Menjawab Fitnah Rhoma-Islah Bahrawi 'Ba'alawi Dibawa Masuk oleh Belanda"

 



Rabu, 6 November 2024

Faktakini.info

Abu Daud

Bang Haji Rhoma dan Pak Islah Bahrawi

Saya udah dua kali dengar pernyataan awal Baalawi masuk ke Indonesia karena dibawa  oleh Belanda. Pertama di acara diskusi teman2nya Kiai Imad yang ngundang dosen sejarah. Saya nemu link diskusi ini gara2 dishare Mas Rumail Abbas . Baru2 ini, Pak Islah Bahrawi juga menyatakan hal yang relatif sama. Ini disampaikan dalam podcast dengan Haji Rhoma. Dia mengatakan, tujuan Baalawi dan Wahabi itu sama. 

"Kelompok baalawi memiliki agenda yang dibebankan oleh ranselnya pemerintah hindia belanda, bahwa bangsa indonesia harus dipecah belah. Wahabi hari ini ingin memecah belah bangsa untuk kepentingan menghomogenkan bangsa Indonesia supaya menjadi wahabi"

Kesimpulan kayak gini muncul karena, menurut beliau, Snouck Hurgonje menyimpulkan kalau  orang nusantara itu inferior dengan orang Arab. Makanya ketika Snouck di Mekah, ngak ada ulama Jawi yang berani jadi guru, kecuali satu: Zainal Abidin Sumbawa. Kesimpulan ini menurut saya perlu dipertanyakan, setau saya jaman itu ada banyak tokoh nusantara yang dianggap ulama di Mekah. Di antaranya Syekh Nawawi Banten,  Ahmad Khatib Minangkabau, dan lain2. Bahkan dalam koleksi Snouck sendiri, terdapat naskah tentang Tarajum Ulama Jawi. 

Untuk kepentingan politik pecah belah kolonial, orang2 Yaman ini didatangkan ke Nusantara. Kira2 begitu yang saya pahami dari Pak Islah. 

Saya pribadi kurang setuju dengan pandangan ini. Pasalnya kedatangan orang Hadrami ke nusantara sebetulnya jauh sebelum kedatangan Belanda. Buku Sumit Kumar Mandal ini sangat baik menjelaskan bagaimana kedatangan orang Hadrami dan relasi mereka dengan kolonial Belanda. 

Banyak di antara mereka datang ke Indonesia karena jalur perdagangan semakin terbuka, terutama setelah Terusan Zues dibuka, dan ekonomi VOC jaman itu semakin melemah. Sehingga kapal orang2 Hadrami berhasil menguasai titik penting perdagangan di samudra Hindia. 

Kemudian, jangan dilupakan kalau Belanda juga menerapkan politik diskriminatif terhadap orang Arab di Nusantara. Dalam Imajinasi kolonial orang Arab itu berbahaya, pembuat masalah. Belanda juga melakukan studi2 lingustik, seperti yang direkomendasikan Pijnappel, supaya aksara Arab Melayu diganti dengan latin/belanda, karena takut masuknya pengaruh Arab ke pribumi. Imajinasi Kolonial tentang Arab ini sebelum Snouck sangat buruk. Apalagi perang Jawa yang membuat belanda pusing, tokoh2nya memakai simbol2 Arab.

Selain itu, ketika Belanda menerapkan pass system, wajib lapor keluar masuk bagi orang Arab, Snouck Hurgronje merekomendasikan kepada pemerintah kolonial supaya kedatangan Imigran Yaman dibatasi, karena khawatir dengan arus Pan-Islamisme.  Ini juga ditulis oleh Huub de Jonge. 

Yang menarik juga dalam buku Sumit Kumar Mandal, bagaimana orang2 Hadrami atau kelompok2 Sayyid itu juga melakukan perlawanan anti kolonial. Misalnya, mereka membantu perang Aceh, kelompok2 sayyid di Singapura menyumbang dana untuk kebutuhan perang Aceh. Dalam konteks perang Aceh, Habib Abdurrahman Zahir, sangat berperan penting. Dia berhasil bawa pasukan lebih banyak dibanding sebelumnya. Walaupun belakangan dia dicap sebagai pengkhianat, Anthony Reid sangat baik dalam menjelaskan posisi Habib ini. 

Orang Hadrami pada masa Belanda membangun relasi dengan Ottaman untuk kepentingan anti kolonial. Terutama untuk mint bantuan terhadap politik diskriminasi yang diterapkan Belanda. Kelompok2 sayyid yang terafiliasi dengan Ottoman ini mengkritik keras ketika Sayyid Utsman mendoakan Ratu Wilhelmina. 

Jangan hanya satu dua kasus, kemudian diambil kesimpulan kalau semua baalawi itu penjahat, pengkhiatan, alat politik pecah belah Belanda. Banyak juga di antara mereka yang ngak suka dengan kebijakan Belanda. 

Saya sedang nyari2 sumber yang menyatakan baalawi, sayyid, atau orang hadrami datang indonesia itu dibawa Belanda itu kira2 di mana ya?