POLISI KOK TEMBAK POLISI? HARUSNYA POLISI TEMBAK MAFIA TANAH YANG MERAMPAS TANAH RAKYAT DI PIK2
Senin, 25 Novembet 2024
Faktakini.info
*POLISI KOK TEMBAK POLISI? HARUSNYA POLISI TEMBAK MAFIA TANAH YANG MERAMPAS TANAH RAKYAT DI PIK2*
Oleh : *Ahmad Khozinudin*
Sastrawan Politik
Saya fikir, Sambo adalah kasus terakhir polisi tembak polisi. Karena setelah itu, institusi Polri sibuk melakukan pembenahan internal. Ternyata?
Masih ada lagi, yakni Kasus Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar yang menembak Kasat Reskrim AKP Ryanto Ulil di Solok Selatan. Motifnya, biasa. Karena rekanan tidak diakomodir atensinya, marahlah si Dadang ini, dan menembak Ryanto Ulil.
Dadang yang seharusnya menangkap penjahat, menembak penjahat, malah menembak anggota polisi. Bedanya dengan Sambo, dulu Sambo menembak anak buah, sekarang Dadang menembak sesama Rekan.
Kasus ini, setidaknya mengkonfirmasi beberapa hal:
*Pertama,* mafia tambang dan mafia hukum pada umumnya yang menggunakan polisi sebagai beking untuk melakukan kejahatan, masih mendominasi. Karena alur penegakan hukum (rule of law), itu dimulai dari polisi.
Pada tahap awal, polisi bisa merangkap menjadi penyidik, jaksa sekaligus hakim. Tindak pidana bisa diproses atau tidak, bergantung pada polisi apakah mau melanjutkan kasus atau menghentikannya. Dalam kondisi inilah, peran polisi jauh lebih strategis ketimbang jaksa dan hakim, karena polisi bisa merangkap jaksa dengan 'mendakwa kasus akan dilanjutkan', juga bisa 'memutus perkara' seperti hakim dengan menghentikan kasus.
*Kedua,* rusaknya moral dan etika polisi. Sehingga, harga atensi rekanan (mafia) harus ditebus dengan nyawa sesama rekan penegak hukum. Kerusakan ini bisa terjadi pada proses rekrutmen, dan kontrol saat pelaksanaan tugas sebagai polisi.
Nilai-nilai agama, tak lagi membekas. Keyakinan akan akhirat, adanya Surga dan Neraka, telah luntur sehingga bisa bertindak brutal membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT.
*Ketiga,* motif uang, value materi makin mendominasi. Value keutamaan seorang penegak hukum sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat sudah punah. Yang ada di benak polisi hanya uang, dan polisi akan menghamba kepada siapapun yang memberikan uang.
Kasus polisi fleksing, menjadi bukti bahwa betapa kehidupan hedonisme telah merambah di kehidupan polisi. Padahal, pada saat yang sama banyak polisi bergaji pas-pasan. Mencari suap dan koalisi, menjadi jalan pintas untuk melayani gaya hidup yang hedon.
*Keempat,* polisi kehilangan arah dan orientasi tujuan penegakan hukum. Banyaknya kasus hukum yang semestinya diatensi, malah diabaikan. Sebaliknya, kasus penyampaian pendapat rakyat seperti yang dilakukan oleh Said Didu, malah dipersoalkan dan dicari-cari kesalahannya.
Harusnya, polisi fokus memberantas para penjahat. Kalau mau menembak, tembak saja mafia tanah yang merampas tanah di proyek PIK 2. Jangan menembak sesama polisi.
Rakyat sangat membutuhkan polisi, jangan ditembak. Sebaliknya, rakyat sudah muak dengan mafia tanah yang merampas tanah rakyat. Tembak saja mereka semua, mafia tanah itu selain tidak berguna, justru menyusahkan rakyat. [].
Foto: Petugas provost mengawal tersangka AKP Dadang Iskandar saat konfrensi pers di Mapolda Sumatera Barat, di Padang, Sabtu (23/11).