang paling utama adalah bagaimana mengakumulasi kekayaan yang sebesar-besarnya. Memudarnya peranan negara juga dipengaruhi oleh gerakan-gerakan transnasional, dan organisasi-organisasi internasional. Tegasnya, keberlakuan globalisasi telah menggeser makna kedaulatan rakyat dan nation state baik di bidang politik maupun ekonomi. 


Padahal, esensi dari kedaulatan adalah adanya kekuasaan untuk menentukan tujuan dan cita-cita sendiri, mengelola sumber daya sendiri, serta memilih dan menentukan jalan sendiri untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Tanpa itu semua, suatu negara tidak dapat dikatakan sebagai negara yang merdeka. Makna kedaulatan dalam pelaksanaannya adalah kemandirian suatu bangsa. Kemandirian hanya dapat diperoleh jika suatu bangsa memiliki kedaulatan. Sebaliknya, kedaulatan hanya dapat diwujudkan dan dipertahankan jika suatu bangsa tidak bergantung kepada bangsa lain. Namun, dengan berlakunya globalisasi kedaulatan yang menjadi unsur konstitutif suatu negara menjadi pupus.


Negara Barat dan Zionis telah menunjukkan dominasinya terhadap negara dunia ketiga dalam wujud fundamentalisme pasar. Melalui liberalisasi ekonomi telah menjadikan negara dunia ketiga termasuk Indonesia menyebabkan ketergantungan atau dependensi (dependency) berupa pendanaan dari negara-negara maju dan lembaga-lembaga finansial internasional. Dependensi adalah situasi yang dikondisikan dimana ekonomi sebuah negara ditentukan oleh pembangunan dan perluasan (kepentingan) dari negara-negara lain. Ketergantungan inilah yang menyebabkan terjadinya penguatan jaringan lembaga-lembaga yang menentukan struktur sistem perekonomian global. Demikian itu identik dengan ‘imperialisme baru” sebagaimana dikatakan oleh Petras dan Veltmeyer.


Keberlakuan ekonomi neoliberal di negara sedang berkembang terasa menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Winarno, proyek liberalisasi neoliberal telah mengancam keamanan manusia (human security) dalam pengertian luas. Bukti mengenai hal ini dapat dilihat dari rendahnya pertumbuhan ekonomi, globalisasi kemiskinan, dan semakin meningkatnya kesenjangan antara si kaya dengan si miskin pasca diterapkannya kebijakan ekonomi neoliberal.


Zionis menguasai sebagian besar ekonomi dunia, yang dengan itu mereka bisa mengatur dan mengarahkan pemerintahan negara-negara di dunia. Dalam kepentingan ini mereka mengendalikan Amerika Serikat dan dengan itu membangun sistem moneter yang berada di dalam kendali mereka. Zionis memang berambisi menguasai dunia dengan pemerintahan di bawah kakinya. Jika Freemason sebagai pelanjut cita-cita para Kabalis yang telah berusia 4000 tahun itu menjadikannya demikian militan membangun suatu Tata Dunia Baru, maka begitu pula kekuatan Zionis Internasional saat ini. Dalam merealisasikan tujuannya, keberlangsungan generasi harus terus menerus terjaga dan tetap pada satu tujuan bersama guna pembentukan Tatanan Dunia Baru. Keberlangsungan generasi tersebut dapat dilihat pada dinasti keluarga Rothschild.


Mayer Amschel Bauer - pendiri dinasti perbankan Rothschild - memang berambisi mengendalikan keuangan di seluruh negara. Pada tahun 1790, dia melontarkan ungkapan yang mengejutkan bahwa dirinya akan mengendalikan perputaran uang di seluruh negara dan kemudian dibuktikannya. Mayer Amschel Bauer inilah yang menginisiasi pertemuan elit Yahudi guna pembentukan Illuminati pada tanggal 1 Mei 1776. Kemudian diangkat Adam Weishaupt sebagai pucuk pimpinan. Demikian kuat dan berpengaruhnya Mayer Amschel Bauer, sampai keturunannya Baron Lionel Walter Rothschild sangat berarti bagi Barat. Sejarah mencatat, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour berkirim surat pada Baron Rothschild yang isinya menyatakan bahwa pemerintah Inggris mendukung Yahudi untuk menempati tanah Palestina. Surat tertanggal 2 November 1917 itu dikenal dengan Deklarasi Balfour dan menjadi akar masalah konflik Palestina-Israel hingga saat ini.


Sementara itu, guna melestarikan harta dan kekayaannya Rothschild mengatur garis keturunannya sendiri dengan tegas di mana anak cucunya harus menikah dengan saudaranya sendiri. Dari generasi ke generasi, keturunan Rothschild dipercaya sebagai keluarga yang paling kaya sepanjang sejarah kehidupan manusia.


