SURAT TERBUKA UNTUK BUNG TOWEL

 


Rabu, 16 Oktober 2024

Faktakini.info

🔥 SURAT TERBUKA UNTUK BUNG TOWEL:

Kepada Bung Towel yang saya hormati,

Sebagai seorang pengamat sepak bola yang dihormati, pandangan Anda sering kali menjadi rujukan bagi banyak penggemar sepak bola di Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, Anda menyatakan ketidaksetujuan terhadap kebijakan naturalisasi pemain dalam tim nasional kita. Meski pandangan tersebut tentu dihormati, izinkan saya memberikan perspektif lain yang mungkin dapat memperluas pandangan Anda, bahwa naturalisasi adalah fenomena lumrah di dunia sepak bola dan bisa menjadi alat yang sah untuk meningkatkan prestasi nasional kita.

Sejarah sepak bola dunia dipenuhi oleh contoh-contoh naturalisasi yang sukses. Tim nasional Perancis, yang menjuarai Piala Dunia 1998 dan 2018, dibangun dengan kekuatan para pemain naturalisasi atau keturunan imigran seperti Zinedine Zidane, Kylian Mbappé, dan Patrick Vieira. Jerman, yang juara dunia pada 2014, mengandalkan pemain seperti Miroslav Klose dan Lukas Podolski, keduanya lahir di Polandia dan kemudian menjadi andalan Jerman. Fenomena serupa terjadi di spanyol, Portugal, dan negara-negara besar sepak bola lainnya. Ini menunjukkan bahwa naturalisasi adalah bagian dari strategi global untuk memperkuat tim nasional, bukan hanya langkah instan.

Namun, di Indonesia, naturalisasi yang kita lakukan tidak sekadar soal mencari bakat di luar negeri, tetapi juga menyatukan kembali darah Indonesia yang tersebar di dunia. Pemain seperti Sandy Walsh dan Jordi Amat adalah contoh nyata. Mereka bukan semata-mata pemain asing, mereka memiliki garis keturunan Indonesia yang nyata. Kehadiran mereka adalah bagian dari proses menyatukan identitas nasional yang lebih luas, dan mereka bermain dengan rasa bangga untuk Garuda. Ini bukan sekadar soal paspor, tetapi soal akar yang kembali ke tanah air.

Penolakan terhadap naturalisasi dalam konteks ini bisa dianggap sebagai sebuah bentuk diskriminasi, seolah-olah kita menolak mereka yang berdarah Indonesia untuk ikut berkontribusi hanya karena mereka lahir dan besar di negara lain. Selain itu, sikap ini juga bisa dilihat sebagai bentuk rasa rendah diri, karena kita mengangap pemain lokal tidak bisa bersaing dengan mereka. 

Bung Towel, bukankah tujuan utama dari sepak bola adalah untuk mengharumkan nama bangsa? Jika melalui naturalisasi kita bisa mencapai prestasi yang lebih tinggi, mengapa harus ditolak? Pemain-pemain naturalisasi yang memiliki darah Indonesia ini memiliki tekad yang sama dengan pemain lokal, untuk mengibarkan Merah Putih di kancah internasional. Penolakan terhadap mereka tidak hanya membatasi potensi tim, tetapi juga membatasi impian besar kita sebagai sebuah bangsa yang ingin berjaya di sepak bola dunia.

Akhir kata, saya ingin mengajak kita semua, termasuk Bung Towel, untuk melihat naturalisasi sebagai bagian dari perkembangan sepak bola modern dan cara untuk memperkuat tim nasional kita. Dengan sinergi antara pemain naturalisasi berdarah Indonesia dan talenta lokal, mimpi kita mengangkat nama Indonesia di panggung sepak bola dunia bukanlah hal yang mustahil. Mari kita berpikir terbuka dan melihat naturalisasi sebagai kesempatan, bukan ancaman.

Salam sepak bola,

Seorang pecinta sepak bola Indonesia.

HIDEYOSHI KUROSAWA.