Rumail Abbas: GURU GEMBUL
Senin, 9 September 2024
Faktakini.info
Rumail Abbas:
GURU GEMBUL
Dalam mekanisme pengambilan foto, jika kalian memegang buku, maka hasilnya akan flat (datar) kala kalian memegangnya berdiri dan tubuh kalian lempang di belakangnya.
Seperti di foto ini, jika kalian ingin hasil foto yang "agak emosional", maka posisikan buku dan tubuh kalian seperti: Maimun Nafis dan (tentu saja) saya.
Tubuh Nafis memang lempang lurus, namun kepalanya yang miring ke kanan menambah hasil fotonya "agak emosional". Begitupula saya, buku yang saya pegang tidak saya taruh di depan, namun saya geser ke kiri tubuh saya, dan tubuh saya huyungkan ke arah yang berlawanan.
Tentu, gesture saya jauh lebih emosional.
Selain Nafis & saya, foto gesture mereka terbilang memberikan emosi fotografi yang "flat" dan datar. Meskipun mereka tersenyum, namun itu hanya membuat foto mereka lebih ekspresif saja, belum cukup emosional.
Menyentuh emosi manusia dalam bingkai gambar fotografi (frame) membutuhkan metode. Metode itu muncul dari hasil percobaan dan analisa. Analisa inilah yang menghasilkan metodologi dan patokan untuk diulang-ulang karena keberhasilannya.
Maka, semua rentetan ini melahirkan ilmu pengetahuan tentang emosi dalam fotografi.
Jiia sudah mengerti, mari kita geser ke Guru Gembul.
Statistik umur dari satu thabaqat, seperti yang dibawakan Guru Gembul kemarin, adalah hasil dari percobaan-percobaan, dan patokannya bisa dipakai sebagai rujukan karena keberhasilannya dalam mencapai kebenaran dalam level tertentu.
Dan jangan salah, statistik umur inipun dipakai Habib Ali Al-Masyhur (guru dari seluruh ahli nasab Baalawi, termasuk Maktab Daimi) ketika ada orang yang mengklaim sebagai Sadah dan tidak membawa syawahid yang cukup.
Jika tidak match dengan statistik umur, maka Habib Ali Al-Masyhur belum akan mensahihkan nasabnya. Jika match, Habib Ali Al-Masyhur akan mempertimbangkannya.
Kendatipun, semua statistik umur akan gugur jika Habib Ali Al-Masyhur mendapatkan bukti kesahihan yang valid (evidence based). Seperti, KK, KTP, buku nikah, surat keterangan persalinan, dll.
Jika seorang kakek memiliki cicit dari Fulan-A, sementara kakek ini juga punya cucu dari Fulan-B. dan usia cucu-cicit ini sama persis, selama keduanya punya bukti memiliki kakek (buyut) yang sama, maka statistik umur gugur di atas bukti.
Kenapa?
Statistik adalah tools untuk mencari kebenaran. Disebut metode statistik karena bicara tentang "jalan" menuju kebenaran. Jika kebenaran sudah terbukti dengan data yang lebih akurat dan faktual, maka tools (sebagai wasilah) harus tunduk di atas ushul (kebenaran).
Untuk hitungan nasab HRS, kepada Guru Gembul saya ngomong harus dihitung dengan evidence based karena ini sebuah kasus. Dan statistik belum tentu benar dalam setiap kasus karena ada variabel lain yang menyertai (dan inipun harus masuk dalam rumus).
Saya hanya beberapa menit di RA saat Guru Gembul menyebut nama saya untuk ke sekian kali. Sesampainya di sana, ternyata sudah di penghujung acara. Saat ngopi dengannya sekitar lima menit, saya ngomong:
Bagi intelektual yang beriman, kebenaran paling tinggi adalah wahyu. Jika ia intelektual murni, kebenaran tertinggi harus lewat pengujian empiris dan logika tanpa wahyu.
Wahyu tidak bisa difalsifikasi. Namun itulah kebenaran mutlaknya.
Saya sudah janjian akan podcast dengan Guru Gembul, tapi mungkin tidak dalam waktu dekat.
Oiya, beberapa sanggahan saya dikompilasi dengan bagus di buku ini.
Minimal ada tiga santrinya Mbah Moen yang berkontribusi, dan saya sangat bahagia dengan hal ini.
Salam,
Rumail Abbas