Selama lebih dari 230 tahun, keluarga Rothschild mampu memiliki hampir semua bank sentral di dunia. Hanya tiga negara di mana bank sentralnya tidak menerima tambahan modal dari dinasti Rothschild yaitu Iran, Kuba, dan Korea Utara. Sejak mengakuisisi Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral AS (The Fed), selama ratusan tahun, anak cucu Rothschild sangat aktif membangun bisnis perbankan keluarga. Selama ratusan tahun, keluarga Rothschild dipercaya sering mengancam para pemimpin negara pemerintahan dan kabinet. Keturunan Rothschild menempatkan orang-orang kepercayaan dari keluarganya untuk mengatur dan mengendalikan bank-bank sentral tersebut. Keluarga Rothschild juga mengendalikan tiap pemerintahan di level makro. Kekayaan keluarga Rothschild kabarnya mencapai USD 10 triliun yang didapatan dari dinasti perbankan yang dibangun dan dikelola bersama secara turun temurun.


Sebagai perbandingan, Forbes pada tahun 2022 menunjukkan 6 miliarder Yahudi terkaya, mereka adalah:


 1. Larry Ellison dengan mencapai USD 102,9 miliar utamanya berasal dari Oracle. Pemilik perusahaan raksasa software ini berada di urutan ke-8 sebagai orang terkaya dunia.


2. Larry Page & Sergey Brin, dua orang pendiri sebuah raksasa teknologi (Google). Larry Page memiliki kekayaan mencapai USD 85,2 miliar. Adapun Sergey Brin sedikit di bawahnya yaitu USD 81,8 miliar.


3. Steve Ballmer, mantan CEO Microsoft ini memiliki kekayaannya mencapai USD 78,9 miliar.


4. Michael Bloomberg, kekayaannya diperoleh dari bisnis media yang berfokus pada berita bisnis dan keuangan. Kepemilikannya di Bloomberg mencapai 88% menjadikan kekayaannya mencapai USD 76,8 miliar.


5. Michael Dell, kekayaannya berasal dari bisnisnya di dunia computer yang bermodalkan USD 1.000 bertumbuh hingga membuatnya memiliki kekayaan USD 52 miliar.


Selain itu, orang-orang Yahudi juga telah menguasai pusat keuangan di Wallstreet sebagai salah satu bursa saham terbesar di dunia. Sirkulasi keuangan di Amerika Serikat telah dikua­sai oleh orang-orang Yahudi sejak awal abad XX sampai sekarang. Di samping itu, mereka juga menguasai bidang-bidang industri publik, perda­gangan internasional oleh perusahaan-perusahaan raksasa, yang tersebar di seluruh Amerika, Eropa dan negeri-negeri di Asia dan Afrika. Sebagai misal, di Amerika, orang-orang Yahudi menguasai perusahaan General Elec­tric, Fairstone, Standard Oil, Texas dan Mobil Oil.


Berlakunya Novus Ordo Secrolum melalui globalisasi telah memperlihatkan kedaulatan negara semakin pudar. Peran negara telah tergantikan dengan actor nonstate. Oligarki ekonomi dan politik memiliki posisi dominan yang terhubung dengan kepentingan global. Kedaulatan oligarki semakin menjadi. Tidak hanya kedaulatan rakyat dan kedaulatan negara yang digantikan, namun juga kedaulatan Tuhan. Pada akhirnya aktor global tersebut mampu menjadikan negara merdeka sebagai negara satelit. Demikian itu memang telah direncanakan sejak lama guna sistem global dalam Novus Ordo Secrolum.


Perlu dicatat, bahwa globalisasi juga mengandung maksud mencegah kebangkitan Islam. Tegasnya memutus peta jalan sistem kehidupan kenegaraan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin. Tidaklah heran, jika Islam selalu digambarkan sebagai ancaman lipat tiga: ancaman politik, ancaman peradaban, dan ancaman demografi. Kemudian memberikan stereotip yang menggeneralisasi seperti, "Islam fanatik," "Islam militan," "Islam fundamentalis," “Islam teroris” dan seterusnya.


Francis Fukuyama dan Huntington pernah meramalkan Islam sebagai musuh bebuyutan Barat. Terlepas asumsi tersebut diterima atau tidak, namun yang jelas ada ketakutan (fobia) terhadap kebangkitan Islam kelak di akhir zaman. Kekhalifahan Islam di bawah komando Imam Mahdi akan menghancurkan Zionis Israel. Dajjal pastinya dieksekusi oleh Nabi Isa AS. Saat itulah terjadi benturan yang demikian dahsyat. Bukan benturan peradaban (Clash of Civilizations) sebagaimana dikatakan Huntington, namun adalah puncak benturan antara yang haq dan bathil. Antara haq dengan bathil tidak mungkin bersatu. Dikatakan demikian oleh karena haq itu berpihak kepada Allah, sementara bathil berpihak kepada musuh-musuh Allah.


 

*Pusat Pemikiran Al-Fatih*


Jakarta, Rabu 18 September 2024.Note:



Note: Dipersilahkan untuk menyebarluaskan artikel ini dengan caranya masing-masing, sepanjang tidak merubah tulisannya. Terima kasih atas partisipasinya.


🙏🙏🙏

Posting Komentar untuk "Dr Abdul Chair: Globalisasi Siasat Jahat Zionis Berpredikat Iblis"