Tolak Imad, Perwakilan Majelis Ta'lim Datangi Polresta: "Banyuwangi Butuh Damai!"








Senin, 21 Oktober 2024

Faktakini.info, Jakarta -  Perwakilan Majelis Taklim dan sejumlah tokoh umat Islam di Banyuwangi pada Sabtu (19/10) mengadakan pertemuan dengan Kabag Ops Polresta Banyuwangi, Bapak Idham Kholid, S.H, M.H.. 

Pertemuan tersebut digelar untuk menyampaikan keresahan masyarakat terkait rencana kedatangan Imaduddin bin Sarman yang akan memberikan ceramah dan seminar di berbagai tempat di Kabupaten Banyuwangi. Para perwakilan Majelis Taklim mengkhawatirkan potensi kemarahan dan ketegangan di kalangan masyarakat jika Imaduddin tetap melakukan kegiatan yang dinilai provokatif dan memicu perpecahan antara Habaib dan Kyai.

Karena sebagaimana diketahui Imad selama ini telah memecah belah umat melalui narasi-narasi hoax, fitnah dan ujaran kebencian terhadap nasab para dzurriyah Rasulullah SAW (Habaib). 

Imad juga terus berupaya mengadu domba antara Kyai dengan Habaib bahkan Imad mau mengaku-ngaku cucu Sunan Gunung Jati, padahal ayah kandung Imad, Sarmana bin Arsa bukan keturunan Walisongo.

Suasana Penyampaian Sikap

Salah satu perwakilan yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah H. Agus Iskandar, Ketua Masjid Al Hilal Banyuwangi. Ia menyatakan bahwa keresahan masyarakat Banyuwangi semakin meningkat terkait ceramah dan seminar yang akan diadakan oleh Imaduddin. 

Menurutnya, terdapat potensi gesekan antara komunitas Habaib dan Kyai yang selama ini menjaga hubungan harmonis. Selain itu, Agus Iskandar juga mempertanyakan tentang izin keramaian dari pihak penyelenggara kegiatan Tabligh Akbar di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Maron, Genteng, serta seminar di Universitas Banyuwangi (UNIBA).

"Mereka sebelumnya sudah berjanji untuk tidak membahas permasalahan nasab, namun mengapa sekarang malah ada undangan seminar yang isinya tentang nasab? Ini sangat berbahaya, karena banyak santri dan penuntut ilmu yang sangat mencintai guru-gurunya, yaitu para habaib. Jika terus dilanjutkan, ini dapat menyebabkan gesekan yang tidak diinginkan," ujar Agus Iskandar.

Ia menekankan bahwa tujuan mereka adalah menjaga agar situasi di Banyuwangi tetap kondusif. Masyarakat, menurut Agus, tidak keberatan jika diskusi terkait nasab dilakukan secara akademis dan terbatas tanpa melibatkan masyarakat umum. 

"Jika ada yang ingin memperdebatkan nasab suatu klan, silakan perdebatkan secara langsung di forum yang tepat, tanpa melibatkan dan memprovokasi masyarakat untuk membenci suatu klan atau keturunan ras tertentu," tambahnya.

Selain keresahan yang disampaikan secara langsung, semakin banyak video-video penolakan dari berbagai daerah di Kabupaten Banyuwangi yang beredar di media sosial. Kondisi ini menunjukkan bahwa penolakan terhadap kegiatan yang akan dilakukan oleh Imaduddin sudah meluas di kalangan masyarakat. Banyak warga yang menginginkan agar suasana di Banyuwangi tetap aman dan terhindar dari konflik yang dapat memecah belah persatuan umat.

Kabag Ops Polresta Banyuwangi, Bapak Idham, menyatakan bahwa pihak kepolisian akan mengundang pihak panitia dan pihak-pihak terkait untuk mendudukkan masalah ini. Selain itu, izin keramaian masih belum diberikan, dan pihak kepolisian berjanji akan mengutamakan keamanan dan ketertiban di wilayah Banyuwangi. Polisi juga mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi, serta menyerahkan segala urusan kepada pihak berwenang.

Imaduddin Menghindar dari Debat dengan Rabithah Alawiyah
Selain penolakan dari Majelis Taklim dan tokoh umat Islam Banyuwangi, diketahui bahwa Imaduddin sering kali menghindar setiap kali hendak berdebat dengan Rabithah Alawiyah. Rabithah Alawiyah, yang merupakan lembaga yang mencatat nasab dan keturunan Habaib, telah beberapa kali mengundang Imaduddin untuk berdiskusi secara terbuka terkait isu-isu yang diangkatnya. Namun, Imaduddin selalu memberikan alasan untuk tidak hadir dalam debat tersebut. Hal ini semakin menambah kecurigaan masyarakat bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Imaduddin tidak bertujuan untuk mencari kebenaran, melainkan hanya memprovokasi dan memecah belah umat.

Penolakan terhadap Imaduddin ini memperlihatkan betapa pentingnya menjaga harmoni di antara elemen-elemen umat yang berbeda di Banyuwangi. Perwakilan Majelis Taklim dan tokoh umat Islam berharap agar semua pihak bisa menahan diri dan menjaga komunikasi yang baik demi menghindari potensi konflik yang tidak diinginkan. Mereka berharap bahwa perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan cara yang damai dan tidak menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.

Sumber: mediaseputar.com