MENUNAIKAN KEWAJIBAN DAKWAH, MENOLAK BALA, HUJJAH KELAK MENGHADAP ALLAH SWT
Sabtu, 7 September 2024
Faktakini.info
*MENUNAIKAN KEWAJIBAN DAKWAH, MENOLAK BALA, HUJJAH KELAK MENGHADAP ALLAH SWT*
Oleh : *Ahmad Khozinudin, S.H.*
Advokat, Aktivis Islam
https://www.facebook.com/share/p/cKrBrEDxYyRxqmEs/?mibextid=oFDknk
_[Catatan Advokasi Akidah Umat, Protes Terhadap Misi Terselubung Paus Fransiskus Mendangkalkan Akidah Umat]_
Kami TPUA, bersama sejumlah tokoh & Ulama, memahami dan menyadari dengan keinsyafan yang tuntas, bahwa upaya kami untuk mengajukan protes terhadap syi'ar Misa Paus Fransiskus yang mengkerdilkan syi'ar adzan (Kamis, 5/9), pada akhirnya tetap diabaikan oleh pemerintah. Akan tetapi sejak awal, kami meniatkan melakukan advokasi akidah umat, dengan mengajukan protes di Kemenag karena telah meminta Kominfo agar menyurati Media untuk menayangkan agenda Misa di GBK secara live dan mengganti syi'ar adzan dengan running text, *untuk menggugurkan kewajiban dakwah, menolak bala, sekaligus hujjah kami kelak di akhirat menghadap Allah SWT.*
Syi'ar kekufuran, adalah kemungkaran yang paling besar. Membungkam syi'ar Islam, juga kemungkaran yang paling besar. Dua kemungkaran besar ini, terjadi secara bersamaan dalam agenda Misa Paus Fransiskus yang disiarkan secara live, dan ditiadakannya syi'ar adzan yang diganti dengan Running Text.
Agenda Misa Paus, yang dilakukan diruang publik, disiarkan secara live, didalamnya ditampilkan ritual agama sekaligus mencokok umat Islam dengan nilai-nilai toleransi (baca: tololansi), jelas merupakan misi pendangkalan akidah yang terselubung, dengan dua tujuan utama:
*Pertama,* memalingkan umat Islam dari akidah Islam, hingga murtad dari agamanya, dan tersungkur dalam kekufuran.
*Kedua,* kalaupun umat Islam tidak murtad, setidaknya akidahnya menjadi dangkal, menjadi inferior, inlander, tidak lagi meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan diridloi Allah SWT. Akhirnya, umat Islam meremehkan syariat Islam dan tidak lagi mau terikat dengannya.
Misa yang dilakukan menabrak waktu magrib, disiarkan live di waktu yang prime time, didalamnya ada adegan seorang Muslimah yang terkagum-kagum pada Paus dan Misa, juga mempromosikan toleransi melalui 'Jembatan Istiqlal & Katedral', jelas sebuah agenda kolosal yang memang didesain untuk mendangkalkan Akidah Islam.
Sayangnya, para pembesar umat Islam, para ulamanya, malah latah melegitimasi dan mengglorifikasi syi'ar kekufuran ini. Mu'ti Ali, Haedar Nashir, malah sibuk mempromosikan keteladanan sang Paus. Mereka berdua sudah lupa, bahwa umat Muhammad, pengikut Muhammad (Muhammadiyah), punya teladan sendiri, yakni Rasulullah Muhammad Saw. Mereka telah mengabaikan ayat Allah SWT yang telah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ٢١ وَلَمَّا رَاَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْاَحْزَابَۙ قَالُوْا هٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَصَدَقَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ ۖوَمَا زَادَهُمْ اِلَّآ اِيْمَانًا وَّتَسْلِيْمًاۗ ٢٢
_"Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. Ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Benarlah Allah dan Rasul-Nya. Hal itu justru makin menambah keimanan dan keislaman mereka."_
*(QS Al Ahzab: 21-22)*
Apakah umat ini tidak merasa jijik? Diminta meneladani Paus Fransiskus yang pro LGBT? disaat umat ini khawatir akan bahaya LGBT, Haedar Nashir dan Mu'ti Ali malah merekomendasikan keteladanan Paus, hanya karena sederhana naik pesawat komersil dan dijemput mobil Inova.
Kalau mau dijadikan rujukan, Jokowi kurang sederhana apa. Bahkan, bukan hanya blusukan, sampai lubang gorong-gorong pun disambangi. Saking sederhananya. Tapi, apa hasilnya? Rakyat sengsara dipimpin Jokowi. Rakyat saat ini sudah tidak sabar, ingin segera tanggal 20 Oktober 2024, bukan untuk menyambut Prabowo menjadi Presiden, tapi untuk merayakan lengsernya Jokowi.
Yahya Staquf & Yaqut Cholil Qoumas juga sama. Ikut sibuk puja puji Paus. Rezim Jokowi, apalagi. Anshoru Ni'am, sebagai ulama malah ikut melegitimasi pembungkaman syi'ar adzan. Dia, tidak merasa cemas dengan adanya syiar kekufuran berkedok agenda Misa, yang disiarkan secara live.
Jadi, kami umat Islam seperti yatim. Tak punya pelindung. Para penguasa dan pembesar umat ini, malah ikut terkena dan mengglorifikasi syi'ar kekufuran.
Ketakutan kami akan turunnya bala', datengnya azab dari Allah SWT atas kemungkaran yang telanjang ini, yang menjadi motifasi kami terus bersuara. Kami tidak ingin, diamnya umat terhadap kemungkaran, menjadi sebab halalnya azab diturunkan.
Dan yang lebih penting, kami ingin menghadap Allah SWT kelak, dengan memiliki hujjah. Hujjah, bahwa kami iman kepada Allah SWT, tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun, dan kami telah menunaikan kewajiban dakwah Islam.
Setelah acara, kami melakukan pemantauan. Menang, acara live dan beberapa stasiun tv menghilangkan syi'ar adzan sesuai permintaan Kominfo. Namun, alhamdulilah masih ada juga sejumlah tv yang tetap menayangkan syi'ar adzan.
Semestinya, menghormati Paus Fransiskus itu cukup membiarkan Paus dan Jamaahnya ibadah Misa di Gereja, dan jangan mengganggunya. Cukup begitu saja, tidak usah ikut mempromosikan Syi'ar Misa apalagi mengamanatkan keteladanan Paus. Inilah, konsep 'Lakum Dinukum Waliyadin'.
Yang paling menjengkelkan adalah kelakuan Nasaruddin Umar, yang menjadikan Masjid Istiqlal, Masjid kebanggaan umat Islam, menjadi mimbar pendangkalan akidah Islam. Apalagi, Adegan mencium Paus yang dilakukan Nasaruddin Umar sungguh sangat menjijikan. Mencium seorang Paus yang pro LGBT. Ini jelas, demonstrasi yang membahayakan bagi umat Islam. [].